Label

Rabu, 03 Oktober 2012

I'm Not Alone #episode 9#





#Rea#

Saat hendak masuk ke dalam rumah, terdengar suara perempuan dari belakangku “Rea”katanya, langsung saja aku mencari sumber suara. Betapa terkejutnya aku, aku melihat ibuku berdiri diluar pagar sedang menatap dan tersenyum padaku. Aku kaget dan terdiam sejenak, namun aku melangkah pelan dan makin lama makin cepat. Aku membuka pintu gerbang dan melihat ibuku masih berdiri di sana, segera aku memeluknya dengan erat. Tak membiarkannya pergi untuk kedua kalinya. “ibuu…”kataku terisak, perlahan namun pasti air mata keluar dari mataku. “ibu…”kataku lagi, entah kenapa hanya kata itu yang bisa terlontar dari mulutku.


Di kamar, aku dan ibu tidur dengan saling berhadapan dan berpegangan tangan. Aku memandangnya lekat-lekat, aku masih tak percaya,sekarang ibu ada tepat dihadapanku, ia tersenyum dengan tulusnya. Perasaan ini, sudah lama tak pernah aku rasakan, perasaan yang sangat hangat dari seorang ibu. “Rea”panggilnya merdu, “hemmm”jawabku, “apa kau rindu pada ibu?”tanyanya, aku hanya mengangguk menjawabnya. “apa kau membenci ibu?”tanyanya lagi, aku menggeleng dan tetap tersenyum. Lalu ia berkata “bukankah ibu, adalah ibu yang jahat. Ibu meninggalkanmu begitu saja tanpa memberi kabar dan…” belum saja ibu selesai berbicara aku menyelanya. “ssttt…jangan katakan itu lagi bu. Dengan ibu berada disisi Rea saat ini,itu sudah cukup bagi Rea. Rea tak peduli masa lalu, Rea hanya peduli saat ini dan masa datang.”kataku bijak. “ibu senang, anak ibu tumbuh dengan baik.”katanya tersenyum hangat sambil mengelus-elus rambutku.


Aku tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala, “karena Rea bertemu dengan beberapa orang, Rea bisa mengerti apa artinya kehidupan, arti saling menyayangi dan saling melindungi.”kataku. “kalau begitu, ibu harus berterima kasih pada orang-orang itu. iya kan?”katanya kemudian. “heemm”kataku sambil mengangguk dan tersenyum. Sejenak kami terdiam, lalu ibu berkata “Rea, ayo kita pergi.”katanya membuatku bingung sekaligus terkejut.  “ayo kita pergi jauh dari tempat ini. Pergi menjauh dari ayahmu, ah bukan. Pria itu saat ini bukan lagi ayahmu yang kamu kenal dulu.”jelasnya. “Rea tau”kataku singkat, “bagaimana kau bisa tau?”tanyanya bingung, “apa kau sudah bertemu dengannya?”tanyanya kemudian. Aku hanya mengangguk lemah.


Ia terkejut dan bagun dari tidurnya, otomatis aku ikut terbagun.“apa yang sudah ia lakukan padamu?kau tidak terluka kan?apa saja yang sudah ia katakan padamu?”tanyanya bertubi-tubi sambil mencari apa ada luka ditubuhku. “tenang bu. Rea baik-baik aja,buktinya saat ini Rea ada dihadapan ibu. Karena Rea tidak sendiri, Rea bisa melewatinya.”jawabku lalu kembali merebahkan diriku ke tempat tidur. “maka dari itu Rea, ayo kita pergi ke Amerika. Kita mulai dari awal disana, tanpa gangguan dari pria itu. ayo kita hidup bersama kembali Rea…”ajaknya. Aku berfikir dalam hati, “lalu bagaimana dengan Yui, Riu dan Miuji?aku tidak bisa meninggalkan mereka…”kataku dalam hati. Karena tak bisa menjawab aku menutup mataku, berpura-pura tidur seolah tak ingin mendengarkan hal itu lagi.


Keesokan harinya, aku berjalan menuju kelas  dan teringat perkataan ibu.

*flashback*
“ayo kita pergi ke Amerika. Kita mulai dari awal disana, tanpa gangguan dari pria itu. ayo kita hidup bersama kembali Rea…”
~~~~
Di saat aku hendak berangkat sekolah, ibu datang dan menghapiriku “pikirkan lah baik-baik. Ibu melakukan ini demi kebaikanmu Rea. Ibu akan memesan tiket pesawat untuk besok sore. Jadi pikirkanlah dengan bijak.”katanya.
*flashback end*

Aku menghebuskan nafas panjang, jujur saja ini pilihan yang sangat sulit. Saat jam pelajaran kosong, aku memilih untuk pergi ke atap sekolah. Sesampainya disana aku menenangkan pikiranku, “aku ingin tinggal bersama dengan ibu. Tapi aku juga tidak bisa meninggalkan teman-temanku.”gumamku. “apa yang kau gumamkan?”Tanya seseorang dari belakang, segera aku mencari arah sumber suara yang aku kenal. “kenapa kau ada disini?”tanyaku pada riu. “lalu kau sendiri, kenapa ada disini?”katanya berbalik bertanya. “cari udara segar”kataku memberi alasan. “aku juga cari udara segar”katanya lagi. “ikut-ikutan”kataku pelan namun terdengar olehnya. “kenapa? Ga boleh?”tanyanya sedikit sinis, “boleh”jawabku singkat sedikit kesal.


“apa kau sedikit tuli?”tanyanya tiba-tiba membuatku kaget “apa?”tanyaku bingung. “tadi aku teriak-teriak sampe pita suaraku mau copot, eh kamu ga denger.”jelasnya sedikit jengkel. “oh ya?sorry deh...”kataku “udah?Cuma itu?datar amat!”katanya marah. “maksudmu?”tanyaku seperti orang bego. “ga”jawabnya singkat lalu ia memandang langit biru, menikmati suasana di pagi yang cerah ini. “Riu, jika kita pacaran, apa kau akan merasa senang?”tanyaku tiba-tiba padanya. “apa?”Tanyanya dengan ekspresi kaget tak percaya. “kau senang atau tidak?”tanyaku lagi. ia bengong menatapku, kemudian meletakkan tangan kanannya ke dahiku, dan tangan kirinya ke dahinya sendiri. “apa yang kau lakukan?”tanyaku sambil menepis tangannya, “apa kau sakit?kenapa tiba-tiba bertanya begitu?”tanyanya, apa aku salah bertanya seperti itu?baginya impossible banget kalau aku bertanya kayak gitu =.=


“tentu saja aku senang kalau kau senang.”katanya kemudian. “aku juga senang kalau kau senang.”balasku padanya. “kalau begitu apa yang dilakukan oleh pasangan di hari pertamanya jadian?”tanyaku polos padanya. “apa?pasangan?sejak kapan aku setuju pacaran denganmu?”tanyanya sedikit bercanda. “ya sudah kalau ga mau”kataku ketus, “ehhh…kan Cuma bercanda, gitu aja ngambek.”jawabnya cepat. “pulang sekolah ayo kita jalan-jalan.”katanya memberi ide.


Bel masuk kelas berbunyi, aku duduk dengan santai sambil memperhatikan pemandangan luar, “Rea, kamu mau nyanyi apa buat tes nanti?”Tanya yui tiba-tiba, “tes?”tanyaku bingung. “he’em. Tes menyanyi. Kau tidak tau?”tanyanya kemudian. Semua murid bersiap-siap untuk pergi ke ruang music. Semua murid sudah duduk dengan rapi termasuk aku dan yui, di kursi yang telah disiapkan. “sesuai janji. Hari ini ibu akan mengambil nilai menyanyi. Disana sudah ada piano, jadi anak-anak yang mau menggunakannya ibu persilahkan.”katanya ramah sambil menunjuk piano tersebut. Satu persatu murid yang di panggil maju ke depan, hingga sampailah pada giliranku. Di depan aku terdiam beberapa detik, bukan karena gugup tapi karena bingung mau nyanyi lagu apa. Dan untung saja terlintas dalam pikiranku untuk menyanyikan lagu SNSD-dear mom. Segera aku mengambil posisi duduk di depan piano dan mulai memainkan musiknya.


Oneureun waenji himdeulgo jichyeo
Aku merasa lelah hari ini
Begaereul kkeureo aneun chae honja bangane nama
Saat aku sendiri di dalam kamar memeluk bantal
Jeonhwagil majijakgeorineun naui maeumi
Kugenggam telepon saat hatiku dalam gelisah,
Wenji oneul ttara weroungeojyo
Entah mengapa terasa hampa

Gapjagi ullin jeonhwae nolla
aku takut oleh dering telepon yang tiba-tiba
Bap meogeotneunji geokjeonghaneun eomma moksoriga
suara cemas ibuku bertanya apakah aku sudah makan
Kwichanhge deullyeotdeon geu mari oneureun tareungeol
walau kadang menyebalkan, hari ini kata-kata itu terasa berbeda
Itgo isseotdeon yagsokdeuri tteoollayo
Janji-janji yang aku lupakan muncul kembali

*flashback*
Aku duduk dipangkuan ibu sambil melihat-lihat foto-foto ibu saat masih muda. “ibu sangat cantik. Saat Rea sudah besar nanti Rea mau jadi seperti ibu.”kataku manja. “kalau sudah besar nanti, anak ibu pasti jadi wanita yang sangat cantik.”katanya sambil memelukku dengan hangat. “hehe, Rea sayang ibu”kataku sambil memeluk ibu dengan manja.
*flashback end*

Maeumi yeppeun sarami dwelkeyo
Aku akan menjadi orang berhati mulia
Nameul meonji saenggakhaneun saram dwelkeyo
Dan menjadi orang yang mengutamakan orang lain
Eommaui sarangui baraemdeureul jikyeogalkeyo
Akan kuwujudkan harapan cintamu
Nawa kkumeul hamkke nanudeon
yang berbagi impian bersamaku
Nae meoreun bitgyeojudeon eommaga saenggakna
Aku ingat ibu yang dulu menyisir rambutku

*flashback*
aku berlari masuk ke dalam rumah sambil menangis, lalu ibu menghampiri dan bertanya “kenapa kau menangis sayang?”tanyanya lembut. “Renji dan Satosi men..mendorong Rea sampai terjatuh, trus me..mereka mengejek  ka..kalo Rea anak o..orang kaya yang som..sombong..pa..padahalkan Re..Rea ga som..sombong”kataku terisak sambil masih menangis sambil memperlihatkan luka lecet di lututku. “apa Rea membenci mereka?”Tanya ibu, “i..iya, Rea benci mereka!”jawabku cepat. “Rea, anakku…walau mereka jahat padamu, jangan pernah kau membalas mereka. Apa Rea mengerti?katanya memberi perhatian. “kenapa tidak boleh. Mereka duluan yang jahat pada Rea…”kataku sudah tak terisak lagi. “bukankah ibu pernah berkata, Anak yang baik tidak boleh membenci orang. Walau mereka jahat padamu, Rea harus bersikap baik pada mereka.  Bukankah Rea anak yang baik?”Tanya kemudian tersenyum. “hem…Rea mengerti. Rea janji tidak akan membenci mereka, karena Rea adalah anak yang baik.”kataku tersenyum dan memeluk ibu
*flashback end*

Ttaereon jalmotdwen seontaekdeullo apahaetjiman
Walau aku pernah menyakitimu dengan perbuatanku yang salah
amu mal eobshi dwieseo jikyeobwa jusyeotjyo
Tanpa kata kau terus melindungiku dari belakang
Seotulgo eorin aijiman ijen al geot gatayo
walau masih kecil dan kaku, kini aku paham
eommaui joyonghan gidoui uimireul
Arti doa dalam diam ibu

Jihyeroun eommaui ttal dwelkeyo
Aku akan menjadi putrimu yang bijaksana
Eodilgado jarangseureon ttari dwelkeyo
Dimanapun, aku akan menjadi putri yang membanggakan

Eommaui sarangui baraemdeureul jikyeo galkeyo
Akan kuwujudkan harapan cintamu
Haneobshi boyeojun sarangmankeum
Dengan segala cinta yang kau tunjukkan
ttaseuhan mameul gajilkeyo
Hatiku yang menjadi hangat
Sujubeo jaju pyohyeon mothaejyo
Aku begitu malu untuk mengutarakannya
Eomma jeongmallo saranghaeyo
Ibu betapa aku mencintaimu...

Tak ku sadari, air mata sudah menetes dari mata kiriku. Perasaan rindu pada masa lalu, sangat menyentuh hatiku. Terdengar tepuk tangan yang meriah seisi kelas setelah aku selesai memainkan lagu tersebut. Saat aku duduk dikursiku, yui langsung bertanya “sejak kapan kau bisa berbahasa korea?”tanyanya cepat. “ahhh.. saat kecil kakekku sempat mengajariku sedikit.”jawabku. “apa mungkin kakekmu adalah orang korea?”tanyanya lagi. “iya”jawabku pendek. “dan kau tidak pernah memberi tau itu. jahatnya” katanya kecewa. “emang penting?=.=” tanyaku dalam hati.”pulang sekolah ajari aku bahasa korea ya?”pintanya. “maaf yui, aku sudah ada janji dengan seseorang”kataku kemudian.

Bel pulang sekolah berbunyi, aku menunggu Riu di depan kelasnya, sepertinya guru yang mengajarinya sangat betah mengajar disini, betapa kasian murid yang tak berdaya terperangkap oleh pelajaran yang membosankan. Sampai akhirnya kelas bubar, Riu dan Miuji keluar bersamaan, “oh?kau?kenapa kau bisa disini?”Tanya miuji kaget. Kami hanya saling memandang tak bicara, “jangan-jangan..kalian sudah pacaran?iyakan?”tuduhnya dengan suara keras. “sudahlah, jangan urusi dia, ayo kita berangkat.”kata Riu berjalan kearahku dan tak memperdulikan miuji yang masih memasang muka bego.

“pertama-tama apa yang harus kita lakukan?”tanyaku pada Riu, “hmm…membuat foto kenangan”katanya sedikit lama.”foto kenangan?”tanyaku bingung. “ayo”katanya sambil menarik tanganku, hingga sampailah kami di sebuah photobox. “biasanya, para pasangan akan menaruh foto pasangannya di dompet mereka , jika suatu saat nanti mereka rindu pada pasangan mereka, Mereka bisa melihat foto pasangan mereka.”jelasnya. “hmm, aku mengerti”kataku cepat. “setelah aku menekan tombol start, kita mulai melakukan pose, ok!”suruhnya, “OK!”kataku setuju.

Start. aku memulai melakukan pose-pose berfoto yang terlihat canggung. Aku yang sudah lama tidak foto, bingung harus bagaiman. jadinya, hasil foto sangat tidak memuaskan, “hei, apa kau kira ini foto untuk pas foto?kenapa kau hanya bergaya duduk manis dan tersenyum tipis?ini terlalu kaku.”katanya sedikit kesal sambil menunjuk-nunjuk hasil foto. “ya maap”kataku merasa bersalah. “lakukan sekali lagi”katanya lagi. “kau siap”katanya, “ya”jawabku singkat. Start..

“hei, lihat aku.”katanya kemudian lalu memasang muka babi, hingga membuatku tertawa. dia selalu memasang muka aneh dan melakukan hal yang membuatku tertawa hingga hasil foto kami lebih ga karuan, kecuali satu foto dimana kami saling dekat dan tersenyum bersama, terlihat sangat manis. “bukankah ini lebih baik?”tanyanya padaku. Aku hanya memasang ekspresi kesal, difoto aku terlihat memalukan. “kau bawa yang ini. Dan aku yang ini.”katanya kemudian dan memberikan foto yang bergambar tak karuan, sedangkan ia mendapatkan foto yang bagus. “apa-apaan nih?”kataku tak terima. “sudahlah, terima saja”katanya tertawa menang, “ga adil”kataku kesal.

Kami melanjutkan perjalanan kami berkeliling sambil bercanda-canda. Lalu sampai akhirnya kami menemukan kotak mainan boneka. “kau mau boneka?”tawarnya, “boleh”kataku, riu memasukkan koin dan memainkannya, namun tak berhasil, lalu mencoba untuk kedua kalinya namun tetap tak berhasil. “mana, biar aku saja yang main”kataku sombong, tentu saja aku tak omong kosong, dengan sekali coba aku berhasil mendapat boneka anjing dengan eskpresi datar dan malas. “tuh liat! Bukankah aku lebih berbakat darimu?”kataku menyombongkan diri.Riu tak terima, ia memainkannya terus hingga percobaan yang 8 kali baru ia mendapatkan boneka babi.  “horeee…liat! Aku juga dapat kan?”katanya kelewat senang. Ia memperhatikan boneka yang aku dapatkan dengan boneka yanag ia dapatkan. “Boneka itu percis seperti dirimu. “katanya menunjukkan bonekaku. “aku bawa boneka anjingnya dan kamu bawa boneka babinya.”lanjutnya sambil menukarkan bonekanya. “apa maksudmu, kau seperti babi yang lucu dan aku seperti anjing yang ekspresi datar dan malas?”tanyaku kemudian. “yahhh..kurang lebih begitu…”jawabnya tersenyum meledek.

Setelah kami berjalan-jalan sampai larut malam, Riu mengantarku pulang ke rumah. “terimaksi untuk hari ini”katanya tersenyum padaku. “terimakasi kembali. Hati-hati dijalan..”kataku kemudian lalu masuk ke dalam rumah, belum sempat aku membuka pintu, riu menarikku dalam pelukannya.”tetaplah tertawa seperti ini. Kau terlihat sangat cantik saat tertawa.”katanya gombal dan melepaskan pelukannya,  entah kenapa itu membuat jantung berdetak lebih cepat. “sampai ketemu besok”katanya terseyum sambil melambaikan tangan dan pergi.

Sampai di dalam rumah, ibu sudah menunggu di ruang tamu, “apa kau sudah memutuskannya Rea?”tanyanya cepat. “kau akan ikut bersama ibu kan?”lanjutnya. aku menarik dan menghembuskan napas panjang, “hemm”jawabku sambil mengangguk pelan.

Esok paginya, aku berangkat sekolah seperti biasa. Tak seorangpun dari ketiga temanku yang mengetahui bahwa aku akan pergi ke Amerika. Aku memutuskan untuk pergi diam-diam dan membuat kenangan yang baik di akhir pertemuan kami. saat aku berjalan di lorong menuju kelas, aku melihat Miuji yang sibuk membawa dua dus besar yang sepertinya cukup berat. “apa kau perlu bantuan?”tawarku padanya, “ah?kau?mana bisa seorang pria meminta bantuan pada wanita..”katanya gengsi. “siapa bilang?! Sini aku bantu.”kataku, tanpa aba-aba aku mengambil satu dus, “ayo jalan”peritahku.

“kau benar-benar menyukai yui?”tanyaku tiba-tiba. “tentu.”jawabnya singkat. “apa kau bisa berjanji menjaganya untukku?”tanyaku lagi. “maksudmu? Kau seperti mau pergi saja”katanya seperti mengerti maksudku. “bukan begitu. Tak selamanya aku bisa berada disampingnya untuk menjaganya. Jika suatu saat nanti aku tak ada, aku mau kau menjaganya untukku.”jelasku. “perkataanmu seram amat. Tentu saja aku akan menjaganya, kau tenang saja.”jawabnya. sesampainya diruang dituju, aku menaruh kerdus pada tempatnya. “senang bisa berteman denganmu Miuji. Terimakasi.”kataku tersenyum.

Aku dan yui berada diperpustakaan untuk mencari bahan referensi untuk tugas sejarah. “tugas ini harus dikumpul besok lusa. Kita harus cepat mendapat bahannya.”katanya padaku sambil melihat-lihat buku dengan cermat. Aku memandangnya dengan seksama, baru kemarin aku bertemu dengannya, sekarang aku harus berpisah dengan teman baikku ini. “kenapa kau menatapku begitu?”tanyanya sadar bahwa sedari tadi aku memperhatikannya. Perlahan aku mendekatinya dan memeluknya.

“kau kenapa Rea?apa ada masalah?”tanyanya terdengar khawatir. “jika teringat pertemuan pertama kita. Aku rasa itu sebuah hadiah dari tuhan untukku. Memberikan teman yang sangat baik sepertimu.”kataku, “terima kasih sudah hadir dikehidupanku. Terimakasih sudah mau menjadi teman baikku.”lanjutku menahan tangis. “kau baik-baik saja kan Rea?”tanyanya melepas pelukanku. “hemm”jawabku sambil mengangguk, “senang bisa menjadi temanmu yui.”kataku kemudian, “kenapa kau berkata seolah kau akan pergi?”tanyanya khawatir. “apa terlihat seperti itu?aku hanya ingin mengatakan ini. Ga bermaksud apa-apa”elakku padanya.

2 jam lagi aku harus pergi, sebelum pergi aku ingin melihat Riu untuk terakhir kalinya. Aku melihatnya sedang berbincang-bincang dengan temannya selain miuji. Tanpa ia sadari, aku memandanginya dan tersenyum. Terasa detak jantungku lebih cepat berjalan, “kenapa denganku?apa aku benar-benar menyukainya?”tanyaku dalam hati sambil memegang dadaku. Setelah puas melihatnya tersenyum akupun pergi dari sana, “REAA”panggil riu dari belakang, aku menoleh kearahnya dan melihatnya datang menghampiri sambil tersenyum.

Aku dan Riu duduk di bawah pohon sambil meminum es jeruk. Aku menatap kedepan tanpa ekspresi, mengingat-ingat kenangan kami bersama. “woi, bengong aja. Mikirin siapa?aku ya?”katanya ge’er. “iya, aku lagi mikirin kamu, yui dan miuji.”jawabku jujur. “bagaimana kalo besok kita jalan-jalan bersama lagi?”tawarnya. aku tak bisa menjawabnya, karena besok aku tidak disini lagi. aku terdiam lagi memikirkannya, tiba-tiba terasa sebuah benda terpasang dileherku. Aku melihatnya dan memperhatikannya, sebuah kalung dengan 2 huruf R yang saling menyatu “RR”gumamku. “Riu dan Rea. Aku dan kamu masing-masing memiliki kalung yang sama.”kata Riu kemudian, “bukankah itu bagus. Itu adalah symbol kita. Bagaimana?kau suka”lanjutnya. “hemm..”kataku mengangguk seraya tersenyum.

ketos  tiba-tiba datang menghampiri kami, “riu, kau bisa ikut aku sebentar?ada yang perlu aku tanyakan padamu?”katanya. Riu menoleh ke arahku,”pergilah”kataku mengerti maksud sikapnya itu. “aku akan segera kembali”katanya semangat lalu pergi dari hadapanku. Aku berdiri dari tempat dudukku dan pergi kekelas untuk mengambil tas dan semua barangku di loker. Setelah semua bersih aku berjalan menuju gerbang sekolah. Di depan sekolah, ibu sudah menunggu dari dalam taksi. “Rea, ayo masuk”ajaknya. Sebelum masuk, aku melihat lagi kearah sekolah “selamat tinggal teman-teman”kataku lemah lalu aku masuk ke dalam taksi, yang perlahan-lahan mulai meninggalkan sekolah

~to be continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar