#Rea#
Saat
hendak masuk ke dalam rumah, terdengar suara perempuan dari belakangku
“Rea”katanya, langsung saja aku mencari sumber suara. Betapa terkejutnya aku,
aku melihat ibuku berdiri diluar pagar sedang menatap dan tersenyum padaku. Aku
kaget dan terdiam sejenak, namun aku melangkah pelan dan makin lama makin
cepat. Aku membuka pintu gerbang dan melihat ibuku masih berdiri di sana,
segera aku memeluknya dengan erat. Tak membiarkannya pergi untuk kedua kalinya.
“ibuu…”kataku terisak, perlahan namun pasti air mata keluar dari mataku.
“ibu…”kataku lagi, entah kenapa hanya kata itu yang bisa terlontar dari
mulutku.
Di kamar,
aku dan ibu tidur dengan saling berhadapan dan berpegangan tangan. Aku
memandangnya lekat-lekat, aku masih tak percaya,sekarang ibu ada tepat
dihadapanku, ia tersenyum dengan tulusnya. Perasaan ini, sudah lama tak pernah
aku rasakan, perasaan yang sangat hangat dari seorang ibu. “Rea”panggilnya
merdu, “hemmm”jawabku, “apa kau rindu pada ibu?”tanyanya, aku hanya mengangguk
menjawabnya. “apa kau membenci ibu?”tanyanya lagi, aku menggeleng dan tetap
tersenyum. Lalu ia berkata “bukankah ibu, adalah ibu yang jahat. Ibu
meninggalkanmu begitu saja tanpa memberi kabar dan…” belum saja ibu selesai
berbicara aku menyelanya. “ssttt…jangan katakan itu lagi bu. Dengan ibu berada
disisi Rea saat ini,itu sudah cukup bagi Rea. Rea tak peduli masa lalu, Rea
hanya peduli saat ini dan masa datang.”kataku bijak. “ibu senang, anak ibu
tumbuh dengan baik.”katanya tersenyum hangat sambil mengelus-elus rambutku.
Aku
tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala, “karena Rea bertemu dengan beberapa
orang, Rea bisa mengerti apa artinya kehidupan, arti saling menyayangi dan
saling melindungi.”kataku. “kalau begitu, ibu harus berterima kasih pada
orang-orang itu. iya kan?”katanya kemudian. “heemm”kataku sambil mengangguk dan
tersenyum. Sejenak kami terdiam, lalu ibu berkata “Rea, ayo kita pergi.”katanya
membuatku bingung sekaligus terkejut.
“ayo kita pergi jauh dari tempat ini. Pergi menjauh dari ayahmu, ah
bukan. Pria itu saat ini bukan lagi ayahmu yang kamu kenal dulu.”jelasnya. “Rea
tau”kataku singkat, “bagaimana kau bisa tau?”tanyanya bingung, “apa kau sudah
bertemu dengannya?”tanyanya kemudian. Aku hanya mengangguk lemah.
Ia
terkejut dan bagun dari tidurnya, otomatis aku ikut terbagun.“apa yang sudah ia
lakukan padamu?kau tidak terluka kan?apa saja yang sudah ia katakan padamu?”tanyanya
bertubi-tubi sambil mencari apa ada luka ditubuhku. “tenang bu. Rea baik-baik
aja,buktinya saat ini Rea ada dihadapan ibu. Karena Rea tidak sendiri, Rea bisa
melewatinya.”jawabku lalu kembali merebahkan diriku ke tempat tidur. “maka dari
itu Rea, ayo kita pergi ke Amerika. Kita mulai dari awal disana, tanpa gangguan
dari pria itu. ayo kita hidup bersama kembali Rea…”ajaknya. Aku berfikir dalam
hati, “lalu bagaimana dengan Yui, Riu dan Miuji?aku tidak bisa meninggalkan
mereka…”kataku dalam hati. Karena tak bisa menjawab aku menutup mataku,
berpura-pura tidur seolah tak ingin mendengarkan hal itu lagi.
Keesokan harinya,
aku berjalan menuju kelas dan teringat
perkataan ibu.
*flashback*
“ayo kita
pergi ke Amerika. Kita mulai dari awal disana, tanpa gangguan dari pria itu.
ayo kita hidup bersama kembali Rea…”
~~~~
Di saat
aku hendak berangkat sekolah, ibu datang dan menghapiriku “pikirkan lah
baik-baik. Ibu melakukan ini demi kebaikanmu Rea. Ibu akan memesan tiket
pesawat untuk besok sore. Jadi pikirkanlah dengan bijak.”katanya.
*flashback
end*
Aku
menghebuskan nafas panjang, jujur saja ini pilihan yang sangat sulit. Saat jam
pelajaran kosong, aku memilih untuk pergi ke atap sekolah. Sesampainya disana
aku menenangkan pikiranku, “aku ingin tinggal bersama dengan ibu. Tapi aku juga
tidak bisa meninggalkan teman-temanku.”gumamku. “apa yang kau gumamkan?”Tanya
seseorang dari belakang, segera aku mencari arah sumber suara yang aku kenal.
“kenapa kau ada disini?”tanyaku pada riu. “lalu kau sendiri, kenapa ada
disini?”katanya berbalik bertanya. “cari udara segar”kataku memberi alasan.
“aku juga cari udara segar”katanya lagi. “ikut-ikutan”kataku pelan namun
terdengar olehnya. “kenapa? Ga boleh?”tanyanya sedikit sinis, “boleh”jawabku
singkat sedikit kesal.
“apa kau
sedikit tuli?”tanyanya tiba-tiba membuatku kaget “apa?”tanyaku bingung. “tadi
aku teriak-teriak sampe pita suaraku mau copot, eh kamu ga denger.”jelasnya
sedikit jengkel. “oh ya?sorry deh...”kataku “udah?Cuma itu?datar amat!”katanya
marah. “maksudmu?”tanyaku seperti orang bego. “ga”jawabnya singkat lalu ia
memandang langit biru, menikmati suasana di pagi yang cerah ini. “Riu, jika
kita pacaran, apa kau akan merasa senang?”tanyaku tiba-tiba padanya.
“apa?”Tanyanya dengan ekspresi kaget tak percaya. “kau senang atau
tidak?”tanyaku lagi. ia bengong menatapku, kemudian meletakkan tangan kanannya
ke dahiku, dan tangan kirinya ke dahinya sendiri. “apa yang kau
lakukan?”tanyaku sambil menepis tangannya, “apa kau sakit?kenapa tiba-tiba
bertanya begitu?”tanyanya, apa aku salah bertanya seperti itu?baginya
impossible banget kalau aku bertanya kayak gitu =.=
“tentu
saja aku senang kalau kau senang.”katanya kemudian. “aku juga senang kalau kau
senang.”balasku padanya. “kalau begitu apa yang dilakukan oleh pasangan di hari
pertamanya jadian?”tanyaku polos padanya. “apa?pasangan?sejak kapan aku setuju
pacaran denganmu?”tanyanya sedikit bercanda. “ya sudah kalau ga mau”kataku
ketus, “ehhh…kan Cuma bercanda, gitu aja ngambek.”jawabnya cepat. “pulang
sekolah ayo kita jalan-jalan.”katanya memberi ide.
Bel masuk
kelas berbunyi, aku duduk dengan santai sambil memperhatikan pemandangan luar,
“Rea, kamu mau nyanyi apa buat tes nanti?”Tanya yui tiba-tiba, “tes?”tanyaku
bingung. “he’em. Tes menyanyi. Kau tidak tau?”tanyanya kemudian. Semua murid
bersiap-siap untuk pergi ke ruang music. Semua murid sudah duduk dengan rapi
termasuk aku dan yui, di kursi yang telah disiapkan. “sesuai janji. Hari ini
ibu akan mengambil nilai menyanyi. Disana sudah ada piano, jadi anak-anak yang
mau menggunakannya ibu persilahkan.”katanya ramah sambil menunjuk piano
tersebut. Satu persatu murid yang di panggil maju ke depan, hingga sampailah
pada giliranku. Di depan aku terdiam beberapa detik, bukan karena gugup tapi
karena bingung mau nyanyi lagu apa. Dan untung saja terlintas dalam pikiranku
untuk menyanyikan lagu SNSD-dear mom. Segera aku mengambil posisi duduk di depan
piano dan mulai memainkan musiknya.
Oneureun waenji himdeulgo jichyeo
Aku merasa lelah hari ini
Begaereul kkeureo aneun chae honja bangane nama
Saat aku sendiri di dalam kamar memeluk bantal
Jeonhwagil majijakgeorineun naui maeumi
Kugenggam telepon saat hatiku dalam gelisah,
Aku merasa lelah hari ini
Begaereul kkeureo aneun chae honja bangane nama
Saat aku sendiri di dalam kamar memeluk bantal
Jeonhwagil majijakgeorineun naui maeumi
Kugenggam telepon saat hatiku dalam gelisah,
Wenji oneul ttara weroungeojyo
Entah mengapa terasa hampa
Gapjagi ullin jeonhwae nolla
aku takut oleh dering telepon yang tiba-tiba
Bap meogeotneunji geokjeonghaneun eomma moksoriga
suara cemas ibuku bertanya apakah aku sudah makan
Kwichanhge deullyeotdeon geu mari oneureun tareungeol
walau kadang menyebalkan, hari ini kata-kata itu terasa berbeda
Itgo isseotdeon yagsokdeuri tteoollayo
Janji-janji yang aku lupakan muncul kembali
Gapjagi ullin jeonhwae nolla
aku takut oleh dering telepon yang tiba-tiba
Bap meogeotneunji geokjeonghaneun eomma moksoriga
suara cemas ibuku bertanya apakah aku sudah makan
Kwichanhge deullyeotdeon geu mari oneureun tareungeol
walau kadang menyebalkan, hari ini kata-kata itu terasa berbeda
Itgo isseotdeon yagsokdeuri tteoollayo
Janji-janji yang aku lupakan muncul kembali
*flashback*
Aku duduk dipangkuan ibu sambil
melihat-lihat foto-foto ibu saat masih muda. “ibu sangat cantik. Saat Rea sudah
besar nanti Rea mau jadi seperti ibu.”kataku manja. “kalau sudah besar nanti,
anak ibu pasti jadi wanita yang sangat cantik.”katanya sambil memelukku dengan
hangat. “hehe, Rea sayang ibu”kataku sambil memeluk ibu dengan manja.
*flashback end*
Maeumi yeppeun sarami dwelkeyo
Aku akan menjadi orang berhati mulia
Nameul meonji saenggakhaneun saram dwelkeyo
Dan menjadi orang yang mengutamakan orang lain
Aku akan menjadi orang berhati mulia
Nameul meonji saenggakhaneun saram dwelkeyo
Dan menjadi orang yang mengutamakan orang lain
Eommaui sarangui baraemdeureul
jikyeogalkeyo
Akan kuwujudkan harapan cintamu
Akan kuwujudkan harapan cintamu
Nawa kkumeul hamkke nanudeon
yang berbagi impian bersamaku
Nae meoreun bitgyeojudeon eommaga saenggakna
Aku ingat ibu yang dulu menyisir rambutku
yang berbagi impian bersamaku
Nae meoreun bitgyeojudeon eommaga saenggakna
Aku ingat ibu yang dulu menyisir rambutku
*flashback*
aku berlari masuk ke dalam rumah sambil menangis, lalu ibu menghampiri dan bertanya “kenapa kau menangis sayang?”tanyanya lembut. “Renji dan Satosi men..mendorong Rea sampai terjatuh, trus me..mereka mengejek ka..kalo Rea anak o..orang kaya yang som..sombong..pa..padahalkan Re..Rea ga som..sombong”kataku terisak sambil masih menangis sambil memperlihatkan luka lecet di lututku. “apa Rea membenci mereka?”Tanya ibu, “i..iya, Rea benci mereka!”jawabku cepat. “Rea, anakku…walau mereka jahat padamu, jangan pernah kau membalas mereka. Apa Rea mengerti?katanya memberi perhatian. “kenapa tidak boleh. Mereka duluan yang jahat pada Rea…”kataku sudah tak terisak lagi. “bukankah ibu pernah berkata, Anak yang baik tidak boleh membenci orang. Walau mereka jahat padamu, Rea harus bersikap baik pada mereka. Bukankah Rea anak yang baik?”Tanya kemudian tersenyum. “hem…Rea mengerti. Rea janji tidak akan membenci mereka, karena Rea adalah anak yang baik.”kataku tersenyum dan memeluk ibu
aku berlari masuk ke dalam rumah sambil menangis, lalu ibu menghampiri dan bertanya “kenapa kau menangis sayang?”tanyanya lembut. “Renji dan Satosi men..mendorong Rea sampai terjatuh, trus me..mereka mengejek ka..kalo Rea anak o..orang kaya yang som..sombong..pa..padahalkan Re..Rea ga som..sombong”kataku terisak sambil masih menangis sambil memperlihatkan luka lecet di lututku. “apa Rea membenci mereka?”Tanya ibu, “i..iya, Rea benci mereka!”jawabku cepat. “Rea, anakku…walau mereka jahat padamu, jangan pernah kau membalas mereka. Apa Rea mengerti?katanya memberi perhatian. “kenapa tidak boleh. Mereka duluan yang jahat pada Rea…”kataku sudah tak terisak lagi. “bukankah ibu pernah berkata, Anak yang baik tidak boleh membenci orang. Walau mereka jahat padamu, Rea harus bersikap baik pada mereka. Bukankah Rea anak yang baik?”Tanya kemudian tersenyum. “hem…Rea mengerti. Rea janji tidak akan membenci mereka, karena Rea adalah anak yang baik.”kataku tersenyum dan memeluk ibu
*flashback end*
Ttaereon jalmotdwen seontaekdeullo
apahaetjiman
Walau aku pernah menyakitimu dengan perbuatanku yang salah
Walau aku pernah menyakitimu dengan perbuatanku yang salah
amu mal eobshi dwieseo jikyeobwa
jusyeotjyo
Tanpa kata kau terus melindungiku dari belakang
Tanpa kata kau terus melindungiku dari belakang
Seotulgo eorin aijiman ijen al geot
gatayo
walau masih kecil dan kaku, kini aku paham
eommaui joyonghan gidoui uimireul
Arti doa dalam diam ibu
walau masih kecil dan kaku, kini aku paham
eommaui joyonghan gidoui uimireul
Arti doa dalam diam ibu
Jihyeroun eommaui ttal dwelkeyo
Aku akan menjadi putrimu yang bijaksana
Eodilgado jarangseureon ttari
dwelkeyo
Dimanapun, aku akan menjadi putri
yang membanggakan
Eommaui sarangui baraemdeureul jikyeo galkeyo
Akan kuwujudkan harapan cintamu
Haneobshi boyeojun sarangmankeum
Dengan segala cinta yang kau tunjukkan
Dengan segala cinta yang kau tunjukkan
ttaseuhan mameul gajilkeyo
Hatiku yang menjadi hangat
Hatiku yang menjadi hangat
Sujubeo jaju pyohyeon mothaejyo
Aku begitu malu untuk mengutarakannya
Aku begitu malu untuk mengutarakannya
Eomma jeongmallo saranghaeyo
Ibu betapa aku mencintaimu...
Tak ku sadari, air
mata sudah menetes dari mata kiriku. Perasaan rindu pada masa lalu, sangat
menyentuh hatiku. Terdengar tepuk tangan yang meriah seisi kelas setelah aku
selesai memainkan lagu tersebut. Saat aku duduk dikursiku, yui langsung
bertanya “sejak kapan kau bisa berbahasa korea?”tanyanya cepat. “ahhh.. saat
kecil kakekku sempat mengajariku sedikit.”jawabku. “apa mungkin kakekmu adalah
orang korea?”tanyanya lagi. “iya”jawabku pendek. “dan kau tidak pernah memberi
tau itu. jahatnya” katanya kecewa. “emang penting?=.=” tanyaku dalam hati.”pulang
sekolah ajari aku bahasa korea ya?”pintanya. “maaf yui, aku sudah ada janji
dengan seseorang”kataku kemudian.
Bel pulang sekolah
berbunyi, aku menunggu Riu di depan kelasnya, sepertinya guru yang mengajarinya
sangat betah mengajar disini, betapa kasian murid yang tak berdaya terperangkap
oleh pelajaran yang membosankan. Sampai akhirnya kelas bubar, Riu dan Miuji
keluar bersamaan, “oh?kau?kenapa kau bisa disini?”Tanya miuji kaget. Kami hanya
saling memandang tak bicara, “jangan-jangan..kalian sudah
pacaran?iyakan?”tuduhnya dengan suara keras. “sudahlah, jangan urusi dia, ayo
kita berangkat.”kata Riu berjalan kearahku dan tak memperdulikan miuji yang
masih memasang muka bego.
“pertama-tama apa
yang harus kita lakukan?”tanyaku pada Riu, “hmm…membuat foto kenangan”katanya
sedikit lama.”foto kenangan?”tanyaku bingung. “ayo”katanya sambil menarik
tanganku, hingga sampailah kami di sebuah photobox. “biasanya, para pasangan
akan menaruh foto pasangannya di dompet mereka , jika suatu saat nanti mereka
rindu pada pasangan mereka, Mereka bisa melihat foto pasangan mereka.”jelasnya.
“hmm, aku mengerti”kataku cepat. “setelah aku menekan tombol start, kita mulai
melakukan pose, ok!”suruhnya, “OK!”kataku setuju.
Start. aku memulai
melakukan pose-pose berfoto yang terlihat canggung. Aku yang sudah lama tidak
foto, bingung harus bagaiman. jadinya, hasil foto sangat tidak memuaskan, “hei,
apa kau kira ini foto untuk pas foto?kenapa kau hanya bergaya duduk manis dan
tersenyum tipis?ini terlalu kaku.”katanya sedikit kesal sambil menunjuk-nunjuk
hasil foto. “ya maap”kataku merasa bersalah. “lakukan sekali lagi”katanya lagi.
“kau siap”katanya, “ya”jawabku singkat. Start..
“hei, lihat
aku.”katanya kemudian lalu memasang muka babi, hingga membuatku tertawa. dia
selalu memasang muka aneh dan melakukan hal yang membuatku tertawa hingga hasil
foto kami lebih ga karuan, kecuali satu foto dimana kami saling dekat dan
tersenyum bersama, terlihat sangat manis. “bukankah ini lebih baik?”tanyanya
padaku. Aku hanya memasang ekspresi kesal, difoto aku terlihat memalukan. “kau
bawa yang ini. Dan aku yang ini.”katanya kemudian dan memberikan foto yang
bergambar tak karuan, sedangkan ia mendapatkan foto yang bagus. “apa-apaan
nih?”kataku tak terima. “sudahlah, terima saja”katanya tertawa menang, “ga
adil”kataku kesal.
Kami melanjutkan
perjalanan kami berkeliling sambil bercanda-canda. Lalu sampai akhirnya kami
menemukan kotak mainan boneka. “kau mau boneka?”tawarnya, “boleh”kataku, riu
memasukkan koin dan memainkannya, namun tak berhasil, lalu mencoba untuk kedua
kalinya namun tetap tak berhasil. “mana, biar aku saja yang main”kataku
sombong, tentu saja aku tak omong kosong, dengan sekali coba aku berhasil
mendapat boneka anjing dengan eskpresi datar dan malas. “tuh liat! Bukankah aku
lebih berbakat darimu?”kataku menyombongkan diri.Riu tak terima, ia
memainkannya terus hingga percobaan yang 8 kali baru ia mendapatkan boneka
babi. “horeee…liat! Aku juga dapat kan?”katanya
kelewat senang. Ia memperhatikan boneka yang aku dapatkan dengan boneka yanag
ia dapatkan. “Boneka itu percis seperti dirimu. “katanya menunjukkan bonekaku.
“aku bawa boneka anjingnya dan kamu bawa boneka babinya.”lanjutnya sambil
menukarkan bonekanya. “apa maksudmu, kau seperti babi yang lucu dan aku seperti
anjing yang ekspresi datar dan malas?”tanyaku kemudian. “yahhh..kurang lebih
begitu…”jawabnya tersenyum meledek.
Setelah kami
berjalan-jalan sampai larut malam, Riu mengantarku pulang ke rumah. “terimaksi
untuk hari ini”katanya tersenyum padaku. “terimakasi kembali. Hati-hati
dijalan..”kataku kemudian lalu masuk ke dalam rumah, belum sempat aku membuka
pintu, riu menarikku dalam pelukannya.”tetaplah tertawa seperti ini. Kau
terlihat sangat cantik saat tertawa.”katanya gombal dan melepaskan pelukannya, entah kenapa itu membuat jantung berdetak
lebih cepat. “sampai ketemu besok”katanya terseyum sambil melambaikan tangan
dan pergi.
Sampai di dalam
rumah, ibu sudah menunggu di ruang tamu, “apa kau sudah memutuskannya
Rea?”tanyanya cepat. “kau akan ikut bersama ibu kan?”lanjutnya. aku menarik dan
menghembuskan napas panjang, “hemm”jawabku sambil mengangguk pelan.
Esok paginya, aku
berangkat sekolah seperti biasa. Tak seorangpun dari ketiga temanku yang
mengetahui bahwa aku akan pergi ke Amerika. Aku memutuskan untuk pergi
diam-diam dan membuat kenangan yang baik di akhir pertemuan kami. saat aku
berjalan di lorong menuju kelas, aku melihat Miuji yang sibuk membawa dua dus
besar yang sepertinya cukup berat. “apa kau perlu bantuan?”tawarku padanya,
“ah?kau?mana bisa seorang pria meminta bantuan pada wanita..”katanya gengsi.
“siapa bilang?! Sini aku bantu.”kataku, tanpa aba-aba aku mengambil satu dus,
“ayo jalan”peritahku.
“kau benar-benar
menyukai yui?”tanyaku tiba-tiba. “tentu.”jawabnya singkat. “apa kau bisa
berjanji menjaganya untukku?”tanyaku lagi. “maksudmu? Kau seperti mau pergi
saja”katanya seperti mengerti maksudku. “bukan begitu. Tak selamanya aku bisa
berada disampingnya untuk menjaganya. Jika suatu saat nanti aku tak ada, aku
mau kau menjaganya untukku.”jelasku. “perkataanmu seram amat. Tentu saja aku
akan menjaganya, kau tenang saja.”jawabnya. sesampainya diruang dituju, aku
menaruh kerdus pada tempatnya. “senang bisa berteman denganmu Miuji.
Terimakasi.”kataku tersenyum.
Aku dan yui berada
diperpustakaan untuk mencari bahan referensi untuk tugas sejarah. “tugas ini
harus dikumpul besok lusa. Kita harus cepat mendapat bahannya.”katanya padaku
sambil melihat-lihat buku dengan cermat. Aku memandangnya dengan seksama, baru
kemarin aku bertemu dengannya, sekarang aku harus berpisah dengan teman baikku
ini. “kenapa kau menatapku begitu?”tanyanya sadar bahwa sedari tadi aku
memperhatikannya. Perlahan aku mendekatinya dan memeluknya.
“kau kenapa
Rea?apa ada masalah?”tanyanya terdengar khawatir. “jika teringat pertemuan
pertama kita. Aku rasa itu sebuah hadiah dari tuhan untukku. Memberikan teman
yang sangat baik sepertimu.”kataku, “terima kasih sudah hadir dikehidupanku.
Terimakasih sudah mau menjadi teman baikku.”lanjutku menahan tangis. “kau
baik-baik saja kan Rea?”tanyanya melepas pelukanku. “hemm”jawabku sambil
mengangguk, “senang bisa menjadi temanmu yui.”kataku kemudian, “kenapa kau
berkata seolah kau akan pergi?”tanyanya khawatir. “apa terlihat seperti itu?aku
hanya ingin mengatakan ini. Ga bermaksud apa-apa”elakku padanya.
2 jam lagi aku
harus pergi, sebelum pergi aku ingin melihat Riu untuk terakhir kalinya. Aku
melihatnya sedang berbincang-bincang dengan temannya selain miuji. Tanpa ia
sadari, aku memandanginya dan tersenyum. Terasa detak jantungku lebih cepat
berjalan, “kenapa denganku?apa aku benar-benar menyukainya?”tanyaku dalam hati
sambil memegang dadaku. Setelah puas melihatnya tersenyum akupun pergi dari
sana, “REAA”panggil riu dari belakang, aku menoleh kearahnya dan melihatnya
datang menghampiri sambil tersenyum.
Aku dan Riu duduk
di bawah pohon sambil meminum es jeruk. Aku menatap kedepan tanpa ekspresi,
mengingat-ingat kenangan kami bersama. “woi, bengong aja. Mikirin siapa?aku
ya?”katanya ge’er. “iya, aku lagi mikirin kamu, yui dan miuji.”jawabku jujur.
“bagaimana kalo besok kita jalan-jalan bersama lagi?”tawarnya. aku tak bisa
menjawabnya, karena besok aku tidak disini lagi. aku terdiam lagi
memikirkannya, tiba-tiba terasa sebuah benda terpasang dileherku. Aku
melihatnya dan memperhatikannya, sebuah kalung dengan 2 huruf R yang saling
menyatu “RR”gumamku. “Riu dan Rea. Aku dan kamu masing-masing memiliki kalung
yang sama.”kata Riu kemudian, “bukankah itu bagus. Itu adalah symbol kita.
Bagaimana?kau suka”lanjutnya. “hemm..”kataku mengangguk seraya tersenyum.
ketos tiba-tiba datang menghampiri kami, “riu, kau
bisa ikut aku sebentar?ada yang perlu aku tanyakan padamu?”katanya. Riu menoleh
ke arahku,”pergilah”kataku mengerti maksud sikapnya itu. “aku akan segera
kembali”katanya semangat lalu pergi dari hadapanku. Aku berdiri dari tempat
dudukku dan pergi kekelas untuk mengambil tas dan semua barangku di loker.
Setelah semua bersih aku berjalan menuju gerbang sekolah. Di depan sekolah, ibu
sudah menunggu dari dalam taksi. “Rea, ayo masuk”ajaknya. Sebelum masuk, aku
melihat lagi kearah sekolah “selamat tinggal teman-teman”kataku lemah lalu aku
masuk ke dalam taksi, yang perlahan-lahan mulai meninggalkan sekolah
~to be continue~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar