#Yui#
Aku berkeliling mencari Rea,
“kemana orang itu?”umpatku. sekian menit aku tak menemukannya, aku memilih
untuk mengerimnya sms yang isinya, ‘kau ada dimana?’. Sembari menunggu balesan
sms darinya, aku punya ide mencari riu, mungkin saja dia tau dimana rea.
“yuiii”teriak seseorang dari belakang. Aku melihatnya dan ternyata miuji. “mau
kemana?”tanyanya, “kau melihat Rea?”tanyaku tanpa membalas pertanyaannya. “tadi
pagi sih liat, sekarang nggak.”katanya tenang, “ohh”kataku singkat. Kemudian
aku beranjak pergi lagi.
“kau panik sekali. Dia bukan anak kecil, ga mungkin kan kalau dia
tersesat di sekolah?”katanya memberi alibi. “aku tau dia bukan anak kecil. Tapi
sikapnya hari ini sangat aneh, itu yang membuatku khawatir. Mana smsku ga
dibales pula…”jelasku kemudian. Kami terdiam sejenak sambil melangkah lumayan
cepat. “kau benar. Sikapnya hari ini memang aneh. Tadi pagi dia bilang
terimakasih padaku karena telah menjadi temannya dan juga menyuruhku untuk
menjagamu.”jelasnya membuatku terkejut dan berhenti mendadak. Aku terdiam
memikirkannya, “dia berkata seakan mau pergi. Mungkinkah?”tanyaku dalam hati.
Aku terus berjalan sampai
akhirnya bertemu dengan riu, “apa kau melihat rea?”tanyaku padanya sedikit
khawatir. “tadi dia bersamaku dihalaman.”jelasnya, “lalu sekarang dia
dimana?”tanyaku lagi. “kenapa kau bersikap seperti itu?kau bersikap
seolah…”katanya terpotong lalu menoleh ke luar jendela dan memperhatikannya
dengan seksama. “dia sudah tidak di sana lagi.”katanya pelan. aku jadi tambah
khawatir, lalu aku berlari pergi menuju kelas dan benar saja, aku tak menemukan
tas Rea lagi disana. Kemudian aku melihat Rin masuk ke dalam kelas, “apa kau
melihat Rea, Rin?tanyaku khawatir. “tadi aku melihatnya pergi dari sekolah
membawa tasnya. Maunya tadi nanyak, mau kemana, tapi ga keburu tuh…”katanya
santai.
“kau pergi kemana Rea?”tanyaku
khawatir. Kringg….kringgg….hpku berbunyi, buru-buru aku melihatnya berharap itu
dari Rea, namun ternyata bukan. Nomor yang tak dikenal. “halo?”sapaku, “apa
kabar yui…lama kita tak berjumpa”kata seseorang di balik telephone, suara yang
tak asing bagiku.”ayah?”kataku pelan, “benar…ini ayahmu, hahaha…”katanya
tertawa pelan. “ada apa menelephone ku?”tanyaku padanya curiga. “apa salah,
seorang ayah menelphone anaknya sendiri?”katanya sinis. Aku hanya diam tak
menjawab, kepercayaanku padanya sudah hilang, karena kejadian yang lalu. “sekarang,
ayah ingin mengadakan reoni keluarga besar. Dan kau harus datang, karena ibumu
sudah datang dari kemarin…”jelasnya membuatku terkejut seperti disambar petir.
Segera aku pergi ke tempat yang
dituju. Terdengar miuji dan riu berteriak memanggilku, tapi karena begitu
panik, aku jadi tak membalas mereka. Aku berlari dan mencari taksi dengan
cepat. Saat di dalam taksi, aku menunggu dengan gelisah, sampai hpku bergetar
menandakan ada sms masuk. Dari miuji, ‘apa kau baik-baik saja?kau pergi
kemana?’tanyanya, aku membalasnya, ‘ketempat ayah dan ibuku berada’balasku.
Setelah beberapa menit, terdengar suara deringan handphone, segera aku
menjawabnya.
“apa kau gila?kalau kau mau
ketempat berbahaya begitu, kenapa tidak bersama-sama?kau bisa celaka
bodoh.”kata miuji dari balik telephone marah. “aku memang begitu bodoh,
membiarkan ibuku jatuh dengan mudahnya di tangan orang itu!” kataku lebih
marah.”baiklah, kalau begitu dimana tempatnya?”tanyanya lebih tenang. “kalau
kau datang, ibu bisa celaka.”kataku pelan, “kalau aku tidak datang, kau bisa
celaka!”katanya membentak, “jangan buat aku khawatir, cepat beri tahu
aku!”lanjutnya. kata-katanya membuatku tercekat, akhirnya aku memberi tahu
alamatnya.
Akhirnya aku sampai ditempat yang
dituju, suasana disini begitu sepi dan tak banyak bangunan di sekitarnya. Saat di pintu masuk, 2 pria berjas hitam
menghampiriku dan menuntunku masuk. Sepertinya, ayah belajar dari pengalaman
yang lalu, pria-pria berjas hitam semakin banyak dan berkeliling di penjuru
rumah. Sampai akhirnya mereka membuka pintu di suatu ruangan dan menyuruhku
untuk masuk. Saat aku masuk ke ruangan itu, aku memperhatikan sekeliling
ruangan dan menemukan seorang laki-laki berdiri memandangi pemandangan luar
yang sangat indah.
“dimana ibuku?”Tanyaku keras
padanya, dia berbalik menghadapku “kau sudah datang yui.”katanya, “bawa dia
masuk”lanjutnya memberi perintah. pintu dari arah berbeda dari pintu yang aku
masuki terbuka dan terlihat ibu yang tangannya terikat. “ibu”kataku spontan.
“pestanya akan dimulai saat semua orang kuundang sudah datang. Jadi bersabarlah
sebentar lagi.”kata orang itu sambil tersenyum licik.
#Rea#
Sesampainya dibandara, aku dan
ibu menunggu pesawat yang akan kami tumpangi siap untuk lepas landas. “Rea, apa
kau mau minum?”tawar ibu padaku. “hemm”kataku pelan, ia pun pergi membeli
minuman. aku melihat hpku dan terlihat banyaknya panggilan tak terjawab dan
juga sms dari yui, riu dan miuji. Aku membuka sms satu persatu.pertama dari
yui ‘kau ada dimana?’, ‘rea, apa kau mau
pergi?aku mohon balaslah smsku’. ‘rea jangan pergi’.
Kemudian dari miuji, ‘woi, kau
ada dimana?’, ‘setidaknya kau balaslah salah satu sms dari kami,jangan buat
kita khawatir’, ‘kau akan menyesal kalau meninggalkan kami!’
Kemudian dari riu ‘kau dimana?’,
‘kau tidak ingin pergi meninggalkanku kan?’, ‘apa kau sengaja membuat kenangan
indah bersama, lalu pergi begitu saja tanpa berkata apapun?’
Semua sms dari mereka membuatku
sangat merasa bersalah. Kemudian, ada sms baru yang masuk, dari riu ‘yui dalam
bahaya. Dia pergi sendiri ke tempat ayah mu berada’. Smsnya kali ini membuatku
terkejut, “buat apa dia ke sana?”tanyaku dalam hati. Kringg…krriinggg…panggilan
masuk dari no. tak dikenal. Aku berpikir sejenak lalu memilih untuk
menjawabnya. “halo”sapaku duluan, “halo juga rea”jawab laki-laki dari balik
telephone. “kau siapa?”tanyaku kemudian, “kau lupa dengan suaraku?”katanya tak
terima, “baiklah, aku maafkan kau tidak mengenal suaraku, tapi aku tak akan
memaafkanmu kalau kau tidak mengenal wajahku.”lanjutnya. aku hanya terdiam
dengan ekspresi datar. “aku ingin tau, apa kau akan tetap pergi bersama ibumu
dan hidup dengan damai, sementara saat ini temanmu dan ibunya dalam bahaya.
Mungkin saja kau tidak akan bisa melihat mereka untuk selama-lamanya.”jelasnya,
membuatku bingung. “orang itu sedang menunggumu dan juga ibumu.”katanya.
“ayah”gumamku, “dari siapa itu?”tiba-tiba ibuku datang dan merebut hpku. “siapa
kau?jangan ganggu kami pergilah.”kata ibuku membentak, “ibu berikan
padaku”kataku berusaha mengambil hpku kembali.”halo”kataku lagi namun sudah
terputus.
“dari siapa tadi. Apa dari
ayahmu?”tanyanya panik. “aku tidak bisa pergi bu. Maaf”kataku langsung pergi
menaiki taksi. Ada sms masuk dari no yang tadi, yang berisi alamat yang harus
ku tuju. Segera aku pergi ke sana. Sesampainya di pintu masuk, 2 orang berjas
hitam menuntunku untuk masuk ke sebuah ruangan. Mereka mempersilahkanku masuk
ke dalam suatu ruangan dan saat dibuka, aku melihat yui berdiri menghadap orang
tua itu(ayah) dan berteriak untuk melepaskan ibunya.
“akhirnya kau datang juga. Kau
sendiri?dimana ibumu?”katanya, aku diam tak membalas. “kau lebih memilih mati
bersama dari pada pergi dan hidup damai bersama ibumu. sungguh bijak.”katanya
dengan nada mengejek. “apa selama ini dia mengintaiku terus?bagaimana dia bisa
tau?”tanyaku dalam hati. “rea, jadi kau benar-benar mau pergi?”Tanya yui hampir
mau menangis. “maaf yui”kataku bersalah. “sebenarnya apa yang mau kau inginkan?tak
bisakah kau pergi dari kehidupan kami!”kataku sedikit membentak. “jujur saja.
Keberadaan kalian membuatku tak nyaman.dengan hilangnya kalian dari dunia ini,
akan membuat posisiku terasa aman.”katanya tak berperasaan.
Aku benar-benar tak percaya
dengan apa yang dia bicarakan barusan. “selama ini, tak pernakah sekali pun kau
benar-benar menyayangi anak dan istrimu?sekali saja, kau benar-benar menjadi
seorang ayah dan suami yang baik?”kataku dengan nada lemah. Dia tak menjawabnya
dan menatapku tajam. “kumohon berhentilah. Sudah banyak hati orang yang
terluka. Berhentilah ayah…”lanjutku. Dia tak menjawab pertanyaanku dan tertawa
seperti orang gila, “hahaha….kau begitu naif Rea. Kau benar! Tak sekalipun aku
pernah bersikap seperti seorang ayah dan suami yang baik.”katanya seperti
kesurupan.
Tiba-tiba saja, pria berjas hitam
yang berdiri di samping ibu yui menodongkan pistolnya ke kepala ibunya yui.
“apa yang kau lakukan?jauhkan benda itu dari kepala ibuku”teriak yui keras.
Segera aku mengambil pot bunga yang berada tak jauh dari posisiku berada dan
aku melemparnya kearah tangan pria itu, sehingga ia menjatuhkan pistolnya. Aku
berlari dengan cepat hendak menyelamatkan ibunya yui. Saat hampir sampai,
sebuah peluru melesat tepat di samping pipiku, hingga membuat pipiku tergores
kecil. “jangan bergerak”kata seseorang dari belakang sambil menodongkan
pistolnya kekepalaku.
Spontan aku terdiam tak berkutik.
“kau benar-benar brutal. Apa kau bosan hidup hah!”bentak orang tua itu.
“jauhkan pistol itu dari anakku!”teriak seorang wanita dari arah belakangku,
reflek aku ingin menoleh ke arah belakang namun, pria yang menodongkan pistol
itu berkata, “lebih baik kau jangan bergerak jika tak mau mati!”
“kau benar-benar keterlaluan,
Hiruma! Setelah kau membunuh ayahku kau mau membunuh anak kandungmu
sendiri!”kata ibuku berteriak. “kau juga hebat Kio. Berpura-pura menjadi orang
gila untuk menjauhiku.”katanya mengejek. “tangkap mereka!”kata orang tua itu
teriak diikuti dengan anak buahnya yang tiba-tiba masuk dari pintu. mereka
mengikat tangan kami dan menodongkan pistolnya ke kepala kami. “bawa mereka
keluar!”suruhnya lagi.
Kami digiring ke luar ruangan dan
sampai di halaman belakang aku rasa. Yang buat aku terkejut adalah kami berdiri
tak jauh dari tepi jurang. Kami berjajar dengan rapi dan orang tua itu beserta
anak buahnya berada tak jauh dari kami. “kira-kira siapa yang mau terjun
duluan?”tanyanya membuat kami terkejut, ia berkeliling di belakang kami,
“bagaimana kalau kau saja?”tawarnya pada ibu yui. “jangan sentuh ibuku!”teriak
yui pada pria tersebut.
“apa aku terlambat tuan?hng,
bisakah kau memberikan rea padaku?biar aku saja yang membunuhnya. Boleh
kan?”katanya tenang pada orang tua itu. Aku berbalik dan melihat siapa orang
itu, ternyata orang menyebalkan itu, orang yang pernah menculik yui. “apa
kabar?tadi aku sudah bilang, kalau kau tidak mengingat wajahku, kau tak akan
kumaafkan!”katanya sambil tersenyum devil. “siapa kau?!”kataku ketus dan
berpura-pura lupa. Hingga membuatnya geram dan hendak memukulku, namun
dihalangi oleh orang tua itu. “dia harus mati ditanganku.”katanya.
Dor…dor…dor… terdengar suara
pistol dari dalam rumah. “ada apa itu?”Tanya orang tua itu panik. “polisi”gumam
orang yang menyebalkan itu. “bagaimana bisa mereka kesini! Pasti kalian yang
melakukannya kan?kalian pikir, kalian akan selamat?hah!”katanya marah dan ingin
mendorongku jatuh namun dihalangi oleh ibuku, hingga membuat ibuku yang jatuh
ke jurang. “IBUUU”teriakku terkejut. Ibu tak jatuh sendiri, ia jatuh sambil
menarik baju orang tua itu, yang membuatku terkejut entah dari kapan ikatan di
tangan ibu lepas. Akhirnya merekapun jatuh bersama.
Terdengar teriakan seseorang
memanggil nama kami “Rea, yui…” katanya. Aku tak mempedulikannya, aku melihat
keadaan ibu dan ternyata ibu bergelantungan sambil memegang batu-batuan di tepi
jurang. Sementara orang tua itu juga bergelantungan tak jauh dari posisi ibu.
Terasa seseorang dari belakang membuka ikatan tanganku, aku melihatnya dan
ternyata Riu. “riu”gumamku lirih. saat aku melihat tali tambang yang di pakai
untuk mengingat tangan kami, segera aku berpikir dengan cepat untuk memakainya
untuk menolong ibu.
Aku mengikat dan menyambung tali
tambangku, yui, dan ibunya yui. Setelah aku rasa cukup panjang, segera aku
memberi tali itu pada ibu, “ibu pegangan!”teriakku, ia pun mengambilnya dan
memegangnya dengan erat. Aku menarik sekuat tenaga,namun masih belum cukup, yui
membantu memegang talinya dan ibunya bersiap-siap menarik tangan ibu. Setelah
beberapa menit kami berjuang, usaha kami tak sia-sia. Saat ibuku sampai diatas,
segera aku memeluknya, “ibu…ibu…”isakku.
Saat aku sibuk menyelamatkan ibu,
ternyata orang tua itu juga berhasil diselamatkan oleh anak buahnya. “kalian
benar-benar tak ku maafkan. Kalian harus mati!”teriaknya marah. “bunuh mereka!”suruhnya
pada anak buahnya. Pria berjas hitam itupun siap menyerang kami. mereka terlalu
banyak, walau ada polisi sekalipun, mereka masih bisa melawan. “kau tetaplah
dibelakangku.”kata riu melindungiku.
Orang menyebalkan itu berlari
kearahku dan mengayun-ayunkan tongkat baseballnya. Riupun berusaha melawan
dengan tinjunya, namun dengan mudah riu dijatuhkan. Pria itu mendekatiku lagi
dan berusaha untuk memukulku. Tak bisa dihindari, aku harus melawannya. Aku berusaha
membawanya menjauh dari ibu, aku tak mau ibuku terluka. Aku berhenti disuatu
tempat, yang aku rasa tempat yang cocok untuk melawan pria menyebalkan itu. “apa
kau takut?kenapa kau terus menghindar?”tanyanya mengejek. “ayo maju!”kataku
serius sambil menatapnya tajam.
~to be continue~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar