Label

Minggu, 02 September 2012

I'm Not alone #episode 3#



#Rea#
“apa yang harus ku lakukan?” tanyaku dalam hati, perlahan namun pasti aku bangkit dan berjalan pulang. Tak sengaja aku menginjak sesuatu, aku melihatnya dan mengambilnya, “bros?” tanyaku dalam hati. Bros berlambangkan bak matahari dan bulan yang menyatu, aku memandanginya sejenak dan meremasnya lalu memasukkannya ke saku kemeja sekolah, dan akupun melanjutkan perjalanan pulang.
Selama perjalanan pulang pikiranku hanya terpenuhi dengan kejadian tadi. Banyak sekali pertanyaan dan penyesalan yang aku rasakan. “Andai saja aku lebih kuat, Yui tidak akan diculik, andai saja aku bergerak lebih gesit, SIAL!SIAL!”kataku dalam hati sambil memukul tembok terdekat. Sesampainya di rumah, aku berbaring di tempat tidurku. Aku berfikir dan terus berfikir, bagaimana cara menyelamatkannya, sejenak aku menutup mataku sampai terlelap tidur. “Ibu…ibu… jangan pergi, jangan tinggalkan aku ibuuu…” teriakku dalam tidur, membuat aku terbangun. Sudah sekian kali bermimpi hal ini, dan setiap itu pula dadaku terasa sesak, sungguh sakit. Tiba-tiba aku teringat dengan kejadian tadi sore, “bagaimana keadaannya?” tanyaku khawatir.
~~~~~~~~~~~~~~
Saat istirahat aku memilih berdiam di atap sekolah, menjauh dari keramaian. Aku berdiri di dekat pagar pembatas sambil melihat langit, pikiranku hanya tertuju pada Yui, aku mengambil bros yang berada di saku kemejaku, “matahari dan bulan” kataku pelan. aku berinisiatif untuk menelpon Yui, berharap telponnya tidak dimatikan. Aku menelponnya sekali namun tidak diangkat, aku mencoba kembali tetap tak diangkat, saat ke-3 kalinya, diangkat! Sejenak, kami hanya saling terdiam tanpa bersuara,namun aku pun mulai untuk bicara. “lepaskan dia!” kataku singkat namun jelas, dia hanya terdiam tanpa menyautku, sehingga membuatku geram “jangan sakiti Yui! berikan hpnya pada yui, cepat!” bentakku keras.”tenang saja, dia masih baik-baik saja sampai nanti sore. kalau kau ingin dia selamat datanglah ke Rumah kosong di sebelah timur taman kota.” Katanya tiba-tiba dan langsung menutup teleponnya.  Aku diam sejenak, menghela nafas panjang dan pergi menuju kelas.

#Riu#
Bersantai-santai sambil melihat langit memang ampuh untuk menenangkan hati, aku menutup mata dan merasakan hembusan angin yang menimpaku, sangat nyaman. *ceklek* terdengar bunyi pintu terbuka, sontak aku membuka mata. Aku bangun dan coba melihat, “Rea” kataku dalam hati, awalnya aku ingin menyapanya, namun aku terhenti saat aku rasa terjadi sesuatu padanya.
Ia mengeluarkan handphonenya dan berusaha menghubungi seseorang berulang kali, sampai ia berkata “lepaskan dia!”katanya dingin, lalu dilanjutkan “jangan sakiti yui, berikan hpnya pada yui, cepat!” katanya membentak. Seketika membuat aku terkaget, “Yui?”tanyaku dalam hati
*flashback*
“ga bisa…. Ga bisaa…lihat dong tangan Rea kan terluka. Ga adil tuh namanya!” tentang seorang gadis
*flash back end*
“Apa sesuatu terjadi padanya?” lanjutku. Setelah selesai menelpon seseorang, ia berbalik pergi keluar, dengan cepat aku menyembunyikan diriku agar tak terlihat olehnya. Aku hanya berdiri diam dan berfikir.

Saat pulang sekolah, aku dan miuji berjalan melewati koridor sekolah dan tidak sengaja berpapasan dengan Rea yang terlihat tergesa-gesa, aku langsung berpikir cepat “Miuji” kataku memanggil temanku yang sibuk mengotak-atik hpnya. “apa kau mau sedikit berolah raga?”Tawarku. “olah raga?”Tanyanya dengan menatapku bingung, sejenak ia terdiam seakan berpikir sesuatu. ”baiklah”jawabnya semangat. “kalau begitu ayo!”perintahku, kami berlari dengan aku yang memimpin mengejar langkah Rea, namun tentu saja tanpa sepengetahuannya.
Hingga kami tiba di sebuah rumah tua yang tidak berpenghuni dengan hari yang semakin gelap membuat suasana semakin mencekam, kami melihat Rea masuk dengan santainya. “hei, kau bilang mau olah raga, tapi kenapa malah ketempat ini? Dan juga gadis dingin itu kenapa?” Tanyanya dengan nada sedikit serak. “haha, kau takut ya?”ledekku dengan tampang menyebalkan. “tentu saja…tidak”katanya ragu-ragu, “ada seseorang yang perlu kita selamatkan”kataku kembali serius. “maksudmu gadis dingin itu?”tanyanya, “ya. Dia beserta temannya. Hari ini kita akan menjadi pahlawan mereka”kataku dengan PD dan sedikit tersenyum. “ayo masuk!”seruku seperti komandan siap bertempur.
Rumah ini memiliki halaman yang sangat luas dan cukup indah jika dihuni seseorang. Kami berjalan hati-hati agar tida menimbulkan suara yang mencurigakan, seperti halnya maling perfesional, kami mengikuti Rea tanpa ketahuan sedikitpun. Aku rasa kami cocok menjadi maling *just kidding*. Tiba-tiba saja 2 pria yang berpakaian serba hitam seperti di MIB menghampiri Rea, sontak kami bersembunyi agar tidak ketahuan. Kami bersembunyi di balik pepohonan yang rindang, dan melihat Rea masuk ke dalam rumah dengan di dampingi 2 orang itu.
“hey, mau kemana gadis itu?”Tanya miuji dengan suara rendah “apa mereka penculik perfesional?rumah seluas ini tidak ada satupun penjaga yang mengawasi bagian depan..”katanya meneliti bak detective. “mungkin mereka kekurangan orang”sautku sambil berpikir. Tiba-tiba terdengar suara dari belakang “kalian siapa?” Tanya orang itu mengintrogasi. “O! O! Miuji, mungkin mereka memang perfesional”kataku dengan nada seperti maling yang gagal beraksi. Walau dia hanya sendiri, tetapi pria itu membawa pistol, tentu saja kami tidak melakukan hal yang membuat nyawa kami hilang seketika.
“aku tanya kalian siapa?”tanyanya lagi dengan nada lebih tinggi. “kami hanya ingin mengukur luas halaman ini, om”kata miuji tiba-tiba. “what?alasan apaan tuh?=.=” tanyaku dalam hati sambil memandangnya. “kami punya tugas untuk mengukur 10 halaman rumah orang”katanya lagi dengan cepat. “hanya guru yang sableng, ngasi tugas begituan!=.=” kataku dalam hati lagi. “benarkah?tapi ini bukan tempat yang cocok untuk membuat tugas kalian, jadi pergilah!”katanya orang besar itu. “ni orang badan aja gede, otaknya sekecil kotoran rayap =.=” kataku dalam hati tak percaya.
Dengan tingkah bak anak penurut, kami mengikuti kata-katanya, kami berbalik pergi. Sejenak aku dan miuji saling memandang, dan hyakkk~ aku berbalik dengan menggigit tangan om bertubuh besar itu, sementara Miuji menendang bagian selangkang om itu. Spontan aja om itu terjatuh menahan sakit bagian intim nya. Dengan cepat aku mengambil pistolnya agar posisi kami aman, namun dugaanku salah. Om itu, tidak sendiri. “kau siapkan Miuji”kataku dengan semangat ‘45. “tentu!”jawab temanku itu tak kalah semangat. Kami mengambil posisi siap menyerang…
#Yui#
Aku terbangun di ruangan yang hanya diterangi sinar matahari yang hampir terbenam. Dengan menahan  sedikit rasa sakit di punggungku, sedikit-sedikit aku mulai teringat apa yang terjadi..
*flash back*
“turunkan aku, kalian mau bawa aku kemana?apa yang kalian inginkan dariku?”teriakku hingga air mataku hampir terjatuh, namun bisa aku tahan. “tenang saja nona, bukan nona yang kami incar. Nona tidak akan kami celakai.”kata orang yang berada disebelah kananku. “kalau bukan aku, siapa?”tanyaku penasaran, “teman nona”jawabnya singkat. Aku terkejut “Rea”kataku pelan, “apa yang kalian ingin kan dari Rea, apa tujuan kalian?”tanyaku dengan nada yang lebih kencang. “maaf nona, hanya itu yang bisa kami jelaskan. Lebih baik nona beristirahat dahulu”kata pria satu lagi yang duduk di sebelah kiriku dan ia pun memukul punggungku, sehingga membuatku tak sadarkan diri.
*flashback end*

Aku memperhatikan disekelilingku dan melihat seseorang laki-laki tengah duduk membelakangiku sambil meminum wine. “kau siapa?”tanyaku dengan tenaga yang berangsur-angsur pulih, “ohh, kau sudah sadar nona?”tanyanya dan berbalik menghadapku. Ia berjalan mendekatiku sampai mata kami saling bertemu, “apa masih terasa sakit?maafkan ketidak sopanan kami nona, tapi itu adalah sebuah perintah”katanya dengan senyuman licik. “perintah dari siapa?”tanyaku dengan tatapan tajam, “ohhh, ternyata nona kami memiliki tatapan yang menyeramkan.” Katanya dengan dingin.  “Nona lebih baik jangan banyak bertanya, walau ‘orang itu’ menginginkan aku tak menyakiti nona, tapi aku tidak menjamin nona akan selamat, jika nona membuat aku kesal” katanya dengan pandangan meyeramkan. Kata-kata dan ekspresinya membuat aku merinding, “siapa orang ini?”tanyaku dalam hati.

“kami sudah membawanya, tuan” kata seorang pria yang datang dari arah pintu masuk, betapa terkejutnya aku, kedua pria itu tak sendiri ia bersama dengan Rea. Dengan spontan aku menyebut namanya “Rea”kataku sedikit keras, gadis itu hanya menatapku dengan ekspresi terlihat sedikit lega. “lari lah Rea, jangan kesini”suruhku dengan nada lebih keras, pria menyeram ini langsung menutup mulutku dengan tangannya, “tenanglah nona, kau sungguh berisik”katanya pelan namun membuatku sedikit takut.

“selamat datang, REA” katanya dengan sedikit menekan kata Rea. “kau memang gadis yang pemberani, ya?!”katanya dengan tersenyum seperti setan. “lepaskan Yui”katanya dengan singkat tanpa sedikitpun rasa gentar di kata-katanya, ia memang gadis yang hebat. “tentu saja aku lepaskan, namun setelah tugasku selesai.”katanya dengan ekspresi lebih serius, ia berjalan mendekati jendela dan melihat keadaan diluar. Tindakannya membuat aku bingung, apa yang diinginkannya? Sepertinya bukan aku saja, namun Reapun dibuat kebingungan olehnya. Terlihat gemuruh seperti langkah kaki mendekati ruangan ini dan ternyata itu adalah pria sok dan temannya. “apa yang mereka lakukan disini?”tanyaku dalam hati. “tamu kita yang sebenarnya sudah sampai ternyata dan dia tidak sendiri, bersama temannya rupanya.”kata pria menyeramkan itu seraya tersenyum dingin. “tamu yang sebenarnya?jadi bukan Rea yang mereka inginkan mungkinkah Pria sok itu atau temannya?”tanyaku dalam hati kebingungan.

“wahh, ramai juga disini. Oh, hey Rea sepertinya kau baik-baik saja.”sapanya tenang pada Rea dan berlanjut dengan menoleh padaku. Mata kami saling bertemu, membuat jantungku tiba-tiba berdekup dengan kencang. “ baik, semuanya telah berkumpul. Selamat datang semuanya. Senang kalian dapat hadir disini.”kata pria mengerikan itu tiba-tiba. “apa aku dan temanku juga tamu?”Tanya pria sok itu dengan muka polos. Astaga sempat-sempatnya bercanda disaat seperti ini. “tentu saja, memang kau tamu utama kami”katanya seraya tersenyum devil.

“aku rasa, kau dan temanmu bukan tuan rumah yang baik. Tidak ada makanan dan minuman untuk kami. ya kan sobat?”kata teman dari pria sok itu sambil menyikut orang disebelahnya. “oh, ya betul. Tidak baik!”kata pria sok itu meladeni candaan dari temannya. “maaf, adik-adik sekalian, bukan dengan cara itu kami menyapa tamu”katanya tidak mau kalah. “lalu dengan apa?”Tanya pria sok itu, tiba-tiba semua orang yang sedari tadi berdiri mengawasi, memegang tangan pria sok  beserta temannya dan juga Rea, namun Rea dapat menghindar dengan gesit. Ia berlari kearah ku namun dihadang dengan pria menyeramkan itu.

“kau gesit juga”katanya, lalu Rea hendak menendangnya namun pria itu berhasil menghindar, dengan cepat Rea menggunakan sela waktu itu untuk menghampiriku dan membuka ikatanku dengan pisau kecil yang ia bawa. Tak mau kecolongan pria itu hendak menghampiri Rea, namun Rea sudah menyadarinya dan mengambil patahan kayu yang berada tak jauh dari posisi kami dan memukul kepala pria itu dengan keras, sehingga membuat pria itu jatuh dan mengeluarkan darah dari kepalanya. Dengan cepat Rea membuka ikatanku dan berhasil. Dan kami berusaha berlari keluar namun di halang oleh pria-pria bertubuh lebih besar dari kami.

“beraninya kau melukaiku. Kau tak akan ku maafkan!”kata pria itu menakutkanku. Aku dan Rea mengambil posisi siap menyerang sementara pria sok dan temannya itu berusaha untuk lepas dari pegangan pria bertubuh besar itu dan mereka pun berhasil, lalu mereka berlari mendekati kami. Pria sok itu dalam posisi melindungi Rea dan temannya dalam posisi melindungiku. “kalian benar-benar anak nakal, kalian tau anak nakal seperti kalian patut di beri pelajaran.”katanya dan mendekati kami. “om juga om yang nakal, jadi om juga pantas diberi pelajaran”kata pria sok meledek. “lagi pula kami cukup bosan diberi banyak pelajaran disekolah, jadi kami tidak akan menerima pelajaran itu om”sambung teman dari pria sok itu. Aku pun tak bisa menahan tawaku, namun Rea tetap tak ada ekspresi, setelah pulang akan ku periksa apa dia robot atau tidak.

“kalian banyak bicara”kata pria itu, ia berjalan pelan namun pasti dan sekarang ia tak jauh dari kami. krinnggg..kringgg…terdengar suara telephone dari saku pria itu, dan ia pun mengangkatnya. Kesempatan baik ini tak kami hilangkan Rea menendang pria yang berada didekatnya hingga terjatuh, begitu juga dengan pria sok dan temannya,aku tak mau kalah aku menendang selangkangan pria yang hendak memukul Rea hingga pria itu tersungkur jatuh menahan sakit. Selagi kami melawan pasukan pria bertubuh besar itu,aku melihat  pria menyeramkan itu dengan tenang berbicara dalam telephone dan ia memperlihatkan senyuman menyeramkan seakan ia memenangkan undian besar, itu membuatku curiga.

Dengan cepat kami berhasil mengalahkan pria-pria besar itu dan berlari keluar, namun disana sudah ada 3 orang lainnya yang menunggu kami, pria sok dan temannya berusaha untuk melawan dengan jurus sebisanya namun itu ampuh juga. Tiba-tiba pria menyeramkan itu menarik lengan Rea dan mencekiknya, aku tak diam melihatnya namun aku dihadang oleh pria yang terlihat lebih kecil dari teman-temannya.

“kau berani-beraninya melukaiku, hah! Aku tak peduli setelah ini ‘orang itu’ akan mengomeliku atau apa, yang penting hatiku sudah puas untuk balas dendam.”katanya dengan lebih kuat mencekiknya. Aku ingin menyelamatkan Rea namun dihadang oleh pria jelek ini, sial “minggir kau menghalangi ku!” bentakku padanya. Pria itu hanya tersenyum sinis dan mendorongku hingga jatuh membetur tembok. Aku sedikit menahan sakit, sambil memperhatikan pria sok dan temannya sedang memukul dan menendang musuh dan Rea yang terdiam dicekik olehnya. Aku berusaha bangkit namun pria jelek itu menghampiriku lagi dan mendorong ku kembali hingga terpojok dan menampar pipiku beberapa kali hingga membuatku lemas dan pingsan.

#Rea#
Aku hanya bisa menahan tangan pria menyebalkan itu dari leherku “kau takut hah?kau seharusnya takut”katanya dengan tampang pingin  dihajar. “kau menyebalkan!”kataku berusaha ditengah sesaknya nafasku, lalu aku memukul kepala pria itu dengan sekuat-kuatnya, hingga pria itu melepaskan tangannya dari leherku. Uhukkk uhukkk, pegangan tannya cukup keras hingga membuatku sesak. Aku berusaha bangun namun dicegah olehnya lagi, kami saling memandang “matamu sangat mirip dengan ‘orang itu’ membuat aku kesal saja.”katanya hendak memukulku, namun aku dapat menghindar. “dari tadi orang ini, menyebutkan ‘orang itu’ terus, memangnya ‘orang itu’ siapa?”tanyaku dalam hati.

Saat orang menyebalkan itu hendak mengambil ancang-ancang untuk melawan lagi, Riu datang dan menendang orang itu hingga terjatuh. Dan ia menarik tanganku dan kamipun berlari keluar “bagaimana dengan yui?”tanyaku padanya sambil berlari. “temanku sudah membawanya keluar”katanya cepat. Kami berlari jauh hingga keluar dari rumah kosong itu dan menemukan Yui yang bersender di sebuah pohon bersama temannya Riu di sebuah taman. Aku melihat Yui tak sadarkan diri, aku mendekatinya dan melihat keadaannya, “dia baik-baik saja, nanti saja sadar.” Kata temannya Riu itu. “oh ya, kita belum kenalan aku Miuji, kau Rea kan?”katanya sambil mengadahkan tangan mengajak kenalan. Aku hanya mengangguk dan tiba-tiba Yui sadar. “Rea”katanya dan memelukku, sejenak aku biarkan dia memeluk lalu aku melepaskan pelukannya. Ia menatap sekeliling dan tiba-tiba Riu mendekatinya dan mengajak kenalan, “aku Riu dan ini temanku Miuji. Kau baik-baik saja kan Yui?” tanyanya dengan khawatir. “iya, aku baik-baik saja” jawabnya dengan malu-malu. Kringg…kringg… terdengar telephone Riu berbunyi, ia mengangkatnya “halo bi, ada apa?”Tanyanya. “Akemi hilang?”lanjutnya dengan nada lemah tak percaya dan ekspresi yang kaget bercampur takut.

~To be continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar