#Riu#
Setelah miuji mendapat alamat
yang akan yui tuju, segera kami mencari alamat tersebut. “ayo jalan”kataku.
“tunggu. Kita ga pergi berdua aja kan?”tanyanya tiba-tiba. “maksudmu?”tanyaku
bingung. “aku ga mau jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Kita
hubungi polisi.”jelasnya. sambil berjalan miuji menjelaskan rencana yang ia
pikirkan.
“ayahku mempunyai kenalan
polisi dan aku lumayan dekat dengannya, jadi akan ku hubungi dia.”katanya.
“biar aku yang menyetir”kataku cepat, sementara itu miuji ku gonceng dan
melakukan tugasnya, yaitu menelepon polisi. Beberapa menit ia menjelaskan
keadaan kami dan menyuruh mereka datang sesuai rencana. Setelah ia bicara
dengan polisi tersebut, ia kembali beralih padaku. “beres. Kita akan bertemu
dengannya di dekat TKP.”katanya tersenyum puas.
Kami berhenti bebrapa meter
dari TKP. baru beberapa menit kami menunggu kerabat miuji itu, ia sudah muncul
dengan teman-teman polisinya menggunakan mobil biasa dengan berbaju biasa juga,
yahh…supaya ga ketahuan gitu. “hai, om!”sapanya, “maaf om nyuruhnya mendadak
gini. Ini benar-benar Emergency, ada 2 orang, eh salah 3, atau mungkin lebih? nyawa yang dalam bahaya di
dalam sana.”lanjutnya memberi penjelasan sambil menunjuk rumah yang dituju.
“kami mengerti. Ayo kita bergerak.”kata om polisi itu memberi perintah.
Kami berjalan
mengendap-mengendap, sampai akhirnya kami berhenti di samping pintu pagar rumah
tersebut. Om polisi itu memberi tanda untuk berhenti dan melihat situasi, “kami
akan memberi kalian jalan untuk masuk duluan, jadi kalian harus bisa bergerak
degan cepat untuk menolong teman kalian. Apa kalian mengerti?”tanyanya dengan
nada rendah, dan kami mengangguk yang menunjukkan bahwa kami mengerti. Om
polisi itupun memberi tanda untuk menyerang. Dengan cepat, teman-temannya
menerobos masuk, dan menembaki pria-pria berjas hitam. Setelah semua pria
berjas hitam itu selesai dibereskan, om polisi menuntun kami untuk masuk. Ia
berada di depan kami dan teman-temannya berada dibelakang kami.
Cukup banyak pria berjas
hitam yang kami temui saat di dalam rumah, para polisi itupun sibuk dengan
urusan mereka, “kalian pergilah duluan.”kata om polisi itu sambil menembaki
pria berjas hitam yang hendak menembaki kami juga. “ayo riu!”kata miuji. Aku
dan miuji terus berjalan tak tau arah, memasuki ruangan-ruangan yang mungkin
yui dan rea ada disana. Tak jarang pula kami harus melawan pria berjas hitam
tersebut, namun tak kami duga om polisi itu selalu ada di belakang kami dan
menolong kami. aku benar-benar kagum degan om itu.
Sampai akhirnya, kami berada
di ruangan yang cukup luas dan berantakan, “disana”kata miuji tiba-tiba sambil
menunjuk arah luar jendela. Samar-samar aku melihat, yui, rea dan 2 wanita
paruh baya, berdiri berjejer dan terikat di bagian tangannya. Saat kami hendak
menghampiri mereka aku melihat pria tua yang aku rasa itu ayah rea dan yui,
hendak ingin mendorong rea namun wanita paruh baya yang berada di saping kiri
realah yang jatuh ke dalam jurang. Aku dan miuji terkejut melihatnya dan
mempercepat langkah kami.
Walau banyak pria berjas
hitam yang ingin menghalangi kami, dengan gesit kami menghindar dan dibantu
oleh om polisi dan teman-temannya tentunya. Sampai akhirnya aku berada dekat
dengan rea dan tanpa perintah aku langsung melepas ikatannya. Sementara itu aku
melihat miuji membantu melepas ikatan yui dan ibunya yui,aku rasa. Rea
memandangiku dan bergumam “riu”dengan lirih. Namun setelah itu dengan cepat
pandangannya beralih pada tali tambang dan mengikat semua tali tambang menjadi
satu, kemudian memberikannya pada wanita paruh baya yang dipanggil ‘ibu’ oleh
rea. Sementara itu aku melihat orang tua
menyebalkan itu (ayah rea) juga diselamatkan oleh anak buahnya. Dan aku juga
melihat aksi saling tembak antara pria berjas hitam dan para polisi itu, sangat
menegangkan namun juga terlihat keren.
Sampai akhirnya ibu rea
berhasil diangkat naik, setelah dibantu oleh yui dan ibunya yui. Baru saja rea
dan ibunya dapat bernapas lega, orang tua menyebalkan itu menyuruh anak buahnya
untuk membunuh kami. yang aku herannya walau polisi itu sudah banyak menembaki
pria berjas hitam, pria- pria itu tak ada habisnya. Seperti mati 1 tumbuh 1000,
walau itu terlalu berlebihan, anggap saja begitu =.= (maksa bgt)
Aku mengambil posisi melindungi
rea dan ibunya, sementara miuji melindungi yui dan ibunya. Pria yang pernah
menculik akemi itu berlari kearah kami dan siap memumukul dengan tongkat
baseballnya, dengan cepat aku melawannya, berusaha memukulnya, namun dengan
cepat ia menghindar dan berbalik memukul tubuhku dengan tongkat itu hingga
terjatuh, “sial”keluhku pelan. pria itu berhasil lolos dariku dan hendak
memukul rea, namun rea membawa pria itu menjauhi kami, apa mungkin agar ibunya
tak terluka?entahlah, mungkin saja. Aku bangkit dengan cepat, “miuji kau jaga
mereka. Aku akan membantu rea.”kataku.
#Rea#
“ayo maju!”kataku serius
sambil menatapnya tajam. Dia tersenyum meremehkan dan berlari kearahku bersiap
memukul. Aku mengambil posisi siap melawan, dan menghindari setiap pukulannya,
“jangan buat aku kecewa. Lawan aku!!”teriaknya. dan akupun berhasil menendang
mukanya, namun ia dapat bangkit dengan cepat dan mengayunkan tongkatnya dengan
membabi buta. Dia mengayunkan togkatnya mengarah kewajahku, refleks aku
menunduk, namun ia memakai kesempatan itu untuk menendang perutku dengan keras
hingga aku terpental jauh kebelakang. Aku tergelatak di tanah dan memegang perutku yang terasa nyeri.
Orang menyebalkan itu tak
hentinya menyerangku, ia tetap maju dan hendak menginjakku, namun aku dapat
berguling ke kiri dan ke kanan sehingga dapat menghindarinya. Sampai akhirnya
Riu datang membantuku, ia menendang orang menyebalkan itu hingga terjatuh. “kau
baik-baik saja kan?”tanyanya khawatir sambil membantuku untuk bangun. Aku hanya
mengangguk menjawabnya. “akan kubunuh kalian!”teriak orang menyebalkan itu
seperti orang gila, ia berlari dengan cepat kearah kami. “tetaplah disini!”kata
riu cepat padaku, ia pun berusaha melawan orang menyebalkan itu. namun lagi-lagi
Riu dapat ditaklukannya, Riu terpental jatuh ke tanah dengan luka dikepalanya.
“Riu”teriakku tak cukup
keras. Aku berusaha menolong riu dengan melawan orang menyebalkan itu, aku
berusaha mengambil tongkat baseball itu dengan melukai tangan orang itu. Setelah
beberapa kali aku mencoba dan akhirnya berhasil, tongkat itu jatuh ke tanah dan
aku mengambilnya. Aku mengarahkan tongkat itu ke orang menyebalkan itu, aku
melompat cukup tinggi dan memukul wajahnya dengan tongkat hingga ia terpental
cukup keras. Setelahnya aku membantu Riu untuk bangkit, “1 sama”kataku
tersenyum tipis.
#Miuji#
Saat ini aku mempunyai tugas
untuk menjaga 3 wanita, tugas yang sulit namun harus kuhadapi. Orang tua yang
berada di hadapan kami itu memasang ekspresi marah dan penuh kebencian. Saat
pria itu hendak maju, aku ikut maju dan menyuruh 3 wanita itu tetap
dibelakangku. “dasar pengganggu”katanya tajam padaku, “habisi dia”suruhnya pada
anak buahnya yang sedari tadi berada tak jauh darinya. Pria berjas hitam itu
datang dan hendak memukulku namun dengan gesit aku menghindar dan berbalik
memukulnya. Tak disangka pria yang lain datang dan memegang tanganku dan
membantingku cukup keras ke tanah. Pria itu hendak menginjakku, dengan cepat
aku memegang kakinya dan melemparnya jauh dari tubuhku. “jangan sakiti
dia”teriak yui keras. Saat aku bangun pria berjas hitam itu mengunci gerakan ku,
sehingga aku tak bisa bergerak dengan bebas. Sementara pria satunya lagi memukul perutku berulang kali, aku hanya bisa
diam karena tak bisa bergerak, aku hanya mendengar suara yui yang berteriak dan
memohon untuk berhenti, “ayah, aku mohon berhenti!” teriak yui lagi. sampai
akhirya pria tua itu memberi intruksi untuk berhenti pada anak buahnya.
Aku melihat samar-samar pria
tua itu menghampiri yui, namun ibunya yui mengambil posisi untuk melindungi
anaknya. “kalian sangat menjijikkan. Kalian semua akan mati, jadi jangan
bersikap saling melindungi seperti itu!”kata pria tua itu jengkel. Pri tua itu
bersiap untuk memukul ibunya yui, namun dihentikan oleh ibunya rea. “ini sudah
kelewatan.”katanya sambil memegang tangan pria tua itu. Pria tua itu memasang
ekspresi jengkel dan melepaskan tangan wanita itu dengan kasar, lalu memukul
wajah wanita itu bertubi-tubi hingga terjatuh ke tanah. Pria tua itu mengambil
pistol dan mengarahkannya ke ibu rea. Sontak kami terkejut, “door” suara
tembakan terdengar namun tak mengenai ibu rea, karena yui berhasil mendorong
pria itu namun tak sampai terjatuh. Pria tua itu semakin geram dan menendang
yui hingga terjatuh dan ibunya yui dengan cepat membantu anaknya untuk bangun.
Pria tua itu hendak menembaki mereka lagi, namun ibunya rea dengan cepat
menarik pria tua itu, “dorr” suara tembakan terdengar kembali dan mengenai
pundak ibunya rea. “Bibi…”teriak yui kaget melihatnya.
#Rea#
“bibi…”terdengar teriakan
yui ditambah 2 tembakkan tadi membuatku khawatir. Sontak aku melihatnya. Aku
melihat ibuku jatuh dan memagang pundaknya, akupun berlari ke arahnya untuk
membantu. Namun saat aku berlari kearah mereka, “door” aku merasa peluru
bersarang di lengan kananku. Aku merintih kesakitan, “kau mau mencoba kabur
dariku?”Tanya orang menyebalkan itu dengan nada sinis, reflek aku menoleh
kebelakang, dan aku terkejut melihat Riu menjadi sanderanya. “kau pergi
menolong ibumu. maka temanmu ini akan mati”ancamnya sambil meletakkan pistol ke
kepala riu. aku bingung harus menolong ibu atau Riu, aku berfikir sejenak dan
aku memilih untuk tetap diam.
“pilihan yang bagus”katanya,
“dari kejadiaan waktu itu, aku benar-benar ingin melihatmu kesakitan dan
akhirnya mati. Kau salah bermain-bermain denganku”katanya mendadak serius, ia
melemparkan Riu ke temannya, dan berjalan ke arahku. Saat ia melepas riu dengan
cepat aku memcoba untuk memukulnya dengan tangan kiri, namun dengan lincah ia
menangkapku. Ia memegang tangan kiriku dengan erat dan meremas lengan kananku
yang terluka, hingga rasa sakit yang kurasakan menjadi 2x lipat.
“aaaaa”teriakku kesakitan. “hahahaha…ini sungguh menyenangkan!”katanya tertawa
setan.
Setelah ia merasa puas
melihatku kesakitan, ia melemparku jatuh ke tanah dengan keras. Aku tergulai
lemas, namun aku sadar ini bukan waktunya untuk santai-santai. Aku melihatnya
mengacungkan pistolnya kearahku, seolah bersiap untuk menembakku. Dan “dorr”
aku menutup mataku sesaat, namun aku merasakan
hal yang aneh. Segera aku membuka mataku, dan sontak aku terkejut
melihat ibuku sudah berada di hadapanku menjadi tamengku. Sejenak aku membatu,
dan terasa tubuh ibuku jatuh kearahku. Dengan cepat aku menangkapanya,
“ibu..”kataku pelan, “ibu bangunlah”kataku lagi. tak ada respon darinya
membuatku frustasi.
“hahaha…sungguh ironis
bukan. Seorang ibu rela mati demi anaknya, tapi tenang saja, ibumu tidak akan
mati sendiri, karena sebentar lagi kau akan menyusulnya.”katanya tertawa puas.
“kau berani-beraninya..”kataku pelan, dengan tatapan tajam dan ingin membunuh
aku berteriak padanya, “KU BUNUH KAU!”teriakku. rasa sakit di tubuhku sudah
dikalahkan dengan rasa sakit dihatiku, hingga membuatku bersikap diluar
kendali. aku bangun dan berlari kearahnya, ia hendak menembakku namun dengan
cepat aku mengambil pistolnya dan menendang perutnya dengan sangat keras,
hingga membuatnya terjatuh.
Aku menghampirinya “dorr” aku
menembak telapak tangan kirinya “itu untuk ibuku”kataku dingin, “aaaa”ia teriak
kesakitan. “dorr”aku menembak kaki kirinya “itu juga untuk ibuku”kataku lagi,
aku hendak menembaknya lagi,namun aku urungkan niatku. Aku menginjak tangan
kanannya dengan keras, hingga ia berteriak lebih kencang. “aku tak peduli kau
melukaiku, tapi aku tak akan memafkanmu kalai kau menyentuh ibuku!!”teriakku
lebih kencang. Aku mengarahkan pistol ke kepalanya, “dorr” sebuah peluru
melesat dengan cepat tepat didepan wajahku, aku mencari arah sumbernya dan
ternyata itu dari orang tua sialan itu.
Aku mentapanya dengan dingin
dan mata tajam, “kau mau membunuh ku juga?”tanyaku sambil berjalan kearahnya.
Dia menembakku dengan tangan gemetar, peluru yang ia tembakan ke arahku tak ada
satupun yang mengenaiku, sampai akhirnya peluru dipistolnya habis. “kau kehabisan
peluru?apa perlu ku pinjamkan?”sindirku masih berjalan kearahnya. “dor” suara
tembakan terdengar sangat dekat namun tak mengenaiku, aku berhenti dan mencari
sumber suara. ternyata sumbernya berasal dari pria berjas hitam yang tadinya memegang
miuji, kemudian ia hendak menembakiku lagi, namun aku sudah menembaknya duluan
tepat di jantungnya, iapun jatuh tak berdaya. Kembali pandanganku beralih ke orang tua itu,
posisiku tak jauh dari posisi orang tua itu, aku mengarahkan pistol ke kepala
orang tua itu. “aku benar-benar membencimu”kataku pelan, “dorr”. Aku menembaki kaki
orang tua itu, dan ia terjatuh kesakitan“kau benar-benar menjijikkan”kataku
tajam. “Rea, ibumu”teriak Riu, reflek aku menoleh kearah sumber suara.
Aku berlari kearah ibuku,
yang setengah sadar. “ibu”kataku pelan sambil menaruh tubuhnya dipangkuanku.
“re..a”katanya lemah, “ibu..”jawabku lemah. “ibu senang bisa melihatmu tumbuh
menjadi wanita yang cantik dan baik..”katanya pelan, “bisakah kau berjanji pada
ibu. Walau tanpa ibu, kau tetap tersenyum.”katanya lirih. “ibu jangan katakan
itu. ibu pasti selamat.”kataku terisak hampir menangis, “Riu panggil ambulance
cepat. Riu” isakku sambil menarik baju Riu. “rea tenanglah”kata ibuku lagi
sambil memegang pipiku dengan lembut, dengan cepat aku memegang tangan ibu.
“dengarkan ibu, jadilah
orang yang bijaksana dan juga maafkanlah orang yang menyakitimu. Termasuk
ayahmu..”kata ibu disisa-sisa tenaganya, “ibu senang bisa menjadi ibumu. ibu
menyayangimu Re..aa”katanya untuk yang terakhir, tangannya jatuh dengan lemah
namun aku tangkap kembali. “IIIBUUUUU”teriakku sambil menangis, kali ini aku
tak bisa menahannya. Aku memeluk tubuh ibuku yang sudah tak berdaya, aku
terisak dipelukannya untuk beberapa waktu. Saat aku lebih sedikit tenang, aku melepas
pelukanku dan berusaha mengendongnya. aku tak menghiraukan polisi yang sibuk
menangkap semua penjahat termasuk ayahku, aku mengendong ibuku dan membawanya
pergi, “ibu, Rea juga senang bisa menjadi anak ibu. Rea menyayangimu
ibu.”kataku dalam hati dan air mata terus mengalir tanpa henti dari mataku.
Beberapa hari kemudian
Aku hendak berangkat sekolah
dan ternyata yui, riu dan miuji sudah berada didepan rumah untuk menungguku.
“ayo berangkat bersama.” ajak yui tersenyum semangat. Aku hanya membalas dengan
senyuman tipis. Saat diperjalanan, “lukamu sudah sembuh?”Tanya riu khawatir.
“hemm”jawabku singkat. “aiishh, semangat dong. Lesu amat”katanya sambil
menjeratkan tangan kanannya ke leherku dengan keras. “aa…sakit…sakit” rintihku.
“ups, maaf…maaf…niatnya bercanda, hehehe”katanya cengengesan. “ kau ini gak tau
diri banget”kata miuji kesal sambil melempar tasnya ke kepala riu. riu ga
terima dan hendak memukul temannya itu, “apa?!”lawan miuji dengan ekspresi
kesal. “aahh…ngga, ada debu dibajumu”elak riu sambil mengusap bajunya miuji.
Aku dan yui hanya tersenyum tipis melihat tingkah 2 pria itu. “pulang sekolah
ayo kita makan-makan”ajak riu tiba-tiba. “hng, aku tidak bisa ikut. Ada
seseorang yang harus ku temui.”kataku pelan. “siapa?”Tanya yui penasaran.
“ayahku”jawabku singkat.
Saat pulang sekolah, aku
pergi ke sel tahanan tempat ayahku ditahan seumur hidupnya. Pantasnya ia
dihukum mati, tapi aku meminta untuk dihukum seumur hidupnya,berharap agar dia
bisa merubah sikap buruknya disana. Ditemani oleh teman-temanku, tak terasa aku
sudah sampai di depan pintu masuk. “kami akan menunggumu disini.
Masukklah.”kata riu, aku hanya tersenyum membalasnya dan melangkah masuk ke
dalam.
Di suatu ruangan aku sudah
berhadapan dengan ayahku, dimana di ruangan tersebut hanya ada kami berdua dan
diantara kami terdapat pembatas berupa kaca dan ada lubang-lubang kecil di
tengahnya. “kenapa kau kesini?”tanyanya dingin. Orang tua itu terlihat sangat
lusuh dengan rambut yang acak-acakan. “menemuimu untuk yang terakhir
kalinya.”jawabku kemudian. “kau mau mencaci makiku untuk terakhir kali.”katanya
tersenyum remeh. “bukan itu. aku kesini untuk memaafkanmu dan berterimakasih
padamu.”jawabku cepat. “apa?”jawabnya bingung.
“diakhir hidupnya, ibu
menyuruhku untuk memafkanmu. Jujur saja, sangat sulit memaafkan orang yang
sudah membohongiku sekaligus membunuh orang yang paling aku sayangi. Tapi ibu…dia
ingin aku menjadi orang yang baik dan bijaksana.”jelasku. Orang tua itu diam
dan memasang ekspresi tak percaya. “lalu?”tanyanya tanpa ekspresi.
“terimakasi…terimakasih karena pernah merawatku dengan baik. Walaupun hanya
uuntuk sementara waktu, setidaknya aku pernah merasakan kasih sayang seorang
ayah dan merasakan kehangatannya. Walau semua itu hanya kebohongan semata, aku
benar-benar ingin mengucapkan terimakasih.”kataku menahan emosi, aku menarik
dan menghembuskan nafas panjang. ”Terimakasi juga, berkat kau, aku ada didunia
ini, bertemu dengan orang-orang yang baik dan benar-benar menyayangiku dengan
tulus.”lanjutku.
”hahaha…kata-katamu itu
sungguh menggelikan rea.”katanya sambil tertawa gila. aku memejamkan mataku
sebentar dan membukanya kembali, “hanya
itu yang ingin ku katakan. Jagalah dirimu….Ayah”kataku sambil tersenyum tipis,
kemudian aku berdiri dan hendak beranjak pergi. “Rea…”panggilnya, akupun
berhenti namun tak menatap wajahnya, “jangan lagi panggil aku ayah. Karena aku
tak pantas untuk itu… terimakasi sudah memaafkanku.”katanya lebih tenang. Aku
tak menjawabnya dan tersenyum tipis, kemudian melanjutkan langkahku pergi dari
ruangan itu. diluar pintu masuk, aku melihat ke-3 temanku sedang
berbincang-bincang sembari menungguku. Aku usil menjitak kepala riu, “aww”rintihnya.
“ayo pulang.”ajakku, “ayo”jawab yui semangat.
Diperjalanan pulang, kami
melewati sekelompok pemuda yang asyik bermain basket. “Rea, aku pernah berjanji
untuk melanjutkan pertandingan kita kan?. Bagaimana kalau sekarang?”tawarnya,
“apa?”tanyaku bingung, ia menarik tanganku pergi menuju para pemuda yang asyik
bermain basket. “hei, broo”sapa riu sok akrab pada pemuda-pemuda itu. “kau
kenal mereka?”tayaku bisik-bisik, “nggak”jawabnya polos, aku memilih diam dan
menjauh darinya. “ada apa?”Tanya salah satu pemuda itu, “aku pinjam bola
basketnya sebentar boleh nggak? Ada janji yang penting yang harus kutepati sama
pacarku ini.”katanya menarikku mendekatinya. “astaga malu-maluin”kataku dalam
hati. Pemuda itu berfikir sejenak, “teman-teman, ayo kita istirahat
sebentar”suruhnya pada teman-temannya. “berhasilkan”kata riu penuh kemenangan.
“aku sama yui ikut dong”pinta
miuji, “kau sama rea, aku sama yui”lanjutnya. “yakin?”Tanya riu ga percaya,
“yakin…kenapa?”Tanya miuji bingung. “lebih baik, kau menyerah saja. Karena kau
pasti kalah melawan kami.”kata riu PD. “yui gadis yang manis, yang tidak suka
permainan kasar kayak gini. Sedangkan dia…”kata riu terpotong sambil
menunjukku. “APA?”tanyaku jengkel. “hehehe…ga napa”elaknya. “aku akan
berusaha”kata yui dengan semangat. “baiklah. 2 lawan 2. Pasangan yang
memasukkan 5 bola pertamakali lah yang menang. Dan yang kalah harus menuruti
keinginan yang menang. Gimana?”jelas riu. “aku tau”jawab miuji. “baiklah ayo
mulai”pimpin riu. pertandingan dimulai, kami bermain tanpa beban. pertama kali
bertemu kami tidak saling mengenal dan tak saling peduli. Tapi sekarang, kami
bahkan saling mengisi dan menjaga satu sama lain.
“ibu…walau ibu tidak
disamping rea saat ini, Rea akan tetap tersenyum, karena ada mereka disamping
rea. Mereka adalah teman sekaligus keluarga Rea saat ini karena itu rea akan
menjaga mereka. Ibu juga akan menjaga Rea dari sana kan?”tanyaku dalam hati
sambil memandang langit yang gelap dan dipenuhi dengan bintang yang
berkelap-kelip dengan indah. “Rea, tangkap!”teriak riu sambil mengoperkan bola
basket padaku. Aku menangkapnya dengan cepat dan tersenyum senang.
~The End~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar