Label

Senin, 20 Januari 2014

Park Shi Hwan (박시환) - My Love (내 사람) lyric




무슨 말을 먼저 꺼낼까
museun mareul monjo kkonelkka
할 말이 많아서 망설이다가
hal mari manaso mangsoridaga
잘 자요 한 마디 그대 집 앞에 서서
jal jayo han madi geude jibape soso
편지처럼 내려놓고 돌아서
pyonji chorom neryonoko doraso
되돌아 오는 길 유난스럽게 길죠
dwedora oneun gil yunanseuropge giljyo
이럴 땐 반드시 눈물이 나요
irol tten bandeusi nunmuri nayo
누군가 볼까 봐 소매로 쓱 눈물 훔치고
nugun-ga bolkka bwa somero sseuk nunmul humchigo
그냥 그냥 웃어요
geunyang geunyang usoyo
이 거리에 추억 한 개 저 거리에 추억 두 개
i gorie chuok han ge jo gorie chuok du ge
난 그대 친구로 지내오며 다 모았죠
nan geude ching-guro jine omyo da moatjyo
더 늦으면 안 되니까 그댈 사랑한단 그 말
do neujeumyon an dwenikka geudel saranghandan geu mal
해야 하는데 내일로 미루죠
heya haneunde neillo mirujyo
잠자던 전화기 소란스럽게 울죠
jamjadon jonhwagi soranseuropge uljyo
안봐도 분명히 그대이겠죠
anbwado bunmyonghi geude igetjyo
나 아닌 그대가 사랑하는 그 사람이 또
na anin geudega saranghaneun geu sarami tto
그댈 그댈 울렸나요
geudel geudel ullyonnayo
이 거리에 추억 한 개 저 거리에 추억 두 개
i gorie chuok han ge jo gorie chuok du ge
난 그대 친구로 지내오며 다 모았죠
nan geude ching-guro jine omyo da moatjyo
더 늦으면 안 되니까 그댈 사랑한단 그 말
do neujeumyon an dwenikka geudel saranghandan geu mal
해야 하는데 내일로 미루죠
heya haneunde neillo mirujyo
그 사람과 헤어진 뒤에
geu saram gwa heojin dwie
날 사랑할 수 있을 까요 이런 나라도
nal saranghal su isseul kkayo iron narado
그러면 언제까지나 기다릴 게요 그저 그대 뒤에서
geuromyon onje kkajina gidaril geyo geujo geude dwieso
오늘이 지나고 시간이 쌓이고
oneuri jinago sigani ssaigo
몇 번의 계절이 바뀌어도
myot bone gyejori bakkwiodo
늘 그대만 사랑해요 그댄 적어도 내눈엔
neul geudeman sarangheyo geuden jogodo ne nunen
이 세상에서 제일 예쁜 내 사람
i sesangeso jeil yeppeun ne saram  

Source: http://chacha-31.blogspot.com/2013/11/park-shi-hwan-my-love-lyric.html?m=1

lee juck-빨래 (laundry) lyric



Romaji:

ppallaereul haeyagesseoyo. ohuen biga olkkayo.
geuraedo sanggwaneun eobseoyo. gwaenchanhayo.
mworado haeyaman hal geot gatayo. geureomyeon naeulkka sipeoyo.
jamsirado modu ijeul su isseul ji mollayo.
geuge cham maeumcheoreom swipjiga anhaseo
geuge cham malcheoreom doejiga anhaseo
muneojin gaseumi dasi ireoseol su itge
nan eotteokhaeya halkkayo. eotteoke haeyaman halkkayo.

geudaega nal tteonan geonji naega geudael tteonan geonji
ilbureo gieogeul heundeureo dwiseokkeodo
geumse tto anggeumi garaantdeut dasigeum seonmyeonghaejyeoyo.
jamsirado modu ijeul su isseulkka haenneunde

geuge cham maeumcheoreom swipjiga anhaseo
geuge cham malcheoreom doejiga anhaseo
muneojin gaseumi dasi ireoseol su itge
nan eotteokhaeya halkkayo. eotteoke haeyaman halkkayo.
dwijiphyeobeorin maeumi sarangeul ssodanaedorok
geuraeseo amu geotdo namgim eobsi biwonaedorok
naneun ireul ang damulgo beotyeoya haetjyo
hajiman yeotae nae gaseum sogen

geuge cham malcheoreom swipge doejiga anhaseo
muneojin gaseumi dasi ireoseol su itge
nan eotteokhaeya halkkayo. eotteoke haeyaman halkkayo.

ppallaereul haeyagesseoyo. ohuen biga olkkayo.

Translation:

I’ll do the laundry
Will it rain this afternoon?
But it doesn’t matter.
It’s okay.

I think I have to do something
Then I’ll feel better
Maybe I could forget everything for a while.

It is not easy as thinking
it is not easy as saying
To make my collapsed mind stand up again,
What should I do?
What am I supposed to do?

Did you leave me?
Or, did I leave you?
Even though scramble my memories on purpose
Soon it comes clear again like the dregs’ settling
I thought I could forget everything for a while

It is not easy as thinking
it is not easy as saying
To make my collapsed mind stand up again,
What should I do?
What should I do?

To make my turned over mind spit out love
So there’s nothing left
I had to keep my mouth shut and bear all the pain
But still in my mind…

It is not easy as saying
To make my collapsed mind stand up again,
What should I do?
What am I supposed to do?

I’ll do the laundry
Will it rain in the afternoon…?

Hangul:

빨래를 해야겠어요. 오후엔 비가 올까요.
그래도 상관은 없어요. 괜찮아요.
뭐라도 해야만 할 것 같아요. 그러면 나을까 싶어요.
잠시라도 모두 잊을 수 있을 지 몰라요.
그게 참 마음처럼 쉽지가 않아서
그게 참 말처럼 되지가 않아서
무너진 가슴이 다시 일어설 수 있게
난 어떡해야 할까요. 어떻게 해야만 할까요.

그대가 날 떠난 건지 내가 그댈 떠난 건지
일부러 기억을 흔들어 뒤섞어도
금세 또 앙금이 가라앉듯 다시금 선명해져요.
잠시라도 모두 잊을 수 있을까 했는데

그게 참 마음처럼 쉽지가 않아서
그게 참 말처럼 되지가 않아서
무너진 가슴이 다시 일어설 수 있게
난 어떡해야 할까요. 어떻게 해야만 할까요.
뒤집혀버린 마음이 사랑을 쏟아내도록
그래서 아무 것도 남김 없이 비워내도록
나는 이를 앙 다물고 버텨야 했죠
하지만 여태 내 가슴 속엔

그게 참 말처럼 쉽게 되지가 않아서
무너진 가슴이 다시 일어설 수 있게
난 어떡해야 할까요. 어떻게 해야만 할까요.

빨래를 해야겠어요. 오후엔 비가 올까요.

Source: http://tuneuplyrics.wordpress.com/2013/08/06/lee-juck-laundry/

Park Sihwan(박시환) videos

hi guys, do you Sihwan's Fans?
dou you want to know about Sihwan?
so... let's check this link ;)

http://www.youtube.com/channel/UC5JyZIrz1dUbnIgZV1gSaLg

Park Sihwan (박시환) Song

Rabu, 07 November 2012

Lingkaran Takdir

            “Kenapa kau ingin menjadi hakim?” Tanya seorang wanita separuh baya dengan tegas. “Saya ingin menegakkan hukum di negara ini. Semua orang tahu, hukum hanya memihak pada kalangan atas. Lalu bagaimana dengan kalangan bawah? Apa mereka tak berhak mendapat kebenaran? saya akan memberi mereka sebuah kebenaran, bukan janji tapi bukti.” jelasku tak kalah tegas. “Banyak sekali para calon mahasiswa maupun mahasiswi baru yang mengatakan hal yang sama denganmu. Lalu apa alasanmu yang bisa membuat kami percaya dengan perkataan mu?” Tanya seorang pria yang tampaknya lebih tua dari wanita tadi. “Ayah dan ibuku meninggal karena tidak adanya keadilan hukum di negara ini.” kataku menahan emosi. “Itu bermula 5 tahun yang lalu, ayah adalah seorang pekerja di sebuah pabrik makanan di daerah Gunung Anyar, Surabaya. Tak disangka pada hari itu, gudang pabrik itu terbakar, semua barang-barang di gudang itu hangus terbakar bersama dengan ayah saya. Walau ayah saya meninggal, kepala pabrik tetap menyalahkan ayah saya. Saat dipengadilan kami kalah dan harus membayar ganti rugi sebesar 100 juta, ibu menjual semua harta bendanya dan kami harus bekerja keras selama 5 tahun untuk melunasinya. Karena ibu terlalu bekerja dengan keras, ibu sakit dan akhirnya meninggal. Karena itu, saya berjanji pada diri saya sendiri untuk membalasnya dengan menjadi seorang hakim.” lanjutku.
Karena kemampuan serta didukung ceritaku itu, aku bisa masuk fakultas hukum Airlangga. Saat ini, aku  semester 3, walau belum semester tua, aku sudah memikirkan mengenai judul skripsiku. “Bagusnya apa ya?” tanyaku dalam hati sambil berjalan di koridor kampus. Tak sengaja aku melihat Pak Bambang kesusahan membawa buku yang banyak dan cukup tebal, akupun menghampirinya. “Pagi pak…pagi-pagi udah sibuk nih. Biar saya bantu pak” kataku memberi salam, kemudian mengambil 3 buku yang cukup tebal. “Buat apa semua buku ini pak?” tanyaku penasaran. “Teman bapak sedang menangani kasus yang cukup rumit, jadi bapak membantunya.” jelasnya dengan ramah. “ Memangnya kasus apaan pak?mungkin saya bisa bantu…” Tanyaku lagi. “Bukannya ngebantu, kamu mungkin malah ngerusuh. Pikirkan saja sekolahmu.” katanya meledek. “Bapak lupa? bapak yang bilang saya punya potensi yang bagus? trus saya akan menjadi hakim yang sukses” kataku cemberut. “haha…kau ini ngambekan. Mana ada hakim ngambekan? Sepertinya bapak harus tarik omongan bapak yang itu” katanya, membuatku terkejut. “yahh…jangan dong pak. Janji deh nggak ngambek lagi.”kataku memohon. “ia..ia… masalah ini begitu rumit. Tentang pembunuhan gitu…” jelasnya kemudian.
Hari ini aku sudah ga ada kelas, aku memilih untuk pergi ke perpustakaan untuk membaca buku. “Aku perhatikan dan mencari dengan teliti setiap buku yang berjejer rapi di rak buku. “Bagaimana perkembangan kasusmu, Han?” kata seseorang yang terlihat sedang menelepon dari balik rak buku didepanku, akupun mengintipnya, ternyata Pak Bambang. “Aku mengerti, kalau begitu aku akan kerumahmu nanti sore” katanya lagi dan menutup telepon. “saya ikut ya Pak” kataku tiba-tiba muncul dari arah kanan Pak Bambang, sehingga membuat laki-laki tua itu terkejut. Sesampainya dirumah teman Pak Bambang, kami dipersilahkan masuk oleh seorang wanita yang cukup muda,“Silahkan masuk tuan” katanya ramah. Kamipun duduk di sofa ruang tamu dan orang yang kami tunggu itupun datang  menghampiri kami, “Dia siapa Bang?” tanyanya kemudian, “Bang? ‘Bang’ dari’ Bambang’ kah?hahaha.. Lucu juga” kataku dalam hati sambil menahan tawa. “Anak buah” jawab Pak Bambang singkat, ”Perkenalkan nama saya Klara Alisia” kataku memperkenalkan diri, “Saya Handoyo Basuki” kata pria itu kemudian. ”Bapak seorang detective ya?” tanyaku kemudian dengan semangat, “hushhh, kau ini berisik sekali…jadi gimana, Han?”Tanya pak Bambang lalu menyuruhku untuk tenang.
Iapun duduk didepan kami, “Tidak ada bukti kuat, untuk menuntut pelaku. Tapi aku yakin kalau orang itu bersalah.” jelas Pak Handoyo dengan setengah berpikir. “Bagaimana kau bisa yakin, Han?” tanya Pak Bambang, “Aku mengenal orang yang kenal dengan si pelaku. Ia mengatakan bahwa si pelaku jarang bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, sekalipun keluar itu untuk belanja keperluan sehari-hari. Sayangnya dia memiliki alibi yang cukup kuat pada waktu pembunuhan.” jelas Pak Handoyo. “Apa alibinya?” Tanya Pak Bambang kembali. “Ia menghadiri pertemuan bersama teman-teman kuliahnya di sebuah kafe di Solo” jawabnya.  “Aneh sekali. Orang yang susah untuk bersosialisasi, tapi datang ke sebuah pertemuan yang identik dengan keramaian.” kataku keceplosan. Mereka menoleh kerahku dan memandang heran, “Maaf pak, keceplosan. Hehehe…” kataku cengengesan. “Sebenarnya, itu juga yang aku pikirkan” kata Pak Handoyo. “Mungkin dia menyuruh orang lain untuk melakukannya?” kataku lagi. “Bagaimana kalau sekarang kita bertemu dengan keluarga korban? ”saran Pak Bambang.
Saat dirumah keluarga korban. “Bisakah ibu menceritakan saat sebelum alm. Pak Yanto meninggal?” Tanya Pak Handoyo memulai perbincangan. “Sore harinya, suami saya pamit untuk bertemu dengan seseorang di sebuah rumah makan padang dekat sini. Itulah terakhir saya bertemu dengannya.” Kata wanita itu menahan tangis. “Ibu tidak meneleponnya?” tanya Pak Bambang, “Sudah saya lakukan, tapi telponnya tidak aktif.” jawabnya hingga wanita itu tak sanggup menahan air matanya. Kamipun pamit pulang, “selanjutnya kita kemana, pak?” tanyaku, “Ke rumah makan padang.”jawab Pak Handoyo dan Pak Bambang serentak. Sesampainya di sana, Pak Bambang dan Pak Handoyo segera menanyakan pada pelayan rumah makan itu. “Permisi mbak, apa mbak pernah melihat laki-laki ini?” tanya Pak Handoyo sambil memperlihatkan foto alm. Pak Yanto. Terlihat wanita itu melihat dengan teliti sambil berpikir keras. “Sekitar 5 hari yang lalu pria ini datang ke sini dan bertemu dengan seseorang di rumah makan ini.” sambung Pak Bambang. “oh iya, saya ingat. Waktu itu tidak sengaja saya menumpahkan es teh ke baju teman pria ini.” Jawab wanita itu. “Apa mbak ingat orangnya?” tanya Pak Handoyo cepat. “Memangnya kalian siapanya ya?” tanya pelayan rumah makan itu. “Saya saudara jauhnya dan ini anaknya yang sudah lama berpisah dengannya” Kata Pak Bambang berbohong sambil menunjukku. “Aku?”tanyaku dalam hati dengan tampang bingung.  “ooo…. Kalau ga salah ciri-cirinya tubuhnya tinggi, sedikit bungkuk, putih dan rambutnya cukup pendek.” jelas wanita itu. “Apa tante tau informasi yang lainnya?” tanyaku mendahului bapak-bapak tua itu. “Tante? Saya masih umur 20 tahun tau…”katanya ngambek, “ Hehe…maap deh tante, eh maksudnya kakak…”kataku cengengesan. “Saat itu, saya menawarkan untuk mencuci pakaiannya, lalu dia memberi saya sebuah kartu nama.” jawabnya, “Bisa saya lihat?” pinta Pak Handoyo. Wanita itu pergi ke dalam dan beberapa menit kemudian ia kembali sambil membawa sebuah kartu nama di tangan kanannya. “Namanya Syafudin Juyadi dan sepertinya dia bekerja di Hotel Mentari. Ayo kita kesana.” kata Pak Handoyo memberi intruksi. Setelah berpamit dan berterimakasi pada pelayan rumah makan itu, kamipun pergi ke tempat selanjutnya.
Kami berjalan menuju tempat resepsionis dengan Pak Handoyo dan Pak Bambang berjalan di depanku. Sementara mereka bertanya-tanya, aku memperhatikan sekeliling dan aku terkejut menemukan sesosok yang aku kenal. Orang yang telah menfitnah ayahku dan mengakibatkan ibuku meninggal. Aku memperhatikannya lekat-lekat, tanpa sadar aku melangkah mendekati orang itu namun seseorang menahanku dari belakang. “Kau mau kemana?” tanya Pak Bambang, aku tak menjawab pertanyaannya dan masih menatap orang itu dengan tajam. “Kau lihat siapa?” tanya Pak Bambang lagi. “Saat ini, orang yang memfitnah ayah saya dan membuat ibu saya meninggal ada di depan saya pak…” kataku lemah. Didalam mobil, aku hanya diam dan tak bicara seperti biasanya. “Kami sudah menemukan alamat rumahnya. Karena sudah malam, kami sepakat untuk melanjutkannya besok. Besok kau tidak usah ikut, tidak apa-apa kan?” tanya Pak Bambang padaku. Walau aku mendengar perkataannya, aku tak ada tenaga untuk menjawab perkataanya, alhasil aku hanya mengangguk pelan.
Esok harinya saat jam pelajaran, aku sama sekali tidak fokus, yang kufikirkan hanya orang jahat itu. setelah selesai pelajaran, segera aku pergi ke tempat kerja yaitu warung lalapan dekat kampus. Seperti biasa aku mengurusi bagian kasir dan sekali lagi aku dibuat terkejut, orang jahat itu datang bersama 2 orang temannya dan duduk tak jauh dari tempatku berada. Dia berbincang dan tertawa seperti tak ada dosa, kemudian dia pergi keluar untuk menerima telepon. Segera aku mengikutinya dan berusaha mendengar yang ia bicarakan. Aku bersembunyi di balik pohon yang tak jauh dari posisinya berdiri, “Tenang saja, semuanya sudah aku tangani. Dengan sedikit sentuhan uang dan kekuasaan, semuanya akan beres.” katanya dengan ekspresi memuakkan. Mendengarnya membuatku emosi, ia menyalahgunakan uang dan posisi untuk melukai seseorang. Itulah yang membuatku muak. Setelah itu dia balik kedalam dan menikmati makanan, setelah beberapa menit ia dan 2 orang temannya itu pergi meninggalkan tempat makan ini. Aku memperhatikannya sampai ia masuk ke mobil sampai akhirnya menghilang.
Selesai kerja aku menelepon Pak Bambang, “Gimana pak? Ada perkembangan?” tanyaku, “Orang itu sudah pindah rumah.” jawabnya dari balik telepon. Jawaban itu membuatku kecewa, “Apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanyaku dalam hati. Tiba-tiba terlintas dalam pikiranku. “Hallo pak, apa tidak bisa kita melacaknya melalui nomor telepon?” tanyaku, “Itu sedikit susah, karena melanggar privasi.” Jawabnya. “Apa privasi lebih penting dari pada kebenaran?”tanyaku kembali. Kamipun bertemu di pusat telekomunikasi, bertemu dan meminta ijin pada kepala bidang. Berkat hasutan Pak Handoyo yang dasyat, kami bisa mendapat ijin. Setelah mendapat informasi yang kami inginkan, kami kembali ke dalam mobil. Sementara Pak Handoyo menyetir, Pak Bambang membaca informasi yang baru saja ia dapatkan. “Dari bahasanya, sepertinya Yanto dan Syafudin ini baru saling kenal. Lalu siapa ‘MR’ ? 3 hari terakhir, mereka selalu berbincang mengenai orang ini.” kata Pak Bambang. Kembali dia membacanya, “ohh…jadi, dulu MR seorang kepala pabrik di daerah  Gunung Anyar, kemudian ia pindah ke cabangnya satu lagi di daerah Dr. Sutomo. Sepertinya dia ada hubungannya dengan kasus ini.” jelas Pak Bambang sambil membaca informasi-informasi tersebut.
Mendengar kepala pabrik di Gunung Anyar membuatku teringat akan orang jahat itu, “ ‘MR’ apa mungkin ‘Muhammad Ridwan’ “kataku dalam hati. “Pak, bisa kita ke kantor polisi untuk mencari alamat lewat plat mobil?” tanyaku, “Ada apa? apa kau menemukan sesuatu?” tanya Pak Handoyo kemudan. “Sepertinya, saya tau siapa ‘MR’ itu…” jawabku kemudian. Sesampainya disana, aku memberikan nomor plat mobil yang kumaksud pada polisi yang menangani bagian tersebut. Dan akhirnya kami menemukan titik terang “Mobil atas nama Syafudin Juyadi. Sepertinya dugaanmu benar. Kau hebat Klara..” puji Pak Handoyo. Tanpa buang waktu kami pergi ke alamat tersebut. Sesampainya di tempat tersebut kami memantau keadaan rumah tersebut dari jarak yang tidak begitu jauh. 30 menit kami menunggu, sebuah mobil yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Seorang pria tinggi dan sedikit bungkuk dengan mamakai topi keluar dari mobil  membuka pintu gerbang. “Bukankah itu Syafudin?” kata Pak Bambang sambil memastikannya dengan foto yang ia bawa. “sepertinya begitu. Tapi ini sudah larut malam, kita pulang sekarang dan kita akhiri semuanya besok.” kata Pak Handoyo kemudian dan kamipun pergi meninggalkan tersebut.
Sesampainya di kamar, aku membaringkan tubuhku di tempat tidur, aku bangun kembali dan mengambil sebuah kotak dari dalam lemari. Kotak yang berisi kenangan tentang ayah, mulai dari foto, benda kesayangan maupun surat. Satu persatu aku mengeluarkan barang-barang tersebut, sampai paling dasar kotak, aku melihat selembar amplop terselip antara kain pelapis kotak dengan sisi kotak. Akupun membuka dan  melihat beberapa lembar laporan keuangan tempat ayahku pernah bekerja dulu. “Kenapa ini  bisa ada disini?” tanyaku dalam hati.
Keesokan harinya aku pergi ke pabrik tersebut, tempat itu terlihat sama seperti terakhir aku datang kesini. Aku menatapnya dalam-dalam dan mengenang saat aku melihat ayah bekerja dengan giat. “Neng Klara? Adik, benar Neng Klara anaknya Pak Basuki kan?” tanya seseorang tiba-tiba dari arah belakang, sehingga membuatku sedikit terkejut. Aku memperhatikannya dengan seksama, “Pak Rizal?”kataku pelan. Pak Rizal adalah teman akrab ayah saat bekerja dulu, saking akrabnya mereka, semua pekerja mengenal mereka, dimana ada Pak rizal disanalah ada ayahku. Saat ini kami duduk di bawah pohon rindang di samping pabrik  “Sekarang Neng Klara sudah besar, udah ga kayak dulu, bocah ingusan. Sudah lama Neng Klara tidak mampir kesini? Ada perlu apaa neng?” tanya kemudian. “Pingin aja kesini pak..”jawabku. “Pasti kangen sama saya ya neng…” katanya menggoda.  “Bapak bisa aja…oh ya,pabrik ini masih sama seperti yang dulu ya pak. Ga ada tanda-tanda pernah kebakar.” Ungkapku. “Yahh…begitulah neng, 1 minggu setelah kejadian. Kepala pabrik meminta agar gudang segera direnovasi untuk menghilangkan hawa sial.” jelasnya.
“Saya yakin bukan ayah yang melakukannya. Ini murni kecelakaan, bagaimana caranya saya membersihkan nama ayah saya?” kataku lemah lalu menatap Pak Rizal. Saat aku menatapnya, ia terlihat salah tingkah seperti menyebunyikan sesuatu. “Ada apa pak?” tanyaku kemudian. “ahh?ah…tidak apa-apa kok neng. Oh iya bapak harus segera lanjut bekerja. Neng Klara lebih baik pulang saja ya…”katanya seperti ketakutan, segera ia mencoba pergi dari hadapanku. “Tunggu pak.” Kataku sambil menarik baju Pak Rizal. “Apa bapak tau mengenai kematian ayah saya?” tanyaku penuh harap.
Segera aku pergi meninggalkan pabrik menuju rumah persembunyian orang jahat itu. saat diperjalanan, terlintas dipikiranku mengenai perkataan Pak Rizal barusan. “Maafkan bapak, neng. Seharusnya bapak memberitahukan ini sejak awal. Tapi bapak terlalu takut untuk itu.” katanya sedikit gemetaran. “Ceritakan saja pak…”kataku tak sabaran. “Ayah Neng Klara memang tidak bersalah. Dan juga itu bukan kecelakaan, tapi itu semua sudah direncanakan oleh Pak Ridwan. Bawalah ini,saya menyimpan rekaman perkataan Pak Ridwan mengenai kasus ini. Maafkan saya neng…”katanya merasa bersalah sambil memberi sebuah recorder. Mengingatnya, rasa dendamku makin besar terhadap orang jahat itu.
Sesampainya di tempat yang dituju, aku berjalan di gang perumahan tempat orang jahat itu bersembunyi. Tiba-tiba aku melihat orang jahat itu berlari kearahku dengan ketakutan. Refleks aku menahannya, “Kau mau kemana?” kataku dingin. “Siapa kau? beraninya bocah sepertimu menghalangiku. Pergi sana!” katanya membentak. “Kau lupa padaku?” tanyaku kemudian. Ia menatapku bingung dan berusaha kabur dariku, “Aku anak dari orang yang pernah bekerja denganmu, lalu kau membunuh dan memfitnahnya.”kataku cukup keras, hingga membuat langkahnya terhenti, “Kau ingat dengan nama Purwo Basuki? Dia ayahku, dia anak buahmu yang setia padamu, tapi kau malah menghianatinya.” kataku dengan sinis. “kau?”tanyanya berusaha mengingat. “Ayah selalu berkata betapa baiknya dirimu. Kau yang selalu bersikap baik pada orang lain, tapi kenapa kau malah membunuh ayahku? Kenapa kau membunuh orang yang tidak bersalah demi kepentingan dirimu sendiri?apa kau pantas disebut manusia?” teriakku membentak padanya.
“Kau berani-beraninya membentakku!” teriaknnya juga dan hendak memukulnya namun dari belakang, seorang polisi memegang dan memborgol tangan orang jahat itu. “Lepaskan aku. Kau tidak mempunyai bukti untuk menangkapku!” teriaknya. “Sudah ada bukti yang cukup kuat untuk menjebloskanmu ke penjara, Pak Ridwan.” jelas Pak Handoyo dari belakangku sambil membawa surat ijin penangkapan. “Dan tanda bukti kau telah korupsi dan merencanakan pembunuhan terhadap ayahku.” kataku tiba-tiba hingga membuat Pak Bambang dan Pak Handoyo terkejut. “Kau menemukan barang buktinya?” tanya Pak Bambang. “Ini pak.” kataku sambil menyerahkan sebuah recorder sekaligus sebuah amplop. “Kau hebat.” kata Pak Bambang sambil memegang kepalaku. Aku hanya terdiam menahan tangis. ”Ayahmu pasti bangga padamu, Klara…” lanjutnya. Aku mengangguk dan air matakupun jatuh tak tertahankan lagi.

*1 minggu kemudian*
           
            Aku duduk disamping makam ayah dan ibuku yang berdempetan. “Ayah, Klara sudah membersihkan nama ayah yang sempat tercemar dan orang jahat itu juga sudah menerima hukumannya di penjara.  Klara hebat kan, yah?” kataku sambil tersenyum lemah. “Ibu, Klara berjanji akan menjadi hakim yang bijak dan memutuskan kasus dengan benar. Tanpa memandang siapa orangnya, Klara akan mengungkap kebenarannya.” Kataku dengan semangat. “Ayah dan ibu tenanglah disana. Klara akan hidup dengan baik disini dan juga jaga klara dari sana ya….” Kataku untuk yang terakhir sambil mengelus-elus makam kedua orang tuaku dengan lembut.
Keesokan harinya di kampus, aku bertemu dengan Pak Bambang di perpustakaan sedang membaca buku dengan seriusnya. “Siang pak...” sapaku, awalnya dia tidak menoleh, tapi setelah aku duduk di depannya iapun menoleh ke arahku lalu kembali membaca bukunya, “Ada apa?” tanyanya singkat. “Setelah saya pikir-pikir, jadi detective seperti Pak Handoyo itu menyenangkan juga ya pak…” kataku. “Kau masih menganggapnya sebagai seorang detective?” tanyanya kemudian. “Maksud bapak?” tanyaku balik dengan kebingungan. “Dia itu detective gadungan. Walau sedikit berbakat di bidang itu, tapi pekerjaan yang sebenarnya adalah seorang hakim agung.” terang Pak Bambang  yang membuatku terkejut dan memasang muka blo’on.

TAMAT

Sabtu, 13 Oktober 2012

komentar dan Saran tentang Resman

Kali ini, saya akan memberi komentar sekaligus harapan-bagi sekolah saya yang tercinta yaitu RESMAN, yeyyyy prok...prok...prokkk*tepuk tangan*
#lebay =.=#

Baik, kita mulai dari komentar,
Bagaimana komentar anda mengenai SMAN 2 Denpasar, mengenal anda sendiri bersekolah di Resman yahhh sudah hampir 3 tahun??

Siapa sih yang ga kenal Resman, semua pasti kenal dong, iya kan?awas kalo ga, gue bacok luu *abaikan*
penulis stress, ok mulai serius!! nih kalau ga tau aku kasi liat gedung depannya...

Menurut saya, Resman adalah sebuah perantara bagi saya untuk mendapatkan ilmu beserta teman-teman yang saya sayangi ^.^ .  Para pengajar dan juga fasilitas yang menunjang belajar siswa juga lumayan ok lah. Tapi, itu saja belum cukup, jangan cepat puas karena itu. Fasilitas-fasilitasnya juga perlu ditingkatkan, seperti WC contohnya. Itu WC baru aja di perbaiki lho.... eh pintu sama kerannya udah rusak aja (=.=). Saya sadar, itu ulah dari warga Resman itu sendiri, kurangnya kesadaran akan merawat fasilitas sekolah itulah yang menjadi kendalanya. Selain itu, cukup banyak coret-coretan dipintu, cekacekaceka *yang nulis ntu pasti autis dan ga punya buku tulis, makanya nulis-nulis di pintu. SINI AKU BELIIN DEH 1 LUSIN BUKU TULIS, KALO PERLU!!kesel sendiri jadinya*

eitss, Resman bukan sekolah yang seburuk itu kok, Resman juga banyak memiliki prestasi yang membanggakan, contohnya tim basket Resman itu sudah sangat terkenal di tingkat nasional. Keren kan? XD
selain itu, G-Tech Resman juga ok kok. Dari banyaknya kemenangan yang diperoleh dari lomba-lomba yang mereka ikutin, itu membuktikan bahwa G-Tech Resman itu OK. Trus adanya tari kebesaran  Resman yaitu Tari MAHABAGAWATI yang baru beberapa tahun diluncurkan juga sangat membanggakan, nih aku kasi liat fotonya...

keren kan, pertama kali liat tariannya,aku merasa merinding. abis keren sih...XD
selain itu masih banyak prestasi-prestasi yang diraih Resman, yah..cukup membanggakan lah....


wah...wah..penulis jadi kesel sendiri nih, sabar ya... 
segalanya sesuatu pasti ada kekurangan dan kelebihannya kok....
ok, pertanyaan terakhir....
Bagaimana harapan anda tentang Resman?

Harapannya sih, semoga semua fasilitas di Resman makin lengkap dan berfungsi dengan baik. Oh ya, saya denger-denger Pak Semadi (wakasek humas Resman) bakalan memasang CCTV di wc, biar yang ngerusak wc ketahuan, saya setuju deh tu!!sumpah, dongkol banget ngeliat tingkah orang autis yang ngerusak-ngerusak fasilitas umum *sadar woi, itu bukan milik pribadi tapi milik umummm. kesel tingkat angkut*

Saya pasti bakalan mendukung segala tindakan yang dapat berdampak positif bagi Resman. Tunjukin RESMAN 79 itu udah musnah, yang ada RESMAN yang keren dan memang diakui dimata semua orang, sebagai sekolah unggul. Semua murid Resman juga pasti dongkol kan kalau dikatain yang nggak-nggak sama orang lain yang rata-rata ga tau masalah yang sebenarnya, dan asal ngomong gitu aja? tunjukin Resman tu ga buruk dengan prestasi. Mereka nyerang kita dengan cibiran, kita bales dengan prestasi! 

Ada yang bilang,semakin tinggi pohonnya, semakin kencang angin yang bertiup. Resman seperti pohon itu tuh, nah Resman sekarang sedang merangkak naik, perlahan-lahan Resman sudah dikenal oleh publik. Maka dari itu pasti banyak sekali masalah-masalah yang dihadapi. Jadi saya harap semua kalangan di Resman mulai dari murid, staf dan guru saling mendukung untuk memperjuangkan Resman agar unggul di bidang akademik maupun nonakademik. OK! ^.^/

Baiklah, sekian cerita singkat saya mengenai sekolah saya, walau adanya kekurangan disekolah saya yang tercinta ini, masih banyak kok kelebihan-kelebihan yang dapat menutupi kekurangan itu. Saya bangga menjadi anak resman. Ngapain malu jadi anak resman? kalau malu dari awal ga usah masuk Resman. iya ga?! 

kalau ada salah kata, penulis mohon maaf ya, sekian dan terimakasih...u.u

Rabu, 10 Oktober 2012

i'm Not Alone #episode 11# (END)







#Riu#

Setelah miuji mendapat alamat yang akan yui tuju, segera kami mencari alamat tersebut. “ayo jalan”kataku. “tunggu. Kita ga pergi berdua aja kan?”tanyanya tiba-tiba. “maksudmu?”tanyaku bingung. “aku ga mau jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Kita hubungi polisi.”jelasnya. sambil berjalan miuji menjelaskan rencana yang ia pikirkan.

“ayahku mempunyai kenalan polisi dan aku lumayan dekat dengannya, jadi akan ku hubungi dia.”katanya. “biar aku yang menyetir”kataku cepat, sementara itu miuji ku gonceng dan melakukan tugasnya, yaitu menelepon polisi. Beberapa menit ia menjelaskan keadaan kami dan menyuruh mereka datang sesuai rencana. Setelah ia bicara dengan polisi tersebut, ia kembali beralih padaku. “beres. Kita akan bertemu dengannya di dekat TKP.”katanya tersenyum puas.

Kami berhenti bebrapa meter dari TKP. baru beberapa menit kami menunggu kerabat miuji itu, ia sudah muncul dengan teman-teman polisinya menggunakan mobil biasa dengan berbaju biasa juga, yahh…supaya ga ketahuan gitu. “hai, om!”sapanya, “maaf om nyuruhnya mendadak gini. Ini benar-benar Emergency, ada 2 orang, eh salah 3, atau  mungkin lebih? nyawa yang dalam bahaya di dalam sana.”lanjutnya memberi penjelasan sambil menunjuk rumah yang dituju. “kami mengerti. Ayo kita bergerak.”kata om polisi itu memberi perintah.

Kami berjalan mengendap-mengendap, sampai akhirnya kami berhenti di samping pintu pagar rumah tersebut. Om polisi itu memberi tanda untuk berhenti dan melihat situasi, “kami akan memberi kalian jalan untuk masuk duluan, jadi kalian harus bisa bergerak degan cepat untuk menolong teman kalian. Apa kalian mengerti?”tanyanya dengan nada rendah, dan kami mengangguk yang menunjukkan bahwa kami mengerti. Om polisi itupun memberi tanda untuk menyerang. Dengan cepat, teman-temannya menerobos masuk, dan menembaki pria-pria berjas hitam. Setelah semua pria berjas hitam itu selesai dibereskan, om polisi menuntun kami untuk masuk. Ia berada di depan kami dan teman-temannya berada dibelakang kami.

Cukup banyak pria berjas hitam yang kami temui saat di dalam rumah, para polisi itupun sibuk dengan urusan mereka, “kalian pergilah duluan.”kata om polisi itu sambil menembaki pria berjas hitam yang hendak menembaki kami juga. “ayo riu!”kata miuji. Aku dan miuji terus berjalan tak tau arah, memasuki ruangan-ruangan yang mungkin yui dan rea ada disana. Tak jarang pula kami harus melawan pria berjas hitam tersebut, namun tak kami duga om polisi itu selalu ada di belakang kami dan menolong kami. aku benar-benar kagum degan om itu.

Sampai akhirnya, kami berada di ruangan yang cukup luas dan berantakan, “disana”kata miuji tiba-tiba sambil menunjuk arah luar jendela. Samar-samar aku melihat, yui, rea dan 2 wanita paruh baya, berdiri berjejer dan terikat di bagian tangannya. Saat kami hendak menghampiri mereka aku melihat pria tua yang aku rasa itu ayah rea dan yui, hendak ingin mendorong rea namun wanita paruh baya yang berada di saping kiri realah yang jatuh ke dalam jurang. Aku dan miuji terkejut melihatnya dan mempercepat langkah kami.

Walau banyak pria berjas hitam yang ingin menghalangi kami, dengan gesit kami menghindar dan dibantu oleh om polisi dan teman-temannya tentunya. Sampai akhirnya aku berada dekat dengan rea dan tanpa perintah aku langsung melepas ikatannya. Sementara itu aku melihat miuji membantu melepas ikatan yui dan ibunya yui,aku rasa. Rea memandangiku dan bergumam “riu”dengan lirih. Namun setelah itu dengan cepat pandangannya beralih pada tali tambang dan mengikat semua tali tambang menjadi satu, kemudian memberikannya pada wanita paruh baya yang dipanggil ‘ibu’ oleh rea.  Sementara itu aku melihat orang tua menyebalkan itu (ayah rea) juga diselamatkan oleh anak buahnya. Dan aku juga melihat aksi saling tembak antara pria berjas hitam dan para polisi itu, sangat menegangkan namun juga terlihat keren.

Sampai akhirnya ibu rea berhasil diangkat naik, setelah dibantu oleh yui dan ibunya yui. Baru saja rea dan ibunya dapat bernapas lega, orang tua menyebalkan itu menyuruh anak buahnya untuk membunuh kami. yang aku herannya walau polisi itu sudah banyak menembaki pria berjas hitam, pria- pria itu tak ada habisnya. Seperti mati 1 tumbuh 1000, walau itu terlalu berlebihan, anggap saja begitu =.= (maksa bgt)

Aku mengambil posisi melindungi rea dan ibunya, sementara miuji melindungi yui dan ibunya. Pria yang pernah menculik akemi itu berlari kearah kami dan siap memumukul dengan tongkat baseballnya, dengan cepat aku melawannya, berusaha memukulnya, namun dengan cepat ia menghindar dan berbalik memukul tubuhku dengan tongkat itu hingga terjatuh, “sial”keluhku pelan. pria itu berhasil lolos dariku dan hendak memukul rea, namun rea membawa pria itu menjauhi kami, apa mungkin agar ibunya tak terluka?entahlah, mungkin saja. Aku bangkit dengan cepat, “miuji kau jaga mereka. Aku akan membantu rea.”kataku.

#Rea#

“ayo maju!”kataku serius sambil menatapnya tajam. Dia tersenyum meremehkan dan berlari kearahku bersiap memukul. Aku mengambil posisi siap melawan, dan menghindari setiap pukulannya, “jangan buat aku kecewa. Lawan aku!!”teriaknya. dan akupun berhasil menendang mukanya, namun ia dapat bangkit dengan cepat dan mengayunkan tongkatnya dengan membabi buta. Dia mengayunkan togkatnya mengarah kewajahku, refleks aku menunduk, namun ia memakai kesempatan itu untuk menendang perutku dengan keras hingga aku terpental jauh kebelakang. Aku tergelatak di tanah dan memegang  perutku yang terasa nyeri.

Orang menyebalkan itu tak hentinya menyerangku, ia tetap maju dan hendak menginjakku, namun aku dapat berguling ke kiri dan ke kanan sehingga dapat menghindarinya. Sampai akhirnya Riu datang membantuku, ia menendang orang menyebalkan itu hingga terjatuh. “kau baik-baik saja kan?”tanyanya khawatir sambil membantuku untuk bangun. Aku hanya mengangguk menjawabnya. “akan kubunuh kalian!”teriak orang menyebalkan itu seperti orang gila, ia berlari dengan cepat kearah kami. “tetaplah disini!”kata riu cepat padaku, ia pun berusaha melawan orang menyebalkan itu. namun lagi-lagi Riu dapat ditaklukannya, Riu terpental jatuh ke tanah dengan luka dikepalanya.

“Riu”teriakku tak cukup keras. Aku berusaha menolong riu dengan melawan orang menyebalkan itu, aku berusaha mengambil tongkat baseball itu dengan melukai tangan orang itu. Setelah beberapa kali aku mencoba dan akhirnya berhasil, tongkat itu jatuh ke tanah dan aku mengambilnya. Aku mengarahkan tongkat itu ke orang menyebalkan itu, aku melompat cukup tinggi dan memukul wajahnya dengan tongkat hingga ia terpental cukup keras. Setelahnya aku membantu Riu untuk bangkit, “1 sama”kataku tersenyum tipis.

#Miuji#
Saat ini aku mempunyai tugas untuk menjaga 3 wanita, tugas yang sulit namun harus kuhadapi. Orang tua yang berada di hadapan kami itu memasang ekspresi marah dan penuh kebencian. Saat pria itu hendak maju, aku ikut maju dan menyuruh 3 wanita itu tetap dibelakangku. “dasar pengganggu”katanya tajam padaku, “habisi dia”suruhnya pada anak buahnya yang sedari tadi berada tak jauh darinya. Pria berjas hitam itu datang dan hendak memukulku namun dengan gesit aku menghindar dan berbalik memukulnya. Tak disangka pria yang lain datang dan memegang tanganku dan membantingku cukup keras ke tanah. Pria itu hendak menginjakku, dengan cepat aku memegang kakinya dan melemparnya jauh dari tubuhku. “jangan sakiti dia”teriak yui keras. Saat aku bangun pria berjas hitam itu mengunci gerakan ku, sehingga aku tak bisa bergerak dengan bebas. Sementara pria satunya lagi  memukul perutku berulang kali, aku hanya bisa diam karena tak bisa bergerak, aku hanya mendengar suara yui yang berteriak dan memohon untuk berhenti, “ayah, aku mohon berhenti!” teriak yui lagi. sampai akhirya pria tua itu memberi intruksi untuk berhenti pada anak buahnya.

Aku melihat samar-samar pria tua itu menghampiri yui, namun ibunya yui mengambil posisi untuk melindungi anaknya. “kalian sangat menjijikkan. Kalian semua akan mati, jadi jangan bersikap saling melindungi seperti itu!”kata pria tua itu jengkel. Pri tua itu bersiap untuk memukul ibunya yui, namun dihentikan oleh ibunya rea. “ini sudah kelewatan.”katanya sambil memegang tangan pria tua itu. Pria tua itu memasang ekspresi jengkel dan melepaskan tangan wanita itu dengan kasar, lalu memukul wajah wanita itu bertubi-tubi hingga terjatuh ke tanah. Pria tua itu mengambil pistol dan mengarahkannya ke ibu rea. Sontak kami terkejut, “door” suara tembakan terdengar namun tak mengenai ibu rea, karena yui berhasil mendorong pria itu namun tak sampai terjatuh. Pria tua itu semakin geram dan menendang yui hingga terjatuh dan ibunya yui dengan cepat membantu anaknya untuk bangun. Pria tua itu hendak menembaki mereka lagi, namun ibunya rea dengan cepat menarik pria tua itu, “dorr” suara tembakan terdengar kembali dan mengenai pundak ibunya rea. “Bibi…”teriak yui kaget melihatnya.

#Rea#
“bibi…”terdengar teriakan yui ditambah 2 tembakkan tadi membuatku khawatir. Sontak aku melihatnya. Aku melihat ibuku jatuh dan memagang pundaknya, akupun berlari ke arahnya untuk membantu. Namun saat aku berlari kearah mereka, “door” aku merasa peluru bersarang di lengan kananku. Aku merintih kesakitan, “kau mau mencoba kabur dariku?”Tanya orang menyebalkan itu dengan nada sinis, reflek aku menoleh kebelakang, dan aku terkejut melihat Riu menjadi sanderanya. “kau pergi menolong ibumu. maka temanmu ini akan mati”ancamnya sambil meletakkan pistol ke kepala riu. aku bingung harus menolong ibu atau Riu, aku berfikir sejenak dan aku memilih untuk tetap diam.

“pilihan yang bagus”katanya, “dari kejadiaan waktu itu, aku benar-benar ingin melihatmu kesakitan dan akhirnya mati. Kau salah bermain-bermain denganku”katanya mendadak serius, ia melemparkan Riu ke temannya, dan berjalan ke arahku. Saat ia melepas riu dengan cepat aku memcoba untuk memukulnya dengan tangan kiri, namun dengan lincah ia menangkapku. Ia memegang tangan kiriku dengan erat dan meremas lengan kananku yang terluka, hingga rasa sakit yang kurasakan menjadi 2x lipat. “aaaaa”teriakku kesakitan. “hahahaha…ini sungguh menyenangkan!”katanya tertawa setan.

Setelah ia merasa puas melihatku kesakitan, ia melemparku jatuh ke tanah dengan keras. Aku tergulai lemas, namun aku sadar ini bukan waktunya untuk santai-santai. Aku melihatnya mengacungkan pistolnya kearahku, seolah bersiap untuk menembakku. Dan “dorr” aku menutup mataku sesaat, namun aku merasakan  hal yang aneh. Segera aku membuka mataku, dan sontak aku terkejut melihat ibuku sudah berada di hadapanku menjadi tamengku. Sejenak aku membatu, dan terasa tubuh ibuku jatuh kearahku. Dengan cepat aku menangkapanya, “ibu..”kataku pelan, “ibu bangunlah”kataku lagi. tak ada respon darinya membuatku frustasi.

“hahaha…sungguh ironis bukan. Seorang ibu rela mati demi anaknya, tapi tenang saja, ibumu tidak akan mati sendiri, karena sebentar lagi kau akan menyusulnya.”katanya tertawa puas. “kau berani-beraninya..”kataku pelan, dengan tatapan tajam dan ingin membunuh aku berteriak padanya, “KU BUNUH KAU!”teriakku. rasa sakit di tubuhku sudah dikalahkan dengan rasa sakit dihatiku, hingga membuatku bersikap diluar kendali. aku bangun dan berlari kearahnya, ia hendak menembakku namun dengan cepat aku mengambil pistolnya dan menendang perutnya dengan sangat keras, hingga membuatnya terjatuh.

Aku menghampirinya “dorr” aku menembak telapak tangan kirinya “itu untuk ibuku”kataku dingin, “aaaa”ia teriak kesakitan. “dorr”aku menembak kaki kirinya “itu juga untuk ibuku”kataku lagi, aku hendak menembaknya lagi,namun aku urungkan niatku. Aku menginjak tangan kanannya dengan keras, hingga ia berteriak lebih kencang. “aku tak peduli kau melukaiku, tapi aku tak akan memafkanmu kalai kau menyentuh ibuku!!”teriakku lebih kencang. Aku mengarahkan pistol ke kepalanya, “dorr” sebuah peluru melesat dengan cepat tepat didepan wajahku, aku mencari arah sumbernya dan ternyata itu dari orang tua sialan itu.

Aku mentapanya dengan dingin dan mata tajam, “kau mau membunuh ku juga?”tanyaku sambil berjalan kearahnya. Dia menembakku dengan tangan gemetar, peluru yang ia tembakan ke arahku tak ada satupun yang mengenaiku, sampai akhirnya peluru dipistolnya habis. “kau kehabisan peluru?apa perlu ku pinjamkan?”sindirku masih berjalan kearahnya. “dor” suara tembakan terdengar sangat dekat namun tak mengenaiku, aku berhenti dan mencari sumber suara. ternyata sumbernya berasal dari pria berjas hitam yang tadinya memegang miuji, kemudian ia hendak menembakiku lagi, namun aku sudah menembaknya duluan tepat di jantungnya, iapun jatuh tak berdaya.  Kembali pandanganku beralih ke orang tua itu, posisiku tak jauh dari posisi orang tua itu, aku mengarahkan pistol ke kepala orang tua itu. “aku benar-benar membencimu”kataku pelan, “dorr”. Aku menembaki kaki orang tua itu, dan ia terjatuh kesakitan“kau benar-benar menjijikkan”kataku tajam. “Rea, ibumu”teriak Riu, reflek aku menoleh kearah sumber suara.

Aku berlari kearah ibuku, yang setengah sadar. “ibu”kataku pelan sambil menaruh tubuhnya dipangkuanku. “re..a”katanya lemah, “ibu..”jawabku lemah. “ibu senang bisa melihatmu tumbuh menjadi wanita yang cantik dan baik..”katanya pelan, “bisakah kau berjanji pada ibu. Walau tanpa ibu, kau tetap tersenyum.”katanya lirih. “ibu jangan katakan itu. ibu pasti selamat.”kataku terisak hampir menangis, “Riu panggil ambulance cepat. Riu” isakku sambil menarik baju Riu. “rea tenanglah”kata ibuku lagi sambil memegang pipiku dengan lembut, dengan cepat aku memegang tangan ibu.

“dengarkan ibu, jadilah orang yang bijaksana dan juga maafkanlah orang yang menyakitimu. Termasuk ayahmu..”kata ibu disisa-sisa tenaganya, “ibu senang bisa menjadi ibumu. ibu menyayangimu Re..aa”katanya untuk yang terakhir, tangannya jatuh dengan lemah namun aku tangkap kembali. “IIIBUUUUU”teriakku sambil menangis, kali ini aku tak bisa menahannya. Aku memeluk tubuh ibuku yang sudah tak berdaya, aku terisak dipelukannya untuk beberapa waktu. Saat aku lebih sedikit tenang, aku melepas pelukanku dan berusaha mengendongnya. aku tak menghiraukan polisi yang sibuk menangkap semua penjahat termasuk ayahku, aku mengendong ibuku dan membawanya pergi, “ibu, Rea juga senang bisa menjadi anak ibu. Rea menyayangimu ibu.”kataku dalam hati dan air mata terus mengalir tanpa henti dari mataku.

Beberapa hari kemudian

Aku hendak berangkat sekolah dan ternyata yui, riu dan miuji sudah berada didepan rumah untuk menungguku. “ayo berangkat bersama.” ajak yui tersenyum semangat. Aku hanya membalas dengan senyuman tipis. Saat diperjalanan, “lukamu sudah sembuh?”Tanya riu khawatir. “hemm”jawabku singkat. “aiishh, semangat dong. Lesu amat”katanya sambil menjeratkan tangan kanannya ke leherku dengan keras. “aa…sakit…sakit” rintihku. “ups, maaf…maaf…niatnya bercanda, hehehe”katanya cengengesan. “ kau ini gak tau diri banget”kata miuji kesal sambil melempar tasnya ke kepala riu. riu ga terima dan hendak memukul temannya itu, “apa?!”lawan miuji dengan ekspresi kesal. “aahh…ngga, ada debu dibajumu”elak riu sambil mengusap bajunya miuji. Aku dan yui hanya tersenyum tipis melihat tingkah 2 pria itu. “pulang sekolah ayo kita makan-makan”ajak riu tiba-tiba. “hng, aku tidak bisa ikut. Ada seseorang yang harus ku temui.”kataku pelan. “siapa?”Tanya yui penasaran. “ayahku”jawabku singkat.

Saat pulang sekolah, aku pergi ke sel tahanan tempat ayahku ditahan seumur hidupnya. Pantasnya ia dihukum mati, tapi aku meminta untuk dihukum seumur hidupnya,berharap agar dia bisa merubah sikap buruknya disana. Ditemani oleh teman-temanku, tak terasa aku sudah sampai di depan pintu masuk. “kami akan menunggumu disini. Masukklah.”kata riu, aku hanya tersenyum membalasnya dan melangkah masuk ke dalam.

Di suatu ruangan aku sudah berhadapan dengan ayahku, dimana di ruangan tersebut hanya ada kami berdua dan diantara kami terdapat pembatas berupa kaca dan ada lubang-lubang kecil di tengahnya. “kenapa kau kesini?”tanyanya dingin. Orang tua itu terlihat sangat lusuh dengan rambut yang acak-acakan. “menemuimu untuk yang terakhir kalinya.”jawabku kemudian. “kau mau mencaci makiku untuk terakhir kali.”katanya tersenyum remeh. “bukan itu. aku kesini untuk memaafkanmu dan berterimakasih padamu.”jawabku cepat. “apa?”jawabnya bingung.

“diakhir hidupnya, ibu menyuruhku untuk memafkanmu. Jujur saja, sangat sulit memaafkan orang yang sudah membohongiku sekaligus membunuh orang yang paling aku sayangi. Tapi ibu…dia ingin aku menjadi orang yang baik dan bijaksana.”jelasku. Orang tua itu diam dan memasang ekspresi tak percaya. “lalu?”tanyanya tanpa ekspresi. “terimakasi…terimakasih karena pernah merawatku dengan baik. Walaupun hanya uuntuk sementara waktu, setidaknya aku pernah merasakan kasih sayang seorang ayah dan merasakan kehangatannya. Walau semua itu hanya kebohongan semata, aku benar-benar ingin mengucapkan terimakasih.”kataku menahan emosi, aku menarik dan menghembuskan nafas panjang. ”Terimakasi juga, berkat kau, aku ada didunia ini, bertemu dengan orang-orang yang baik dan benar-benar menyayangiku dengan tulus.”lanjutku.

”hahaha…kata-katamu itu sungguh menggelikan rea.”katanya sambil tertawa gila. aku memejamkan mataku sebentar dan membukanya kembali,  “hanya itu yang ingin ku katakan. Jagalah dirimu….Ayah”kataku sambil tersenyum tipis, kemudian aku berdiri dan hendak beranjak pergi. “Rea…”panggilnya, akupun berhenti namun tak menatap wajahnya, “jangan lagi panggil aku ayah. Karena aku tak pantas untuk itu… terimakasi sudah memaafkanku.”katanya lebih tenang. Aku tak menjawabnya dan tersenyum tipis, kemudian melanjutkan langkahku pergi dari ruangan itu. diluar pintu masuk, aku melihat ke-3 temanku sedang berbincang-bincang sembari menungguku. Aku usil menjitak kepala riu, “aww”rintihnya. “ayo pulang.”ajakku, “ayo”jawab yui semangat.

Diperjalanan pulang, kami melewati sekelompok pemuda yang asyik bermain basket. “Rea, aku pernah berjanji untuk melanjutkan pertandingan kita kan?. Bagaimana kalau sekarang?”tawarnya, “apa?”tanyaku bingung, ia menarik tanganku pergi menuju para pemuda yang asyik bermain basket. “hei, broo”sapa riu sok akrab pada pemuda-pemuda itu. “kau kenal mereka?”tayaku bisik-bisik, “nggak”jawabnya polos, aku memilih diam dan menjauh darinya. “ada apa?”Tanya salah satu pemuda itu, “aku pinjam bola basketnya sebentar boleh nggak? Ada janji yang penting yang harus kutepati sama pacarku ini.”katanya menarikku mendekatinya. “astaga malu-maluin”kataku dalam hati. Pemuda itu berfikir sejenak, “teman-teman, ayo kita istirahat sebentar”suruhnya pada teman-temannya. “berhasilkan”kata riu penuh kemenangan.

“aku sama yui ikut dong”pinta miuji, “kau sama rea, aku sama yui”lanjutnya. “yakin?”Tanya riu ga percaya, “yakin…kenapa?”Tanya miuji bingung. “lebih baik, kau menyerah saja. Karena kau pasti kalah melawan kami.”kata riu PD. “yui gadis yang manis, yang tidak suka permainan kasar kayak gini. Sedangkan dia…”kata riu terpotong sambil menunjukku. “APA?”tanyaku jengkel. “hehehe…ga napa”elaknya. “aku akan berusaha”kata yui dengan semangat. “baiklah. 2 lawan 2. Pasangan yang memasukkan 5 bola pertamakali lah yang menang. Dan yang kalah harus menuruti keinginan yang menang. Gimana?”jelas riu. “aku tau”jawab miuji. “baiklah ayo mulai”pimpin riu. pertandingan dimulai, kami bermain tanpa beban. pertama kali bertemu kami tidak saling mengenal dan tak saling peduli. Tapi sekarang, kami bahkan saling mengisi dan menjaga satu sama lain.

“ibu…walau ibu tidak disamping rea saat ini, Rea akan tetap tersenyum, karena ada mereka disamping rea. Mereka adalah teman sekaligus keluarga Rea saat ini karena itu rea akan menjaga mereka. Ibu juga akan menjaga Rea dari sana kan?”tanyaku dalam hati sambil memandang langit yang gelap dan dipenuhi dengan bintang yang berkelap-kelip dengan indah. “Rea, tangkap!”teriak riu sambil mengoperkan bola basket padaku. Aku menangkapnya dengan cepat dan tersenyum senang.

~The End~