Label

Minggu, 07 Oktober 2012

I'm Not Alone #episode 10#




#Yui#

Aku berkeliling mencari Rea, “kemana orang itu?”umpatku. sekian menit aku tak menemukannya, aku memilih untuk mengerimnya sms yang isinya, ‘kau ada dimana?’. Sembari menunggu balesan sms darinya, aku punya ide mencari riu, mungkin saja dia tau dimana rea. “yuiii”teriak seseorang dari belakang. Aku melihatnya dan ternyata miuji. “mau kemana?”tanyanya, “kau melihat Rea?”tanyaku tanpa membalas pertanyaannya. “tadi pagi sih liat, sekarang nggak.”katanya tenang, “ohh”kataku singkat. Kemudian aku beranjak pergi lagi.

“kau panik sekali. Dia  bukan anak kecil, ga mungkin kan kalau dia tersesat di sekolah?”katanya memberi alibi. “aku tau dia bukan anak kecil. Tapi sikapnya hari ini sangat aneh, itu yang membuatku khawatir. Mana smsku ga dibales pula…”jelasku kemudian. Kami terdiam sejenak sambil melangkah lumayan cepat. “kau benar. Sikapnya hari ini memang aneh. Tadi pagi dia bilang terimakasih padaku karena telah menjadi temannya dan juga menyuruhku untuk menjagamu.”jelasnya membuatku terkejut dan berhenti mendadak. Aku terdiam memikirkannya, “dia berkata seakan mau pergi. Mungkinkah?”tanyaku dalam hati.

Aku terus berjalan sampai akhirnya bertemu dengan riu, “apa kau melihat rea?”tanyaku padanya sedikit khawatir. “tadi dia bersamaku dihalaman.”jelasnya, “lalu sekarang dia dimana?”tanyaku lagi. “kenapa kau bersikap seperti itu?kau bersikap seolah…”katanya terpotong lalu menoleh ke luar jendela dan memperhatikannya dengan seksama. “dia sudah tidak di sana lagi.”katanya pelan. aku jadi tambah khawatir, lalu aku berlari pergi menuju kelas dan benar saja, aku tak menemukan tas Rea lagi disana. Kemudian aku melihat Rin masuk ke dalam kelas, “apa kau melihat Rea, Rin?tanyaku khawatir. “tadi aku melihatnya pergi dari sekolah membawa tasnya. Maunya tadi nanyak, mau kemana, tapi ga keburu tuh…”katanya santai.

“kau pergi kemana Rea?”tanyaku khawatir. Kringg….kringgg….hpku berbunyi, buru-buru aku melihatnya berharap itu dari Rea, namun ternyata bukan. Nomor yang tak dikenal. “halo?”sapaku, “apa kabar yui…lama kita tak berjumpa”kata seseorang di balik telephone, suara yang tak asing bagiku.”ayah?”kataku pelan, “benar…ini ayahmu, hahaha…”katanya tertawa pelan. “ada apa menelephone ku?”tanyaku padanya curiga. “apa salah, seorang ayah menelphone anaknya sendiri?”katanya sinis. Aku hanya diam tak menjawab, kepercayaanku padanya sudah hilang, karena kejadian yang lalu. “sekarang, ayah ingin mengadakan reoni keluarga besar. Dan kau harus datang, karena ibumu sudah datang dari kemarin…”jelasnya membuatku terkejut seperti disambar petir.

Segera aku pergi ke tempat yang dituju. Terdengar miuji dan riu berteriak memanggilku, tapi karena begitu panik, aku jadi tak membalas mereka. Aku berlari dan mencari taksi dengan cepat. Saat di dalam taksi, aku menunggu dengan gelisah, sampai hpku bergetar menandakan ada sms masuk. Dari miuji, ‘apa kau baik-baik saja?kau pergi kemana?’tanyanya, aku membalasnya, ‘ketempat ayah dan ibuku berada’balasku. Setelah beberapa menit, terdengar suara deringan handphone, segera aku menjawabnya.

“apa kau gila?kalau kau mau ketempat berbahaya begitu, kenapa tidak bersama-sama?kau bisa celaka bodoh.”kata miuji dari balik telephone marah. “aku memang begitu bodoh, membiarkan ibuku jatuh dengan mudahnya di tangan orang itu!” kataku lebih marah.”baiklah, kalau begitu dimana tempatnya?”tanyanya lebih tenang. “kalau kau datang, ibu bisa celaka.”kataku pelan, “kalau aku tidak datang, kau bisa celaka!”katanya membentak, “jangan buat aku khawatir, cepat beri tahu aku!”lanjutnya. kata-katanya membuatku tercekat, akhirnya aku memberi tahu alamatnya.
Akhirnya aku sampai ditempat yang dituju, suasana disini begitu sepi dan tak banyak bangunan di sekitarnya.  Saat di pintu masuk, 2 pria berjas hitam menghampiriku dan menuntunku masuk. Sepertinya, ayah belajar dari pengalaman yang lalu, pria-pria berjas hitam semakin banyak dan berkeliling di penjuru rumah. Sampai akhirnya mereka membuka pintu di suatu ruangan dan menyuruhku untuk masuk. Saat aku masuk ke ruangan itu, aku memperhatikan sekeliling ruangan dan menemukan seorang laki-laki berdiri memandangi pemandangan luar yang sangat indah.
“dimana ibuku?”Tanyaku keras padanya, dia berbalik menghadapku “kau sudah datang yui.”katanya, “bawa dia masuk”lanjutnya memberi perintah. pintu dari arah berbeda dari pintu yang aku masuki terbuka dan terlihat ibu yang tangannya terikat. “ibu”kataku spontan. “pestanya akan dimulai saat semua orang kuundang sudah datang. Jadi bersabarlah sebentar lagi.”kata orang itu sambil tersenyum licik.

#Rea#
Sesampainya dibandara, aku dan ibu menunggu pesawat yang akan kami tumpangi siap untuk lepas landas. “Rea, apa kau mau minum?”tawar ibu padaku. “hemm”kataku pelan, ia pun pergi membeli minuman. aku melihat hpku dan terlihat banyaknya panggilan tak terjawab dan juga sms dari yui, riu dan miuji. Aku membuka sms satu persatu.pertama dari yui  ‘kau ada dimana?’, ‘rea, apa kau mau pergi?aku mohon balaslah smsku’. ‘rea jangan pergi’.
Kemudian dari miuji, ‘woi, kau ada dimana?’, ‘setidaknya kau balaslah salah satu sms dari kami,jangan buat kita khawatir’, ‘kau akan menyesal kalau meninggalkan kami!’
Kemudian dari riu ‘kau dimana?’, ‘kau tidak ingin pergi meninggalkanku kan?’, ‘apa kau sengaja membuat kenangan indah bersama, lalu pergi begitu saja tanpa berkata apapun?’
Semua sms dari mereka membuatku sangat merasa bersalah. Kemudian, ada sms baru yang masuk, dari riu ‘yui dalam bahaya. Dia pergi sendiri ke tempat ayah mu berada’. Smsnya kali ini membuatku terkejut, “buat apa dia ke sana?”tanyaku dalam hati. Kringg…krriinggg…panggilan masuk dari no. tak dikenal. Aku berpikir sejenak lalu memilih untuk menjawabnya. “halo”sapaku duluan, “halo juga rea”jawab laki-laki dari balik telephone. “kau siapa?”tanyaku kemudian, “kau lupa dengan suaraku?”katanya tak terima, “baiklah, aku maafkan kau tidak mengenal suaraku, tapi aku tak akan memaafkanmu kalau kau tidak mengenal wajahku.”lanjutnya. aku hanya terdiam dengan ekspresi datar. “aku ingin tau, apa kau akan tetap pergi bersama ibumu dan hidup dengan damai, sementara saat ini temanmu dan ibunya dalam bahaya. Mungkin saja kau tidak akan bisa melihat mereka untuk selama-lamanya.”jelasnya, membuatku bingung. “orang itu sedang menunggumu dan juga ibumu.”katanya. “ayah”gumamku, “dari siapa itu?”tiba-tiba ibuku datang dan merebut hpku. “siapa kau?jangan ganggu kami pergilah.”kata ibuku membentak, “ibu berikan padaku”kataku berusaha mengambil hpku kembali.”halo”kataku lagi namun sudah terputus.

“dari siapa tadi. Apa dari ayahmu?”tanyanya panik. “aku tidak bisa pergi bu. Maaf”kataku langsung pergi menaiki taksi. Ada sms masuk dari no yang tadi, yang berisi alamat yang harus ku tuju. Segera aku pergi ke sana. Sesampainya di pintu masuk, 2 orang berjas hitam menuntunku untuk masuk ke sebuah ruangan. Mereka mempersilahkanku masuk ke dalam suatu ruangan dan saat dibuka, aku melihat yui berdiri menghadap orang tua itu(ayah) dan berteriak untuk melepaskan ibunya.

“akhirnya kau datang juga. Kau sendiri?dimana ibumu?”katanya, aku diam tak membalas. “kau lebih memilih mati bersama dari pada pergi dan hidup damai bersama ibumu. sungguh bijak.”katanya dengan nada mengejek. “apa selama ini dia mengintaiku terus?bagaimana dia bisa tau?”tanyaku dalam hati. “rea, jadi kau benar-benar mau pergi?”Tanya yui hampir mau menangis. “maaf yui”kataku bersalah. “sebenarnya apa yang mau kau inginkan?tak bisakah kau pergi dari kehidupan kami!”kataku sedikit membentak. “jujur saja. Keberadaan kalian membuatku tak nyaman.dengan hilangnya kalian dari dunia ini, akan membuat posisiku terasa aman.”katanya tak berperasaan.

Aku benar-benar tak percaya dengan apa yang dia bicarakan barusan. “selama ini, tak pernakah sekali pun kau benar-benar menyayangi anak dan istrimu?sekali saja, kau benar-benar menjadi seorang ayah dan suami yang baik?”kataku dengan nada lemah. Dia tak menjawabnya dan menatapku tajam. “kumohon berhentilah. Sudah banyak hati orang yang terluka. Berhentilah ayah…”lanjutku. Dia tak menjawab pertanyaanku dan tertawa seperti orang gila, “hahaha….kau begitu naif Rea. Kau benar! Tak sekalipun aku pernah bersikap seperti seorang ayah dan suami yang baik.”katanya seperti kesurupan.

Tiba-tiba saja, pria berjas hitam yang berdiri di samping ibu yui menodongkan pistolnya ke kepala ibunya yui. “apa yang kau lakukan?jauhkan benda itu dari kepala ibuku”teriak yui keras. Segera aku mengambil pot bunga yang berada tak jauh dari posisiku berada dan aku melemparnya kearah tangan pria itu, sehingga ia menjatuhkan pistolnya. Aku berlari dengan cepat hendak menyelamatkan ibunya yui. Saat hampir sampai, sebuah peluru melesat tepat di samping pipiku, hingga membuat pipiku tergores kecil. “jangan bergerak”kata seseorang dari belakang sambil menodongkan pistolnya kekepalaku.

Spontan aku terdiam tak berkutik. “kau benar-benar brutal. Apa kau bosan hidup hah!”bentak orang tua itu. “jauhkan pistol itu dari anakku!”teriak seorang wanita dari arah belakangku, reflek aku ingin menoleh ke arah belakang namun, pria yang menodongkan pistol itu berkata, “lebih baik kau jangan bergerak jika tak mau mati!”

“kau benar-benar keterlaluan, Hiruma! Setelah kau membunuh ayahku kau mau membunuh anak kandungmu sendiri!”kata ibuku berteriak. “kau juga hebat Kio. Berpura-pura menjadi orang gila untuk menjauhiku.”katanya mengejek. “tangkap mereka!”kata orang tua itu teriak diikuti dengan anak buahnya yang tiba-tiba masuk dari pintu. mereka mengikat tangan kami dan menodongkan pistolnya ke kepala kami. “bawa mereka keluar!”suruhnya lagi.

Kami digiring ke luar ruangan dan sampai di halaman belakang aku rasa. Yang buat aku terkejut adalah kami berdiri tak jauh dari tepi jurang. Kami berjajar dengan rapi dan orang tua itu beserta anak buahnya berada tak jauh dari kami. “kira-kira siapa yang mau terjun duluan?”tanyanya membuat kami terkejut, ia berkeliling di belakang kami, “bagaimana kalau kau saja?”tawarnya pada ibu yui. “jangan sentuh ibuku!”teriak yui pada pria tersebut.

“apa aku terlambat tuan?hng, bisakah kau memberikan rea padaku?biar aku saja yang membunuhnya. Boleh kan?”katanya tenang pada orang tua itu. Aku berbalik dan melihat siapa orang itu, ternyata orang menyebalkan itu, orang yang pernah menculik yui. “apa kabar?tadi aku sudah bilang, kalau kau tidak mengingat wajahku, kau tak akan kumaafkan!”katanya sambil tersenyum devil. “siapa kau?!”kataku ketus dan berpura-pura lupa. Hingga membuatnya geram dan hendak memukulku, namun dihalangi oleh orang tua itu. “dia harus mati ditanganku.”katanya.

Dor…dor…dor… terdengar suara pistol dari dalam rumah. “ada apa itu?”Tanya orang tua itu panik. “polisi”gumam orang yang menyebalkan itu. “bagaimana bisa mereka kesini! Pasti kalian yang melakukannya kan?kalian pikir, kalian akan selamat?hah!”katanya marah dan ingin mendorongku jatuh namun dihalangi oleh ibuku, hingga membuat ibuku yang jatuh ke jurang. “IBUUU”teriakku terkejut. Ibu tak jatuh sendiri, ia jatuh sambil menarik baju orang tua itu, yang membuatku terkejut entah dari kapan ikatan di tangan ibu lepas. Akhirnya merekapun jatuh bersama.
Terdengar teriakan seseorang memanggil nama kami “Rea, yui…” katanya. Aku tak mempedulikannya, aku melihat keadaan ibu dan ternyata ibu bergelantungan sambil memegang batu-batuan di tepi jurang. Sementara orang tua itu juga bergelantungan tak jauh dari posisi ibu. Terasa seseorang dari belakang membuka ikatan tanganku, aku melihatnya dan ternyata Riu. “riu”gumamku lirih. saat aku melihat tali tambang yang di pakai untuk mengingat tangan kami, segera aku berpikir dengan cepat untuk memakainya untuk menolong ibu.

Aku mengikat dan menyambung tali tambangku, yui, dan ibunya yui. Setelah aku rasa cukup panjang, segera aku memberi tali itu pada ibu, “ibu pegangan!”teriakku, ia pun mengambilnya dan memegangnya dengan erat. Aku menarik sekuat tenaga,namun masih belum cukup, yui membantu memegang talinya dan ibunya bersiap-siap menarik tangan ibu. Setelah beberapa menit kami berjuang, usaha kami tak sia-sia. Saat ibuku sampai diatas, segera aku memeluknya, “ibu…ibu…”isakku.

Saat aku sibuk menyelamatkan ibu, ternyata orang tua itu juga berhasil diselamatkan oleh anak buahnya. “kalian benar-benar tak ku maafkan. Kalian harus mati!”teriaknya marah. “bunuh mereka!”suruhnya pada anak buahnya. Pria berjas hitam itupun siap menyerang kami. mereka terlalu banyak, walau ada polisi sekalipun, mereka masih bisa melawan. “kau tetaplah dibelakangku.”kata riu melindungiku.

Orang menyebalkan itu berlari kearahku dan mengayun-ayunkan tongkat baseballnya. Riupun berusaha melawan dengan tinjunya, namun dengan mudah riu dijatuhkan. Pria itu mendekatiku lagi dan berusaha untuk memukulku. Tak bisa dihindari, aku harus melawannya. Aku berusaha membawanya menjauh dari ibu, aku tak mau ibuku terluka. Aku berhenti disuatu tempat, yang aku rasa tempat yang cocok untuk melawan pria menyebalkan itu. “apa kau takut?kenapa kau terus menghindar?”tanyanya mengejek. “ayo maju!”kataku serius sambil menatapnya tajam.

~to be continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar