#Rea#
“apa
yang harus ku lakukan?” tanyaku dalam hati, perlahan namun pasti aku bangkit
dan berjalan pulang. Tak sengaja aku menginjak sesuatu, aku melihatnya dan
mengambilnya, “bros?” tanyaku dalam hati. Bros berlambangkan bak matahari dan
bulan yang menyatu, aku memandanginya sejenak dan meremasnya lalu memasukkannya
ke saku kemeja sekolah, dan akupun melanjutkan perjalanan pulang.
Selama
perjalanan pulang pikiranku hanya terpenuhi dengan kejadian tadi. Banyak sekali
pertanyaan dan penyesalan yang aku rasakan. “Andai saja aku lebih kuat, Yui
tidak akan diculik, andai saja aku bergerak lebih gesit, SIAL!SIAL!”kataku
dalam hati sambil memukul tembok terdekat. Sesampainya di rumah, aku berbaring
di tempat tidurku. Aku berfikir dan terus berfikir, bagaimana cara
menyelamatkannya, sejenak aku menutup mataku sampai terlelap tidur. “Ibu…ibu…
jangan pergi, jangan tinggalkan aku ibuuu…” teriakku dalam tidur, membuat aku
terbangun. Sudah sekian kali bermimpi hal ini, dan setiap itu pula dadaku terasa
sesak, sungguh sakit. Tiba-tiba aku teringat dengan kejadian tadi sore,
“bagaimana keadaannya?” tanyaku khawatir.
~~~~~~~~~~~~~~
Saat
istirahat aku memilih berdiam di atap sekolah, menjauh dari keramaian. Aku berdiri
di dekat pagar pembatas sambil melihat langit, pikiranku hanya tertuju pada
Yui, aku mengambil bros yang berada di saku kemejaku, “matahari dan bulan”
kataku pelan. aku berinisiatif untuk menelpon Yui, berharap telponnya tidak
dimatikan. Aku menelponnya sekali namun tidak diangkat, aku mencoba kembali
tetap tak diangkat, saat ke-3 kalinya, diangkat! Sejenak, kami hanya saling
terdiam tanpa bersuara,namun aku pun mulai untuk bicara. “lepaskan dia!” kataku
singkat namun jelas, dia hanya terdiam tanpa menyautku, sehingga membuatku
geram “jangan sakiti Yui! berikan hpnya pada yui, cepat!” bentakku
keras.”tenang saja, dia masih baik-baik saja sampai nanti sore. kalau kau ingin
dia selamat datanglah ke Rumah kosong di sebelah timur taman kota.” Katanya tiba-tiba
dan langsung menutup teleponnya. Aku
diam sejenak, menghela nafas panjang dan pergi menuju kelas.
#Riu#
Bersantai-santai
sambil melihat langit memang ampuh untuk menenangkan hati, aku menutup mata dan
merasakan hembusan angin yang menimpaku, sangat nyaman. *ceklek* terdengar
bunyi pintu terbuka, sontak aku membuka mata. Aku bangun dan coba melihat,
“Rea” kataku dalam hati, awalnya aku ingin menyapanya, namun aku terhenti saat
aku rasa terjadi sesuatu padanya.
Ia mengeluarkan handphonenya
dan berusaha menghubungi seseorang berulang kali, sampai ia berkata “lepaskan
dia!”katanya dingin, lalu dilanjutkan “jangan sakiti yui, berikan hpnya pada
yui, cepat!” katanya membentak. Seketika membuat aku terkaget, “Yui?”tanyaku
dalam hati
*flashback*
“ga bisa…. Ga bisaa…lihat dong tangan Rea kan
terluka. Ga adil tuh namanya!” tentang seorang gadis
*flash back end*
“Apa sesuatu terjadi
padanya?” lanjutku. Setelah selesai menelpon seseorang, ia berbalik pergi
keluar, dengan cepat aku menyembunyikan diriku agar tak terlihat olehnya. Aku
hanya berdiri diam dan berfikir.
Saat
pulang sekolah, aku dan miuji berjalan melewati koridor sekolah dan tidak
sengaja berpapasan dengan Rea yang terlihat tergesa-gesa, aku langsung berpikir
cepat “Miuji” kataku memanggil temanku yang sibuk mengotak-atik hpnya. “apa kau
mau sedikit berolah raga?”Tawarku. “olah raga?”Tanyanya dengan menatapku
bingung, sejenak ia terdiam seakan berpikir sesuatu. ”baiklah”jawabnya
semangat. “kalau begitu ayo!”perintahku, kami berlari dengan aku yang memimpin
mengejar langkah Rea, namun tentu saja tanpa sepengetahuannya.
Hingga
kami tiba di sebuah rumah tua yang tidak berpenghuni dengan hari yang semakin
gelap membuat suasana semakin mencekam, kami melihat Rea masuk dengan
santainya. “hei, kau bilang mau olah raga, tapi kenapa malah ketempat ini? Dan
juga gadis dingin itu kenapa?” Tanyanya dengan nada sedikit serak. “haha, kau
takut ya?”ledekku dengan tampang menyebalkan. “tentu saja…tidak”katanya
ragu-ragu, “ada seseorang yang perlu kita selamatkan”kataku kembali serius.
“maksudmu gadis dingin itu?”tanyanya, “ya. Dia beserta temannya. Hari ini kita
akan menjadi pahlawan mereka”kataku dengan PD dan sedikit tersenyum. “ayo
masuk!”seruku seperti komandan siap bertempur.
Rumah
ini memiliki halaman yang sangat luas dan cukup indah jika dihuni seseorang.
Kami berjalan hati-hati agar tida menimbulkan suara yang mencurigakan, seperti
halnya maling perfesional, kami mengikuti Rea tanpa ketahuan sedikitpun. Aku
rasa kami cocok menjadi maling *just kidding*. Tiba-tiba saja 2 pria yang
berpakaian serba hitam seperti di MIB menghampiri Rea, sontak kami bersembunyi
agar tidak ketahuan. Kami bersembunyi di balik pepohonan yang rindang, dan
melihat Rea masuk ke dalam rumah dengan di dampingi 2 orang itu.
“hey,
mau kemana gadis itu?”Tanya miuji dengan suara rendah “apa mereka penculik
perfesional?rumah seluas ini tidak ada satupun penjaga yang mengawasi bagian
depan..”katanya meneliti bak detective. “mungkin mereka kekurangan orang”sautku
sambil berpikir. Tiba-tiba terdengar suara dari belakang “kalian siapa?” Tanya
orang itu mengintrogasi. “O! O! Miuji, mungkin mereka memang perfesional”kataku
dengan nada seperti maling yang gagal beraksi. Walau dia hanya sendiri, tetapi
pria itu membawa pistol, tentu saja kami tidak melakukan hal yang membuat nyawa
kami hilang seketika.
“aku
tanya kalian siapa?”tanyanya lagi dengan nada lebih tinggi. “kami hanya ingin
mengukur luas halaman ini, om”kata miuji tiba-tiba. “what?alasan apaan tuh?=.=”
tanyaku dalam hati sambil memandangnya. “kami punya tugas untuk mengukur 10
halaman rumah orang”katanya lagi dengan cepat. “hanya guru yang sableng, ngasi
tugas begituan!=.=” kataku dalam hati lagi. “benarkah?tapi ini bukan tempat
yang cocok untuk membuat tugas kalian, jadi pergilah!”katanya orang besar itu.
“ni orang badan aja gede, otaknya sekecil kotoran rayap =.=” kataku dalam hati
tak percaya.
Dengan
tingkah bak anak penurut, kami mengikuti kata-katanya, kami berbalik pergi.
Sejenak aku dan miuji saling memandang, dan hyakkk~ aku berbalik dengan
menggigit tangan om bertubuh besar itu, sementara Miuji menendang bagian
selangkang om itu. Spontan aja om itu terjatuh menahan sakit bagian intim nya.
Dengan cepat aku mengambil pistolnya agar posisi kami aman, namun dugaanku
salah. Om itu, tidak sendiri. “kau siapkan Miuji”kataku dengan semangat ‘45.
“tentu!”jawab temanku itu tak kalah semangat. Kami mengambil posisi siap
menyerang…
#Yui#
Aku
terbangun di ruangan yang hanya diterangi sinar matahari yang hampir terbenam.
Dengan menahan sedikit rasa sakit di
punggungku, sedikit-sedikit aku mulai teringat apa yang terjadi..
*flash back*
“turunkan aku, kalian mau
bawa aku kemana?apa yang kalian inginkan dariku?”teriakku hingga air mataku
hampir terjatuh, namun bisa aku tahan. “tenang saja nona, bukan nona yang kami
incar. Nona tidak akan kami celakai.”kata orang yang berada disebelah kananku.
“kalau bukan aku, siapa?”tanyaku penasaran, “teman nona”jawabnya singkat. Aku
terkejut “Rea”kataku pelan, “apa yang kalian ingin kan dari Rea, apa tujuan
kalian?”tanyaku dengan nada yang lebih kencang. “maaf nona, hanya itu yang bisa
kami jelaskan. Lebih baik nona beristirahat dahulu”kata pria satu lagi yang
duduk di sebelah kiriku dan ia pun memukul punggungku, sehingga membuatku tak
sadarkan diri.
*flashback end*
Aku memperhatikan disekelilingku
dan melihat seseorang laki-laki tengah duduk membelakangiku sambil meminum
wine. “kau siapa?”tanyaku dengan tenaga yang berangsur-angsur pulih, “ohh, kau
sudah sadar nona?”tanyanya dan berbalik menghadapku. Ia berjalan mendekatiku
sampai mata kami saling bertemu, “apa masih terasa sakit?maafkan ketidak
sopanan kami nona, tapi itu adalah sebuah perintah”katanya dengan senyuman
licik. “perintah dari siapa?”tanyaku dengan tatapan tajam, “ohhh, ternyata nona
kami memiliki tatapan yang menyeramkan.” Katanya dengan dingin. “Nona lebih baik jangan banyak bertanya, walau
‘orang itu’ menginginkan aku tak menyakiti nona, tapi aku tidak menjamin nona
akan selamat, jika nona membuat aku kesal” katanya dengan pandangan meyeramkan.
Kata-kata dan ekspresinya membuat aku merinding, “siapa orang ini?”tanyaku
dalam hati.
“kami sudah membawanya,
tuan” kata seorang pria yang datang dari arah pintu masuk, betapa terkejutnya
aku, kedua pria itu tak sendiri ia bersama dengan Rea. Dengan spontan aku
menyebut namanya “Rea”kataku sedikit keras, gadis itu hanya menatapku dengan
ekspresi terlihat sedikit lega. “lari lah Rea, jangan kesini”suruhku dengan
nada lebih keras, pria menyeram ini langsung menutup mulutku dengan tangannya,
“tenanglah nona, kau sungguh berisik”katanya pelan namun membuatku sedikit
takut.
“selamat datang, REA”
katanya dengan sedikit menekan kata Rea. “kau memang gadis yang pemberani, ya?!”katanya
dengan tersenyum seperti setan. “lepaskan Yui”katanya dengan singkat tanpa
sedikitpun rasa gentar di kata-katanya, ia memang gadis yang hebat. “tentu saja
aku lepaskan, namun setelah tugasku selesai.”katanya dengan ekspresi lebih
serius, ia berjalan mendekati jendela dan melihat keadaan diluar. Tindakannya
membuat aku bingung, apa yang diinginkannya? Sepertinya bukan aku saja, namun
Reapun dibuat kebingungan olehnya. Terlihat gemuruh seperti langkah kaki
mendekati ruangan ini dan ternyata itu adalah pria sok dan temannya. “apa yang
mereka lakukan disini?”tanyaku dalam hati. “tamu kita yang sebenarnya sudah sampai
ternyata dan dia tidak sendiri, bersama temannya rupanya.”kata pria menyeramkan
itu seraya tersenyum dingin. “tamu yang sebenarnya?jadi bukan Rea yang mereka
inginkan mungkinkah Pria sok itu atau temannya?”tanyaku dalam hati kebingungan.
“wahh, ramai juga disini.
Oh, hey Rea sepertinya kau baik-baik saja.”sapanya tenang pada Rea dan
berlanjut dengan menoleh padaku. Mata kami saling bertemu, membuat jantungku
tiba-tiba berdekup dengan kencang. “ baik, semuanya telah berkumpul. Selamat
datang semuanya. Senang kalian dapat hadir disini.”kata pria mengerikan itu
tiba-tiba. “apa aku dan temanku juga tamu?”Tanya pria sok itu dengan muka
polos. Astaga sempat-sempatnya bercanda disaat seperti ini. “tentu saja, memang
kau tamu utama kami”katanya seraya tersenyum devil.
“aku rasa, kau dan temanmu
bukan tuan rumah yang baik. Tidak ada makanan dan minuman untuk kami. ya kan
sobat?”kata teman dari pria sok itu sambil menyikut orang disebelahnya. “oh, ya
betul. Tidak baik!”kata pria sok itu meladeni candaan dari temannya. “maaf,
adik-adik sekalian, bukan dengan cara itu kami menyapa tamu”katanya tidak mau
kalah. “lalu dengan apa?”Tanya pria sok itu, tiba-tiba semua orang yang sedari tadi
berdiri mengawasi, memegang tangan pria sok
beserta temannya dan juga Rea, namun Rea dapat menghindar dengan gesit.
Ia berlari kearah ku namun dihadang dengan pria menyeramkan itu.
“kau gesit juga”katanya,
lalu Rea hendak menendangnya namun pria itu berhasil menghindar, dengan cepat
Rea menggunakan sela waktu itu untuk menghampiriku dan membuka ikatanku dengan
pisau kecil yang ia bawa. Tak mau kecolongan pria itu hendak menghampiri Rea,
namun Rea sudah menyadarinya dan mengambil patahan kayu yang berada tak jauh
dari posisi kami dan memukul kepala pria itu dengan keras, sehingga membuat
pria itu jatuh dan mengeluarkan darah dari kepalanya. Dengan cepat Rea membuka
ikatanku dan berhasil. Dan kami berusaha berlari keluar namun di halang oleh
pria-pria bertubuh lebih besar dari kami.
“beraninya kau melukaiku.
Kau tak akan ku maafkan!”kata pria itu menakutkanku. Aku dan Rea mengambil
posisi siap menyerang sementara pria sok dan temannya itu berusaha untuk lepas
dari pegangan pria bertubuh besar itu dan mereka pun berhasil, lalu mereka
berlari mendekati kami. Pria sok itu dalam posisi melindungi Rea dan temannya
dalam posisi melindungiku. “kalian benar-benar anak nakal, kalian tau anak
nakal seperti kalian patut di beri pelajaran.”katanya dan mendekati kami. “om
juga om yang nakal, jadi om juga pantas diberi pelajaran”kata pria sok meledek.
“lagi pula kami cukup bosan diberi banyak pelajaran disekolah, jadi kami tidak
akan menerima pelajaran itu om”sambung teman dari pria sok itu. Aku pun tak
bisa menahan tawaku, namun Rea tetap tak ada ekspresi, setelah pulang akan ku
periksa apa dia robot atau tidak.
“kalian banyak bicara”kata
pria itu, ia berjalan pelan namun pasti dan sekarang ia tak jauh dari kami.
krinnggg..kringgg…terdengar suara telephone dari saku pria itu, dan ia pun
mengangkatnya. Kesempatan baik ini tak kami hilangkan Rea menendang pria yang
berada didekatnya hingga terjatuh, begitu juga dengan pria sok dan temannya,aku
tak mau kalah aku menendang selangkangan pria yang hendak memukul Rea hingga
pria itu tersungkur jatuh menahan sakit. Selagi kami melawan pasukan pria bertubuh
besar itu,aku melihat pria menyeramkan
itu dengan tenang berbicara dalam telephone dan ia memperlihatkan senyuman
menyeramkan seakan ia memenangkan undian besar, itu membuatku curiga.
Dengan cepat kami berhasil
mengalahkan pria-pria besar itu dan berlari keluar, namun disana sudah ada 3
orang lainnya yang menunggu kami, pria sok dan temannya berusaha untuk melawan
dengan jurus sebisanya namun itu ampuh juga. Tiba-tiba pria menyeramkan itu
menarik lengan Rea dan mencekiknya, aku tak diam melihatnya namun aku dihadang
oleh pria yang terlihat lebih kecil dari teman-temannya.
“kau berani-beraninya
melukaiku, hah! Aku tak peduli setelah ini ‘orang itu’ akan mengomeliku atau
apa, yang penting hatiku sudah puas untuk balas dendam.”katanya dengan lebih kuat
mencekiknya. Aku ingin menyelamatkan Rea namun dihadang oleh pria jelek ini,
sial “minggir kau menghalangi ku!” bentakku padanya. Pria itu hanya tersenyum
sinis dan mendorongku hingga jatuh membetur tembok. Aku sedikit menahan sakit, sambil
memperhatikan pria sok dan temannya sedang memukul dan menendang musuh dan Rea
yang terdiam dicekik olehnya. Aku berusaha bangkit namun pria jelek itu
menghampiriku lagi dan mendorong ku kembali hingga terpojok dan menampar pipiku
beberapa kali hingga membuatku lemas dan pingsan.
#Rea#
Aku hanya bisa menahan
tangan pria menyebalkan itu dari leherku “kau takut hah?kau seharusnya
takut”katanya dengan tampang pingin
dihajar. “kau menyebalkan!”kataku berusaha ditengah sesaknya nafasku,
lalu aku memukul kepala pria itu dengan sekuat-kuatnya, hingga pria itu
melepaskan tangannya dari leherku. Uhukkk uhukkk, pegangan tannya cukup keras
hingga membuatku sesak. Aku berusaha bangun namun dicegah olehnya lagi, kami
saling memandang “matamu sangat mirip dengan ‘orang itu’ membuat aku kesal
saja.”katanya hendak memukulku, namun aku dapat menghindar. “dari tadi orang
ini, menyebutkan ‘orang itu’ terus, memangnya ‘orang itu’ siapa?”tanyaku dalam
hati.
Saat orang menyebalkan itu
hendak mengambil ancang-ancang untuk melawan lagi, Riu datang dan menendang
orang itu hingga terjatuh. Dan ia menarik tanganku dan kamipun berlari keluar
“bagaimana dengan yui?”tanyaku padanya sambil berlari. “temanku sudah
membawanya keluar”katanya cepat. Kami berlari jauh hingga keluar dari rumah
kosong itu dan menemukan Yui yang bersender di sebuah pohon bersama temannya
Riu di sebuah taman. Aku melihat Yui tak sadarkan diri, aku mendekatinya dan
melihat keadaannya, “dia baik-baik saja, nanti saja sadar.” Kata temannya Riu
itu. “oh ya, kita belum kenalan aku Miuji, kau Rea kan?”katanya sambil
mengadahkan tangan mengajak kenalan. Aku hanya mengangguk dan tiba-tiba Yui
sadar. “Rea”katanya dan memelukku, sejenak aku biarkan dia memeluk lalu aku
melepaskan pelukannya. Ia menatap sekeliling dan tiba-tiba Riu mendekatinya dan
mengajak kenalan, “aku Riu dan ini temanku Miuji. Kau baik-baik saja kan Yui?”
tanyanya dengan khawatir. “iya, aku baik-baik saja” jawabnya dengan malu-malu.
Kringg…kringg… terdengar telephone Riu berbunyi, ia mengangkatnya “halo bi, ada
apa?”Tanyanya. “Akemi hilang?”lanjutnya dengan nada lemah tak percaya dan
ekspresi yang kaget bercampur takut.
~To be continue~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar