Label

Rabu, 10 Oktober 2012

i'm Not Alone #episode 11# (END)







#Riu#

Setelah miuji mendapat alamat yang akan yui tuju, segera kami mencari alamat tersebut. “ayo jalan”kataku. “tunggu. Kita ga pergi berdua aja kan?”tanyanya tiba-tiba. “maksudmu?”tanyaku bingung. “aku ga mau jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Kita hubungi polisi.”jelasnya. sambil berjalan miuji menjelaskan rencana yang ia pikirkan.

“ayahku mempunyai kenalan polisi dan aku lumayan dekat dengannya, jadi akan ku hubungi dia.”katanya. “biar aku yang menyetir”kataku cepat, sementara itu miuji ku gonceng dan melakukan tugasnya, yaitu menelepon polisi. Beberapa menit ia menjelaskan keadaan kami dan menyuruh mereka datang sesuai rencana. Setelah ia bicara dengan polisi tersebut, ia kembali beralih padaku. “beres. Kita akan bertemu dengannya di dekat TKP.”katanya tersenyum puas.

Kami berhenti bebrapa meter dari TKP. baru beberapa menit kami menunggu kerabat miuji itu, ia sudah muncul dengan teman-teman polisinya menggunakan mobil biasa dengan berbaju biasa juga, yahh…supaya ga ketahuan gitu. “hai, om!”sapanya, “maaf om nyuruhnya mendadak gini. Ini benar-benar Emergency, ada 2 orang, eh salah 3, atau  mungkin lebih? nyawa yang dalam bahaya di dalam sana.”lanjutnya memberi penjelasan sambil menunjuk rumah yang dituju. “kami mengerti. Ayo kita bergerak.”kata om polisi itu memberi perintah.

Kami berjalan mengendap-mengendap, sampai akhirnya kami berhenti di samping pintu pagar rumah tersebut. Om polisi itu memberi tanda untuk berhenti dan melihat situasi, “kami akan memberi kalian jalan untuk masuk duluan, jadi kalian harus bisa bergerak degan cepat untuk menolong teman kalian. Apa kalian mengerti?”tanyanya dengan nada rendah, dan kami mengangguk yang menunjukkan bahwa kami mengerti. Om polisi itupun memberi tanda untuk menyerang. Dengan cepat, teman-temannya menerobos masuk, dan menembaki pria-pria berjas hitam. Setelah semua pria berjas hitam itu selesai dibereskan, om polisi menuntun kami untuk masuk. Ia berada di depan kami dan teman-temannya berada dibelakang kami.

Cukup banyak pria berjas hitam yang kami temui saat di dalam rumah, para polisi itupun sibuk dengan urusan mereka, “kalian pergilah duluan.”kata om polisi itu sambil menembaki pria berjas hitam yang hendak menembaki kami juga. “ayo riu!”kata miuji. Aku dan miuji terus berjalan tak tau arah, memasuki ruangan-ruangan yang mungkin yui dan rea ada disana. Tak jarang pula kami harus melawan pria berjas hitam tersebut, namun tak kami duga om polisi itu selalu ada di belakang kami dan menolong kami. aku benar-benar kagum degan om itu.

Sampai akhirnya, kami berada di ruangan yang cukup luas dan berantakan, “disana”kata miuji tiba-tiba sambil menunjuk arah luar jendela. Samar-samar aku melihat, yui, rea dan 2 wanita paruh baya, berdiri berjejer dan terikat di bagian tangannya. Saat kami hendak menghampiri mereka aku melihat pria tua yang aku rasa itu ayah rea dan yui, hendak ingin mendorong rea namun wanita paruh baya yang berada di saping kiri realah yang jatuh ke dalam jurang. Aku dan miuji terkejut melihatnya dan mempercepat langkah kami.

Walau banyak pria berjas hitam yang ingin menghalangi kami, dengan gesit kami menghindar dan dibantu oleh om polisi dan teman-temannya tentunya. Sampai akhirnya aku berada dekat dengan rea dan tanpa perintah aku langsung melepas ikatannya. Sementara itu aku melihat miuji membantu melepas ikatan yui dan ibunya yui,aku rasa. Rea memandangiku dan bergumam “riu”dengan lirih. Namun setelah itu dengan cepat pandangannya beralih pada tali tambang dan mengikat semua tali tambang menjadi satu, kemudian memberikannya pada wanita paruh baya yang dipanggil ‘ibu’ oleh rea.  Sementara itu aku melihat orang tua menyebalkan itu (ayah rea) juga diselamatkan oleh anak buahnya. Dan aku juga melihat aksi saling tembak antara pria berjas hitam dan para polisi itu, sangat menegangkan namun juga terlihat keren.

Sampai akhirnya ibu rea berhasil diangkat naik, setelah dibantu oleh yui dan ibunya yui. Baru saja rea dan ibunya dapat bernapas lega, orang tua menyebalkan itu menyuruh anak buahnya untuk membunuh kami. yang aku herannya walau polisi itu sudah banyak menembaki pria berjas hitam, pria- pria itu tak ada habisnya. Seperti mati 1 tumbuh 1000, walau itu terlalu berlebihan, anggap saja begitu =.= (maksa bgt)

Aku mengambil posisi melindungi rea dan ibunya, sementara miuji melindungi yui dan ibunya. Pria yang pernah menculik akemi itu berlari kearah kami dan siap memumukul dengan tongkat baseballnya, dengan cepat aku melawannya, berusaha memukulnya, namun dengan cepat ia menghindar dan berbalik memukul tubuhku dengan tongkat itu hingga terjatuh, “sial”keluhku pelan. pria itu berhasil lolos dariku dan hendak memukul rea, namun rea membawa pria itu menjauhi kami, apa mungkin agar ibunya tak terluka?entahlah, mungkin saja. Aku bangkit dengan cepat, “miuji kau jaga mereka. Aku akan membantu rea.”kataku.

#Rea#

“ayo maju!”kataku serius sambil menatapnya tajam. Dia tersenyum meremehkan dan berlari kearahku bersiap memukul. Aku mengambil posisi siap melawan, dan menghindari setiap pukulannya, “jangan buat aku kecewa. Lawan aku!!”teriaknya. dan akupun berhasil menendang mukanya, namun ia dapat bangkit dengan cepat dan mengayunkan tongkatnya dengan membabi buta. Dia mengayunkan togkatnya mengarah kewajahku, refleks aku menunduk, namun ia memakai kesempatan itu untuk menendang perutku dengan keras hingga aku terpental jauh kebelakang. Aku tergelatak di tanah dan memegang  perutku yang terasa nyeri.

Orang menyebalkan itu tak hentinya menyerangku, ia tetap maju dan hendak menginjakku, namun aku dapat berguling ke kiri dan ke kanan sehingga dapat menghindarinya. Sampai akhirnya Riu datang membantuku, ia menendang orang menyebalkan itu hingga terjatuh. “kau baik-baik saja kan?”tanyanya khawatir sambil membantuku untuk bangun. Aku hanya mengangguk menjawabnya. “akan kubunuh kalian!”teriak orang menyebalkan itu seperti orang gila, ia berlari dengan cepat kearah kami. “tetaplah disini!”kata riu cepat padaku, ia pun berusaha melawan orang menyebalkan itu. namun lagi-lagi Riu dapat ditaklukannya, Riu terpental jatuh ke tanah dengan luka dikepalanya.

“Riu”teriakku tak cukup keras. Aku berusaha menolong riu dengan melawan orang menyebalkan itu, aku berusaha mengambil tongkat baseball itu dengan melukai tangan orang itu. Setelah beberapa kali aku mencoba dan akhirnya berhasil, tongkat itu jatuh ke tanah dan aku mengambilnya. Aku mengarahkan tongkat itu ke orang menyebalkan itu, aku melompat cukup tinggi dan memukul wajahnya dengan tongkat hingga ia terpental cukup keras. Setelahnya aku membantu Riu untuk bangkit, “1 sama”kataku tersenyum tipis.

#Miuji#
Saat ini aku mempunyai tugas untuk menjaga 3 wanita, tugas yang sulit namun harus kuhadapi. Orang tua yang berada di hadapan kami itu memasang ekspresi marah dan penuh kebencian. Saat pria itu hendak maju, aku ikut maju dan menyuruh 3 wanita itu tetap dibelakangku. “dasar pengganggu”katanya tajam padaku, “habisi dia”suruhnya pada anak buahnya yang sedari tadi berada tak jauh darinya. Pria berjas hitam itu datang dan hendak memukulku namun dengan gesit aku menghindar dan berbalik memukulnya. Tak disangka pria yang lain datang dan memegang tanganku dan membantingku cukup keras ke tanah. Pria itu hendak menginjakku, dengan cepat aku memegang kakinya dan melemparnya jauh dari tubuhku. “jangan sakiti dia”teriak yui keras. Saat aku bangun pria berjas hitam itu mengunci gerakan ku, sehingga aku tak bisa bergerak dengan bebas. Sementara pria satunya lagi  memukul perutku berulang kali, aku hanya bisa diam karena tak bisa bergerak, aku hanya mendengar suara yui yang berteriak dan memohon untuk berhenti, “ayah, aku mohon berhenti!” teriak yui lagi. sampai akhirya pria tua itu memberi intruksi untuk berhenti pada anak buahnya.

Aku melihat samar-samar pria tua itu menghampiri yui, namun ibunya yui mengambil posisi untuk melindungi anaknya. “kalian sangat menjijikkan. Kalian semua akan mati, jadi jangan bersikap saling melindungi seperti itu!”kata pria tua itu jengkel. Pri tua itu bersiap untuk memukul ibunya yui, namun dihentikan oleh ibunya rea. “ini sudah kelewatan.”katanya sambil memegang tangan pria tua itu. Pria tua itu memasang ekspresi jengkel dan melepaskan tangan wanita itu dengan kasar, lalu memukul wajah wanita itu bertubi-tubi hingga terjatuh ke tanah. Pria tua itu mengambil pistol dan mengarahkannya ke ibu rea. Sontak kami terkejut, “door” suara tembakan terdengar namun tak mengenai ibu rea, karena yui berhasil mendorong pria itu namun tak sampai terjatuh. Pria tua itu semakin geram dan menendang yui hingga terjatuh dan ibunya yui dengan cepat membantu anaknya untuk bangun. Pria tua itu hendak menembaki mereka lagi, namun ibunya rea dengan cepat menarik pria tua itu, “dorr” suara tembakan terdengar kembali dan mengenai pundak ibunya rea. “Bibi…”teriak yui kaget melihatnya.

#Rea#
“bibi…”terdengar teriakan yui ditambah 2 tembakkan tadi membuatku khawatir. Sontak aku melihatnya. Aku melihat ibuku jatuh dan memagang pundaknya, akupun berlari ke arahnya untuk membantu. Namun saat aku berlari kearah mereka, “door” aku merasa peluru bersarang di lengan kananku. Aku merintih kesakitan, “kau mau mencoba kabur dariku?”Tanya orang menyebalkan itu dengan nada sinis, reflek aku menoleh kebelakang, dan aku terkejut melihat Riu menjadi sanderanya. “kau pergi menolong ibumu. maka temanmu ini akan mati”ancamnya sambil meletakkan pistol ke kepala riu. aku bingung harus menolong ibu atau Riu, aku berfikir sejenak dan aku memilih untuk tetap diam.

“pilihan yang bagus”katanya, “dari kejadiaan waktu itu, aku benar-benar ingin melihatmu kesakitan dan akhirnya mati. Kau salah bermain-bermain denganku”katanya mendadak serius, ia melemparkan Riu ke temannya, dan berjalan ke arahku. Saat ia melepas riu dengan cepat aku memcoba untuk memukulnya dengan tangan kiri, namun dengan lincah ia menangkapku. Ia memegang tangan kiriku dengan erat dan meremas lengan kananku yang terluka, hingga rasa sakit yang kurasakan menjadi 2x lipat. “aaaaa”teriakku kesakitan. “hahahaha…ini sungguh menyenangkan!”katanya tertawa setan.

Setelah ia merasa puas melihatku kesakitan, ia melemparku jatuh ke tanah dengan keras. Aku tergulai lemas, namun aku sadar ini bukan waktunya untuk santai-santai. Aku melihatnya mengacungkan pistolnya kearahku, seolah bersiap untuk menembakku. Dan “dorr” aku menutup mataku sesaat, namun aku merasakan  hal yang aneh. Segera aku membuka mataku, dan sontak aku terkejut melihat ibuku sudah berada di hadapanku menjadi tamengku. Sejenak aku membatu, dan terasa tubuh ibuku jatuh kearahku. Dengan cepat aku menangkapanya, “ibu..”kataku pelan, “ibu bangunlah”kataku lagi. tak ada respon darinya membuatku frustasi.

“hahaha…sungguh ironis bukan. Seorang ibu rela mati demi anaknya, tapi tenang saja, ibumu tidak akan mati sendiri, karena sebentar lagi kau akan menyusulnya.”katanya tertawa puas. “kau berani-beraninya..”kataku pelan, dengan tatapan tajam dan ingin membunuh aku berteriak padanya, “KU BUNUH KAU!”teriakku. rasa sakit di tubuhku sudah dikalahkan dengan rasa sakit dihatiku, hingga membuatku bersikap diluar kendali. aku bangun dan berlari kearahnya, ia hendak menembakku namun dengan cepat aku mengambil pistolnya dan menendang perutnya dengan sangat keras, hingga membuatnya terjatuh.

Aku menghampirinya “dorr” aku menembak telapak tangan kirinya “itu untuk ibuku”kataku dingin, “aaaa”ia teriak kesakitan. “dorr”aku menembak kaki kirinya “itu juga untuk ibuku”kataku lagi, aku hendak menembaknya lagi,namun aku urungkan niatku. Aku menginjak tangan kanannya dengan keras, hingga ia berteriak lebih kencang. “aku tak peduli kau melukaiku, tapi aku tak akan memafkanmu kalai kau menyentuh ibuku!!”teriakku lebih kencang. Aku mengarahkan pistol ke kepalanya, “dorr” sebuah peluru melesat dengan cepat tepat didepan wajahku, aku mencari arah sumbernya dan ternyata itu dari orang tua sialan itu.

Aku mentapanya dengan dingin dan mata tajam, “kau mau membunuh ku juga?”tanyaku sambil berjalan kearahnya. Dia menembakku dengan tangan gemetar, peluru yang ia tembakan ke arahku tak ada satupun yang mengenaiku, sampai akhirnya peluru dipistolnya habis. “kau kehabisan peluru?apa perlu ku pinjamkan?”sindirku masih berjalan kearahnya. “dor” suara tembakan terdengar sangat dekat namun tak mengenaiku, aku berhenti dan mencari sumber suara. ternyata sumbernya berasal dari pria berjas hitam yang tadinya memegang miuji, kemudian ia hendak menembakiku lagi, namun aku sudah menembaknya duluan tepat di jantungnya, iapun jatuh tak berdaya.  Kembali pandanganku beralih ke orang tua itu, posisiku tak jauh dari posisi orang tua itu, aku mengarahkan pistol ke kepala orang tua itu. “aku benar-benar membencimu”kataku pelan, “dorr”. Aku menembaki kaki orang tua itu, dan ia terjatuh kesakitan“kau benar-benar menjijikkan”kataku tajam. “Rea, ibumu”teriak Riu, reflek aku menoleh kearah sumber suara.

Aku berlari kearah ibuku, yang setengah sadar. “ibu”kataku pelan sambil menaruh tubuhnya dipangkuanku. “re..a”katanya lemah, “ibu..”jawabku lemah. “ibu senang bisa melihatmu tumbuh menjadi wanita yang cantik dan baik..”katanya pelan, “bisakah kau berjanji pada ibu. Walau tanpa ibu, kau tetap tersenyum.”katanya lirih. “ibu jangan katakan itu. ibu pasti selamat.”kataku terisak hampir menangis, “Riu panggil ambulance cepat. Riu” isakku sambil menarik baju Riu. “rea tenanglah”kata ibuku lagi sambil memegang pipiku dengan lembut, dengan cepat aku memegang tangan ibu.

“dengarkan ibu, jadilah orang yang bijaksana dan juga maafkanlah orang yang menyakitimu. Termasuk ayahmu..”kata ibu disisa-sisa tenaganya, “ibu senang bisa menjadi ibumu. ibu menyayangimu Re..aa”katanya untuk yang terakhir, tangannya jatuh dengan lemah namun aku tangkap kembali. “IIIBUUUUU”teriakku sambil menangis, kali ini aku tak bisa menahannya. Aku memeluk tubuh ibuku yang sudah tak berdaya, aku terisak dipelukannya untuk beberapa waktu. Saat aku lebih sedikit tenang, aku melepas pelukanku dan berusaha mengendongnya. aku tak menghiraukan polisi yang sibuk menangkap semua penjahat termasuk ayahku, aku mengendong ibuku dan membawanya pergi, “ibu, Rea juga senang bisa menjadi anak ibu. Rea menyayangimu ibu.”kataku dalam hati dan air mata terus mengalir tanpa henti dari mataku.

Beberapa hari kemudian

Aku hendak berangkat sekolah dan ternyata yui, riu dan miuji sudah berada didepan rumah untuk menungguku. “ayo berangkat bersama.” ajak yui tersenyum semangat. Aku hanya membalas dengan senyuman tipis. Saat diperjalanan, “lukamu sudah sembuh?”Tanya riu khawatir. “hemm”jawabku singkat. “aiishh, semangat dong. Lesu amat”katanya sambil menjeratkan tangan kanannya ke leherku dengan keras. “aa…sakit…sakit” rintihku. “ups, maaf…maaf…niatnya bercanda, hehehe”katanya cengengesan. “ kau ini gak tau diri banget”kata miuji kesal sambil melempar tasnya ke kepala riu. riu ga terima dan hendak memukul temannya itu, “apa?!”lawan miuji dengan ekspresi kesal. “aahh…ngga, ada debu dibajumu”elak riu sambil mengusap bajunya miuji. Aku dan yui hanya tersenyum tipis melihat tingkah 2 pria itu. “pulang sekolah ayo kita makan-makan”ajak riu tiba-tiba. “hng, aku tidak bisa ikut. Ada seseorang yang harus ku temui.”kataku pelan. “siapa?”Tanya yui penasaran. “ayahku”jawabku singkat.

Saat pulang sekolah, aku pergi ke sel tahanan tempat ayahku ditahan seumur hidupnya. Pantasnya ia dihukum mati, tapi aku meminta untuk dihukum seumur hidupnya,berharap agar dia bisa merubah sikap buruknya disana. Ditemani oleh teman-temanku, tak terasa aku sudah sampai di depan pintu masuk. “kami akan menunggumu disini. Masukklah.”kata riu, aku hanya tersenyum membalasnya dan melangkah masuk ke dalam.

Di suatu ruangan aku sudah berhadapan dengan ayahku, dimana di ruangan tersebut hanya ada kami berdua dan diantara kami terdapat pembatas berupa kaca dan ada lubang-lubang kecil di tengahnya. “kenapa kau kesini?”tanyanya dingin. Orang tua itu terlihat sangat lusuh dengan rambut yang acak-acakan. “menemuimu untuk yang terakhir kalinya.”jawabku kemudian. “kau mau mencaci makiku untuk terakhir kali.”katanya tersenyum remeh. “bukan itu. aku kesini untuk memaafkanmu dan berterimakasih padamu.”jawabku cepat. “apa?”jawabnya bingung.

“diakhir hidupnya, ibu menyuruhku untuk memafkanmu. Jujur saja, sangat sulit memaafkan orang yang sudah membohongiku sekaligus membunuh orang yang paling aku sayangi. Tapi ibu…dia ingin aku menjadi orang yang baik dan bijaksana.”jelasku. Orang tua itu diam dan memasang ekspresi tak percaya. “lalu?”tanyanya tanpa ekspresi. “terimakasi…terimakasih karena pernah merawatku dengan baik. Walaupun hanya uuntuk sementara waktu, setidaknya aku pernah merasakan kasih sayang seorang ayah dan merasakan kehangatannya. Walau semua itu hanya kebohongan semata, aku benar-benar ingin mengucapkan terimakasih.”kataku menahan emosi, aku menarik dan menghembuskan nafas panjang. ”Terimakasi juga, berkat kau, aku ada didunia ini, bertemu dengan orang-orang yang baik dan benar-benar menyayangiku dengan tulus.”lanjutku.

”hahaha…kata-katamu itu sungguh menggelikan rea.”katanya sambil tertawa gila. aku memejamkan mataku sebentar dan membukanya kembali,  “hanya itu yang ingin ku katakan. Jagalah dirimu….Ayah”kataku sambil tersenyum tipis, kemudian aku berdiri dan hendak beranjak pergi. “Rea…”panggilnya, akupun berhenti namun tak menatap wajahnya, “jangan lagi panggil aku ayah. Karena aku tak pantas untuk itu… terimakasi sudah memaafkanku.”katanya lebih tenang. Aku tak menjawabnya dan tersenyum tipis, kemudian melanjutkan langkahku pergi dari ruangan itu. diluar pintu masuk, aku melihat ke-3 temanku sedang berbincang-bincang sembari menungguku. Aku usil menjitak kepala riu, “aww”rintihnya. “ayo pulang.”ajakku, “ayo”jawab yui semangat.

Diperjalanan pulang, kami melewati sekelompok pemuda yang asyik bermain basket. “Rea, aku pernah berjanji untuk melanjutkan pertandingan kita kan?. Bagaimana kalau sekarang?”tawarnya, “apa?”tanyaku bingung, ia menarik tanganku pergi menuju para pemuda yang asyik bermain basket. “hei, broo”sapa riu sok akrab pada pemuda-pemuda itu. “kau kenal mereka?”tayaku bisik-bisik, “nggak”jawabnya polos, aku memilih diam dan menjauh darinya. “ada apa?”Tanya salah satu pemuda itu, “aku pinjam bola basketnya sebentar boleh nggak? Ada janji yang penting yang harus kutepati sama pacarku ini.”katanya menarikku mendekatinya. “astaga malu-maluin”kataku dalam hati. Pemuda itu berfikir sejenak, “teman-teman, ayo kita istirahat sebentar”suruhnya pada teman-temannya. “berhasilkan”kata riu penuh kemenangan.

“aku sama yui ikut dong”pinta miuji, “kau sama rea, aku sama yui”lanjutnya. “yakin?”Tanya riu ga percaya, “yakin…kenapa?”Tanya miuji bingung. “lebih baik, kau menyerah saja. Karena kau pasti kalah melawan kami.”kata riu PD. “yui gadis yang manis, yang tidak suka permainan kasar kayak gini. Sedangkan dia…”kata riu terpotong sambil menunjukku. “APA?”tanyaku jengkel. “hehehe…ga napa”elaknya. “aku akan berusaha”kata yui dengan semangat. “baiklah. 2 lawan 2. Pasangan yang memasukkan 5 bola pertamakali lah yang menang. Dan yang kalah harus menuruti keinginan yang menang. Gimana?”jelas riu. “aku tau”jawab miuji. “baiklah ayo mulai”pimpin riu. pertandingan dimulai, kami bermain tanpa beban. pertama kali bertemu kami tidak saling mengenal dan tak saling peduli. Tapi sekarang, kami bahkan saling mengisi dan menjaga satu sama lain.

“ibu…walau ibu tidak disamping rea saat ini, Rea akan tetap tersenyum, karena ada mereka disamping rea. Mereka adalah teman sekaligus keluarga Rea saat ini karena itu rea akan menjaga mereka. Ibu juga akan menjaga Rea dari sana kan?”tanyaku dalam hati sambil memandang langit yang gelap dan dipenuhi dengan bintang yang berkelap-kelip dengan indah. “Rea, tangkap!”teriak riu sambil mengoperkan bola basket padaku. Aku menangkapnya dengan cepat dan tersenyum senang.

~The End~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar