Label

Jumat, 31 Agustus 2012

I'm Not Alone #Episode 2#



#Riu#

“kau mau bertanding apa?”tanyaku yang kali ini dengan sabar. “terserah!”jawab gadis yang bernama Rea itu dengan ketus. “baiklah, bagaimana dengan basket?”tantangku, gadis itu menatap tajam pada ku dan berkata “aku setuju”. Tak lama kemudian terlihat gadis yang tadinya menentang pertandingan antara aku dan Rea mencoba menghalangi, “sudahlah Rea, ini hanya menyakiti dirimu saja” kata gadis itu. “Urusi saja urusanmu!” jawab Rea dengan ketus pada gadis itu dan mendorong gadis itu,seakan menyuruh gadis itu untuk pergi dari hadapan Rea. “Aku rasa mereka tidak berteman baik, tentu saja gadis yang bernama Rea itu memang susah untuk diajak berteman” kataku dalam hati.
“setelah pertandingan ini, jangan menyesal ya gadis dingin!” kataku meledek serta memasang ekspresi yang menyebalkan,anehnya bukannya membalas gadis itu hanya memandangku dengan ekspresi datar. Gadis ini memang menyebalkan dan aneh! selama ini tak ada satupun gadis yang memperlakukanku seperti ini. benar-benar menarik. “peraturannya, siapa saja yang dapat memasukkan 5 bola pertama kali, dialah yang menang dan siapapun yang kalah harus menuruti keinginan yang menang, gimana?” jelasku bak seorang pemimpin muda. “setuju” jawabnya singkat. Sumpah, sifatnya yang seperti itu membuatku sangat kesal.  
Pertandingan dimulai dan Rea yang mendapat bola pertama. Ia maju tanpa gentar sedikitpun, ia melewati dengan mudah dan memasukkan bola pertama dengan mudah. Bukan hanya aku yang tercengang melihat gadis itu, seleruh murid yang menonton pun ikut bengong melihatnya. “jangan senang, tadi aku sengaja memberimu kesempatan” kataku dengan sok, namun di dalam hati aku benar-benar terkejut. “terserah!” Jawab gadis itu dan lewat begitu saja di depanku.
Sekarang giliranku membawa bola, walau dia wanita, jangan harap aku akan mengalah padanya. Aku keluarkan jurus hebatku yaitu jurus pria tampan, hahaha tentu saja bukan. Aku tau jurus itu tidak akan berpengaruh bagi gadis dingin itu. Aku melewatinya dengan berbelok ke kiri, tak ku sangka gerakan gadis itu sungguh gesit, ia berhasil menghalangiku lagi. Aku tak menyerah aku mengecohnya dengan berpura-pura berbelok ke kanan dan akhirnya berbelok ke kiri kembali, akhirnya aku lepas dari jangkauannya. Aku siap-siap untuk memasukkan bola, namun belum sempat menyentuh ring, gadis itu mengambil bola itu. “siapa gadis ini sebenarnya?” tanyaku dalam hati penasaran namun merasa tertantang olehnya.
“brukk!” tiba-tiba terdengar suara jatuh dari atap gedung olah raga, seorang siswi yang berada dekat jendela berteriak “kyaaaa~ bukankah itu Akemi dari X2, astaga!” katanya dengan kaget dan ekspresi ketakutan. Seketika aku terasa disambar petir mendengar nama Akemi. Sontak saja aku berlari keluar jendela dan aku benar-benar terkejut. Spontan aku berlari kebawah menuju posisi Akemi, tanpa memperdulikan pertandingan yang aku jalani. Saat aku sampai di depan tubuh Akemi yang terbuju kaku dan mengeluarkan darah dari kepalanya. aku hanya bisa berdiri terdiam tanpa sepatah kata, dan aku merasakan tangan dari teman baikku memegang pundakku, seakan ia menyuruhku untuk bersikap tegar. Aku berlutut dan memeluk gadis itu dan berusaha membangunkannya “Akemi, Akemi, bangunlah, aku mohon, bangunlah, Akemiiiii…” aku berteriak sekuat tenaga

#Rea#
Baru saja aku ingin memasukkan bola ini, tiba-tiba terdengar seorang gadis berteriak “kyaaaa~ bukankah itu Akemi dari X2, astaga!” dan pria menyebalkan itu berlari menuju arah jendela untuk melihat, setelahnya ia berlari keluar dengan ekspresi ketakutan diikutin dengan temannya yang rambutnya ditata rapi dengan warna rambut yang sedikit pirang bak model top. Sejenak aku terdiam lalu berjalan ke luar gedung olah raga. Aku melihat pria menyebalkan itu teriak dan hampir menangis dari jendela luar gedung “apa gadis itu pacarnya??”tanyaku dalam hati. Tak lama, datanglah ambulance membawa gadis yang terjatuh tadi bersama pria menyebalkan berserta temannya.
Bel sekolah tanda pulang pun berbunyi, setelah merapikan buku, aku pun berjalan pergi ku luar kelas, namun aku dicegat oleh Yui. Entah sejak kapan dia menjadi sok kenal dengan ku, ia bersikap seolah kita telah berteman lama. “ayo pulang bersama, Rea” ajaknya dengan senyuman yang manis terpasang diwajahnya. Aku memilih diam dan melanjutkan jalanku. “tadi itu sungguh mengerikan, gadis itu mungkin depresi sehingga dia memilih untuk bunuh diri dan juga sepertinya pria menyebalkan tadi mengenal gadis itu. Bagaimana pendapatmu Rea?”tanyanya panjang lebar seperti kereta api. Gadis ini sungguh cerewet. “aku tidak tau dan tidak ingin tau!” jawabku tak peduli, setelah mendengarnya gadis itu mengerucutkan bibirnya, seolah tak ingin kalah ia bertanya kembali “pria tadi bilang ada urusan yang belum diselesaikan bersamamu. Memangnya urusan apa itu?” tanyanya dengan semangat. Aku menghembuskan nafas dan menjawab “berhentilah mengurusi urusan orang lain, Yui” kataku sabar dan jalanku terhenti “kita berpisah disini, kau akan belok ke kanan kan?aku akan berbelok ke kiri!” kataku dan langsung pergi meninggalkannya sendiri.
Saat sampai di depan pintu gerbang, aku melihat secarik kertas tersangkut di sela-sela jeruji gerbang. “ aku membuka kertas itu dan membacanya “sebentar lagi aku akan menemui, bersabarlah sebentar lagi!” aku terkejut membacanya, dalam hati aku sungguh berharap bahwa surat itu dari ibu


# Hiruma#
“kau sudah melakukan sesuai perintahku?” tanyaku pada orang kepercayaanku. “tentu saja tuan, mulai dari percobaan bunuh diri maupun surat itu. Sudah kulakukan sesuai perintah tuan!” jawabnya tenang. Tentu saja kabar itu membuat aku senang namun ternyata anak buahku belum selesai bicara “tetapi tuan, gadis itu belum sepenuhnya meninggal, dia hanya koma. Tapi tidak perlu khawatir tuan, dokter mendiagnosa bahwa sedikit kemungkinan gadis itu untuk sadar.” Katanya sedikit ragu. “apa?! aku tidak mau tau, gadis itu tidak boleh hidup, gadis itu harus mati!” bentakku padanya seraya memukul meja, “bunuh gadis itu bagaimanapun caranya, semua yang tau tentang rahasia ini harus mati!” kataku dengan ekspresi haus akan darah. “dan juga persiapkan perkenalan kita dengan nona kita” lanjutku. “saya mengerti tuan” jawabnya sambil memberi hormat padaku, setelahnya iapun pergi dari hadapanku. “sedikit lagi kita bisa bertemu, tunggulah Rea” kataku.


#Riu#
Matahari sudah hampir terbenam, aku duduk disamping tubuh Saudariku satu-satunya yang sedang terlelap tidur. Setelah ayah dan ibuku meninnggal karena kecelakaan, kami hanya tinggal berdua, walau masih ada paman dan bibi yang sesekali megunjungi kami. aku memegang erat tangan adikku ini, aku berharap ia cepat sadar,namun dokter berkata lain.
*flash back*
Seorang dokter bersama seorang perawat keluar dari ruang operasi, “adikmu jatuh dengan kepala yang mendarat duluan, itu mengakitbatkan kerusakan bagian otaknya. Akan sangat sulit bagi adikmu untuk sadar kembali. Semoga ada muzizat yang datang padanya.”katanya seraya menepuk pundakku dan meninggalkanku terpaku mendengar perkataannya tadi.
*falsh back end*

Miuji datang dan memberikan sekaleng orange jus padaku, aku menerimanya tak semangat. “semangatlah sobat, adikmu tidak akan senang melihatmu seperti ini.”katanya menghiburku. “kenapa harus dia?apa sebenarnya yang terjadi padanya, tadi pagi ia masih baik-baik saja. Tak ada ekspresi yang aneh di wajahnya!” kataku sedih, tiba-tiba Miuji memberiku sebuah hp yang aku tahu bahwa itu hp milik Akemi. “aku mengambilnya saat hendak pergi.”katanya. aku menerimanya dan memasukkannya ke dalam saku kemeja sekolah, “terimakasih.” Kataku kemudian.

“besok kau harus sekolah! kau masih berhutang pertandingan pada gadis dingin itu kan?kau meninggalkannya begitu saja.”cecar temanku mencari alasan. “aku tak bisa meninggalkannya sendirian.”kataku sambil memandang Akemi. “biar kami yang menjaganya. Kau harus tetap sekolah, biar bibi yang menjaganya.” Kata bibi yang tiba-tiba saja datang bersama dengan paman. “kami ikut prihatin Riu.” Kata paman seraya memegang pundakku.
  
#Yui#
Hari yang cerah dan udara yang segar membuatku semakin semangat untuk sekolah. Di luar rumah sudah ada sebuah mobil yang siap mengantarku untuk pergi sekolah, aku berharap di sini ada ibu dan ayah yang mengantar ku pergi, tapi mereka lebih mementingkan pekerjaan mereka. Aku menaiki mobil itu dan berangkat menuju ke sekolah. Sesampainya di depan pintu gerbang sekolah, aku melihat sahabat baruku “Rea”.Buru-buru aku menghampirinya, “Reaaaa” kataku menyapa sambil melambaikan tangan, aku berlari sekuat mungkin hingga berada di sampingnya.

“bagaimana dengan tanganmu?apa sudah baikan?”tanyaku khawatir. “sudah” jawabnya singkat. Ia sama sekali tidak berubah, ia masih tetap dingin dan tidak peduli dengan sekitarnya, namun aku sudah mulai terbiasa dengan sikapnya itu, aku tersenyum melihatnya mengacuhkanku. Sesaat aku merasa Rea sedang memandangiku dengan tatapan aneh, “kenapa?” tanyaku. “ kau yang kenapa?senyum-senyum sendiri seperti orang gila.” Katanya datar. “aku sedang menertawakan sikapmu yang selalu cuek.” Kataku tersenyum kembali, dia hanya memandangku seperti aku adalah orang yang aneh.

Dan aku baru menyadari “Rea, kau sudah mulai menerimaku. Iya kan?iya kan? Hua senangnya?>.<” Tanyaku dengan semangat sambil memegang bahu Rea, namun dia hanya memandangku tak peduli seperti biasa. Diapun melanjutkan jalannya menuju lokernya, dan tiba-tiba boneka beruang rusak yang penuh dengan darah ayam*sepertinya* jatuh dari lokernya. Aku dan murid lain yang ada disekitar  terkejut melihatnya namun, Rea hanya melihatnya dengan ekspresi datar. Sejenak aku berpikir “apa dia robot?”.

“lihat ada kertas tertulis yang menempel.”kataku sambil menunjuk arah kertas yang menempel. Langsung saja aku mengambilnya dan membacanya “kau orang yang aneh yang tak berguna. Jangan cari perhatian orang dengan sikap sok misterius itu lagi!” kataku selesai membaca. “astaga hanya orang sirik rupanya”kataku dalam hati. Setelah mengambil barang yang ia perlukan, Rea menutup loker dan berjalan seperti biasa, seakan tidak ada kejadian apapun. “kau tidak marah?kau tidak takut dengan ancaman ini?”tanyaku cepat padanya. “aku sudah terbiasa dengan hal itu.”katanya santai. Dari kata-katanya itu aku sadar, dia adalah orang yang sangat malang.


#Rea#

Setelah insiden boneka rusak itu, semua murid bergosip mengenaiku. Aku tidak peduli dengan hal itu , aku pergi ke atap sekolah untuk mencari udara segar tentu saja tanpa sepengetahuan Yui. Aku duduk menyender dengan tembok dengan santai dan memandang langit, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka dan orang yang terlihat dimataku adalah pria menyebalkan itu. Setelah beberapa detik aku memandangnya, aku alihkan pandanganku ke langit kembali seolah kebaradaanya tidak ada.

“kau disini juga…”katanya, ia terdiam sejenak seakan berpikir sesuatu “…Rea?” lanjutnya kembali. “ingatan ku buruk, maaf!”katanya kembali, ia kemudian memilih duduk disampingku. “kemarin itu” katak kami berbarengan, kami terdiam sejenak, “kau duluan!” katanya memecah keheningan. “kau mengenal gadis yang jatuh kemarin?”tanyaku. “dia adikku”katanya singkat dan suaranya terdengar berat didengar. “soal pertandingan kemarin, aku minta maaf. Kita lanjutkan lain kali saja bagaimana?”lanjutnya dengan nada sedikit lebih semangat. “iya” jawabku singkat.

Sejenak keheningan terasa, namun pria itu memecahnya dengan berkata “oh ya, kita belum sempat berkenalan bukan? Aku  Murakawa Riu. Panggil Riu saja, terdengar leih akrab.” Katanya dengan riang. “aku Kazetani Rea” balasku dan keheningan terasa kembali, kami berdua bersama-sama menatap langit.

Bel pulang berbunyi, aku dan Yui berjalan berbarengan kembali, saat itu sekolah sudah mulai sepi. Saat di depan gerbang sekolah, kami melihat ada 2 orang dewasa yang mencurigakan dengan memakai pakaian serba hitam. Yui yang sepertinya ketakutan memegang tanganku. Kami berhenti berjalan saat 2 orang itu mendekati kami “siapa kalian?”tanyaku tanpa rasa takut. Mereka hanya terdiam dan memegang tangan Yui dan memaksanya mengikuti mereka. Sontak aku mencegat mereka dengan memegang tangan Yui yang satu lagi, “kalian mau bawa kemana dia?” Tanyaku dengan nada lebih tinggi. Mereka hanya terdiam dan mendorongku hingga jatuh dan membawa Yui dengan paksa, “Rea, tolong aku Rea” kata Yui memberontak. “sial, apa yang harus aku lakukan?”kataku dalam hati, tanpa berpikir panjang aku melempar mereka dan sepatuku dan berlari mengejar mereka. Aku mengeluarkan jurus karate, yang sempat aku pelajari, aku menendang salah satu dari mereka  dan menarik kemejanya bersiap-saip untuk memukulnya. Namun pria itu melawan dengan menyegel tanganku kebelakang dan menendangku, mengakibatkan aku tersungkur jatuh. Merekapun memanfaatkan waktu itu untuk membawa Yui pergi masuk ke mobil, aku hanya mendengar suara Yui yang memanggil namaku dan meminta untuk dilepaskan dengan ekspresi ketakutan “Rea Rea, lepaskan aku…..Reaaa.” Aku hanya bisa melihatnya di bawa pergi dengan menahan sakit di tangan serta punggungku. “apa yang harus ku lakukan?”

~To Be Continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar