#Riu#
“kau
mau bertanding apa?”tanyaku yang kali ini dengan sabar. “terserah!”jawab gadis
yang bernama Rea itu dengan ketus. “baiklah, bagaimana dengan
basket?”tantangku, gadis itu menatap tajam pada ku dan berkata “aku setuju”.
Tak lama kemudian terlihat gadis yang tadinya menentang pertandingan antara aku
dan Rea mencoba menghalangi, “sudahlah Rea, ini hanya menyakiti dirimu saja”
kata gadis itu. “Urusi saja urusanmu!” jawab Rea dengan ketus pada gadis itu
dan mendorong gadis itu,seakan menyuruh gadis itu untuk pergi dari hadapan Rea.
“Aku rasa mereka tidak berteman baik, tentu saja gadis yang bernama Rea itu
memang susah untuk diajak berteman” kataku dalam hati.
“setelah
pertandingan ini, jangan menyesal ya gadis dingin!” kataku meledek serta memasang
ekspresi yang menyebalkan,anehnya bukannya membalas gadis itu hanya memandangku
dengan ekspresi datar. Gadis ini memang menyebalkan dan aneh! selama ini tak
ada satupun gadis yang memperlakukanku seperti ini. benar-benar menarik.
“peraturannya, siapa saja yang dapat memasukkan 5 bola pertama kali, dialah
yang menang dan siapapun yang kalah harus menuruti keinginan yang menang,
gimana?” jelasku bak seorang pemimpin muda. “setuju” jawabnya singkat. Sumpah, sifatnya
yang seperti itu membuatku sangat kesal.
Pertandingan
dimulai dan Rea yang mendapat bola pertama. Ia maju tanpa gentar sedikitpun, ia
melewati dengan mudah dan memasukkan bola pertama dengan mudah. Bukan hanya aku
yang tercengang melihat gadis itu, seleruh murid yang menonton pun ikut bengong
melihatnya. “jangan senang, tadi aku sengaja memberimu kesempatan” kataku
dengan sok, namun di dalam hati aku benar-benar terkejut. “terserah!” Jawab
gadis itu dan lewat begitu saja di depanku.
Sekarang
giliranku membawa bola, walau dia wanita, jangan harap aku akan mengalah
padanya. Aku keluarkan jurus hebatku yaitu jurus pria tampan, hahaha tentu saja
bukan. Aku tau jurus itu tidak akan berpengaruh bagi gadis dingin itu. Aku
melewatinya dengan berbelok ke kiri, tak ku sangka gerakan gadis itu sungguh gesit,
ia berhasil menghalangiku lagi. Aku tak menyerah aku mengecohnya dengan
berpura-pura berbelok ke kanan dan akhirnya berbelok ke kiri kembali, akhirnya
aku lepas dari jangkauannya. Aku siap-siap untuk memasukkan bola, namun belum
sempat menyentuh ring, gadis itu mengambil bola itu. “siapa gadis ini
sebenarnya?” tanyaku dalam hati penasaran namun merasa tertantang olehnya.
“brukk!”
tiba-tiba terdengar suara jatuh dari atap gedung olah raga, seorang siswi yang
berada dekat jendela berteriak “kyaaaa~ bukankah itu Akemi dari X2, astaga!”
katanya dengan kaget dan ekspresi ketakutan. Seketika aku terasa disambar petir
mendengar nama Akemi. Sontak saja aku berlari keluar jendela dan aku
benar-benar terkejut. Spontan aku berlari kebawah menuju posisi Akemi, tanpa
memperdulikan pertandingan yang aku jalani. Saat aku sampai di depan tubuh
Akemi yang terbuju kaku dan mengeluarkan darah dari kepalanya. aku hanya bisa
berdiri terdiam tanpa sepatah kata, dan aku merasakan tangan dari teman baikku
memegang pundakku, seakan ia menyuruhku untuk bersikap tegar. Aku berlutut dan
memeluk gadis itu dan berusaha membangunkannya “Akemi, Akemi, bangunlah, aku
mohon, bangunlah, Akemiiiii…” aku berteriak sekuat tenaga
#Rea#
Baru
saja aku ingin memasukkan bola ini, tiba-tiba terdengar seorang gadis berteriak
“kyaaaa~ bukankah itu Akemi dari X2, astaga!” dan pria menyebalkan itu berlari
menuju arah jendela untuk melihat, setelahnya ia berlari keluar dengan ekspresi
ketakutan diikutin dengan temannya yang rambutnya ditata rapi dengan warna
rambut yang sedikit pirang bak model top. Sejenak aku terdiam lalu berjalan ke
luar gedung olah raga. Aku melihat pria menyebalkan itu teriak dan hampir
menangis dari jendela luar gedung “apa gadis itu pacarnya??”tanyaku dalam hati.
Tak lama, datanglah ambulance membawa gadis yang terjatuh tadi bersama pria
menyebalkan berserta temannya.
Bel
sekolah tanda pulang pun berbunyi, setelah merapikan buku, aku pun berjalan
pergi ku luar kelas, namun aku dicegat oleh Yui. Entah sejak kapan dia menjadi
sok kenal dengan ku, ia bersikap seolah kita telah berteman lama. “ayo pulang
bersama, Rea” ajaknya dengan senyuman yang manis terpasang diwajahnya. Aku
memilih diam dan melanjutkan jalanku. “tadi itu sungguh mengerikan, gadis itu
mungkin depresi sehingga dia memilih untuk bunuh diri dan juga sepertinya pria
menyebalkan tadi mengenal gadis itu. Bagaimana pendapatmu Rea?”tanyanya panjang
lebar seperti kereta api. Gadis ini sungguh cerewet. “aku tidak tau dan tidak
ingin tau!” jawabku tak peduli, setelah mendengarnya gadis itu mengerucutkan
bibirnya, seolah tak ingin kalah ia bertanya kembali “pria tadi bilang ada
urusan yang belum diselesaikan bersamamu. Memangnya urusan apa itu?” tanyanya
dengan semangat. Aku menghembuskan nafas dan menjawab “berhentilah mengurusi
urusan orang lain, Yui” kataku sabar dan jalanku terhenti “kita berpisah
disini, kau akan belok ke kanan kan?aku akan berbelok ke kiri!” kataku dan
langsung pergi meninggalkannya sendiri.
Saat
sampai di depan pintu gerbang, aku melihat secarik kertas tersangkut di
sela-sela jeruji gerbang. “ aku membuka kertas itu dan membacanya “sebentar
lagi aku akan menemui, bersabarlah sebentar lagi!” aku terkejut membacanya,
dalam hati aku sungguh berharap bahwa surat itu dari ibu
#
Hiruma#
“kau
sudah melakukan sesuai perintahku?” tanyaku pada orang kepercayaanku. “tentu
saja tuan, mulai dari percobaan bunuh diri maupun surat itu. Sudah kulakukan
sesuai perintah tuan!” jawabnya tenang. Tentu saja kabar itu membuat aku senang
namun ternyata anak buahku belum selesai bicara “tetapi tuan, gadis itu belum
sepenuhnya meninggal, dia hanya koma. Tapi tidak perlu khawatir tuan, dokter
mendiagnosa bahwa sedikit kemungkinan gadis itu untuk sadar.” Katanya sedikit
ragu. “apa?! aku tidak mau tau, gadis itu tidak boleh hidup, gadis itu harus
mati!” bentakku padanya seraya memukul meja, “bunuh gadis itu bagaimanapun
caranya, semua yang tau tentang rahasia ini harus mati!” kataku dengan ekspresi
haus akan darah. “dan juga persiapkan perkenalan kita dengan nona kita”
lanjutku. “saya mengerti tuan” jawabnya sambil memberi hormat padaku,
setelahnya iapun pergi dari hadapanku. “sedikit lagi kita bisa bertemu,
tunggulah Rea” kataku.
#Riu#
Matahari
sudah hampir terbenam, aku duduk disamping tubuh Saudariku satu-satunya yang
sedang terlelap tidur. Setelah ayah dan ibuku meninnggal karena kecelakaan, kami
hanya tinggal berdua, walau masih ada paman dan bibi yang sesekali megunjungi
kami. aku memegang erat tangan adikku ini, aku berharap ia cepat sadar,namun
dokter berkata lain.
*flash
back*
Seorang
dokter bersama seorang perawat keluar dari ruang operasi, “adikmu jatuh dengan
kepala yang mendarat duluan, itu mengakitbatkan kerusakan bagian otaknya. Akan
sangat sulit bagi adikmu untuk sadar kembali. Semoga ada muzizat yang datang
padanya.”katanya seraya menepuk pundakku dan meninggalkanku terpaku mendengar
perkataannya tadi.
*falsh
back end*
Miuji
datang dan memberikan sekaleng orange jus padaku, aku menerimanya tak semangat.
“semangatlah sobat, adikmu tidak akan senang melihatmu seperti ini.”katanya
menghiburku. “kenapa harus dia?apa sebenarnya yang terjadi padanya, tadi pagi
ia masih baik-baik saja. Tak ada ekspresi yang aneh di wajahnya!” kataku sedih,
tiba-tiba Miuji memberiku sebuah hp yang aku tahu bahwa itu hp milik Akemi.
“aku mengambilnya saat hendak pergi.”katanya. aku menerimanya dan memasukkannya
ke dalam saku kemeja sekolah, “terimakasih.” Kataku kemudian.
“besok
kau harus sekolah! kau masih berhutang pertandingan pada gadis dingin itu
kan?kau meninggalkannya begitu saja.”cecar temanku mencari alasan. “aku tak
bisa meninggalkannya sendirian.”kataku sambil memandang Akemi. “biar kami yang
menjaganya. Kau harus tetap sekolah, biar bibi yang menjaganya.” Kata bibi yang
tiba-tiba saja datang bersama dengan paman. “kami ikut prihatin Riu.” Kata
paman seraya memegang pundakku.
#Yui#
Hari
yang cerah dan udara yang segar membuatku semakin semangat untuk sekolah. Di
luar rumah sudah ada sebuah mobil yang siap mengantarku untuk pergi sekolah,
aku berharap di sini ada ibu dan ayah yang mengantar ku pergi, tapi mereka
lebih mementingkan pekerjaan mereka. Aku menaiki mobil itu dan berangkat menuju
ke sekolah. Sesampainya di depan pintu gerbang sekolah, aku melihat sahabat
baruku “Rea”.Buru-buru aku menghampirinya, “Reaaaa” kataku menyapa
sambil melambaikan tangan, aku berlari sekuat mungkin hingga berada di
sampingnya.
“bagaimana
dengan tanganmu?apa sudah baikan?”tanyaku khawatir. “sudah” jawabnya singkat.
Ia sama sekali tidak berubah, ia masih tetap dingin dan tidak peduli dengan
sekitarnya, namun aku sudah mulai terbiasa dengan sikapnya itu, aku tersenyum
melihatnya mengacuhkanku. Sesaat aku merasa Rea sedang memandangiku dengan
tatapan aneh, “kenapa?” tanyaku. “ kau yang kenapa?senyum-senyum sendiri
seperti orang gila.” Katanya datar. “aku sedang menertawakan sikapmu yang
selalu cuek.” Kataku tersenyum kembali, dia hanya memandangku seperti aku
adalah orang yang aneh.
Dan
aku baru menyadari “Rea, kau sudah mulai menerimaku. Iya kan?iya kan? Hua
senangnya?>.<” Tanyaku dengan semangat sambil memegang bahu Rea, namun
dia hanya memandangku tak peduli seperti biasa. Diapun melanjutkan jalannya
menuju lokernya, dan tiba-tiba boneka beruang rusak yang penuh dengan darah
ayam*sepertinya* jatuh dari lokernya. Aku dan murid lain yang ada
disekitar terkejut melihatnya namun, Rea
hanya melihatnya dengan ekspresi datar. Sejenak aku berpikir “apa dia robot?”.
“lihat
ada kertas tertulis yang menempel.”kataku sambil menunjuk arah kertas yang
menempel. Langsung saja aku mengambilnya dan membacanya “kau orang yang aneh yang tak berguna. Jangan cari perhatian orang
dengan sikap sok misterius itu lagi!” kataku selesai membaca. “astaga hanya
orang sirik rupanya”kataku dalam hati. Setelah mengambil barang yang ia
perlukan, Rea menutup loker dan berjalan seperti biasa, seakan tidak ada
kejadian apapun. “kau tidak marah?kau tidak takut dengan ancaman ini?”tanyaku
cepat padanya. “aku sudah terbiasa dengan hal itu.”katanya santai. Dari
kata-katanya itu aku sadar, dia adalah orang yang sangat malang.
#Rea#
Setelah
insiden boneka rusak itu, semua murid bergosip mengenaiku. Aku tidak peduli
dengan hal itu , aku pergi ke atap sekolah untuk mencari udara segar tentu saja
tanpa sepengetahuan Yui. Aku duduk menyender dengan tembok dengan santai dan
memandang langit, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka dan orang yang
terlihat dimataku adalah pria menyebalkan itu. Setelah beberapa detik aku
memandangnya, aku alihkan pandanganku ke langit kembali seolah kebaradaanya
tidak ada.
“kau
disini juga…”katanya, ia terdiam sejenak seakan berpikir sesuatu “…Rea?”
lanjutnya kembali. “ingatan ku buruk, maaf!”katanya kembali, ia kemudian
memilih duduk disampingku. “kemarin itu” katak kami berbarengan, kami terdiam
sejenak, “kau duluan!” katanya memecah keheningan. “kau mengenal gadis yang
jatuh kemarin?”tanyaku. “dia adikku”katanya singkat dan suaranya terdengar
berat didengar. “soal pertandingan kemarin, aku minta maaf. Kita lanjutkan lain
kali saja bagaimana?”lanjutnya dengan nada sedikit lebih semangat. “iya”
jawabku singkat.
Sejenak
keheningan terasa, namun pria itu memecahnya dengan berkata “oh ya, kita belum
sempat berkenalan bukan? Aku Murakawa
Riu. Panggil Riu saja, terdengar leih akrab.” Katanya dengan riang. “aku
Kazetani Rea” balasku dan keheningan terasa kembali, kami berdua bersama-sama
menatap langit.
Bel
pulang berbunyi, aku dan Yui berjalan berbarengan kembali, saat itu sekolah
sudah mulai sepi. Saat di depan gerbang sekolah, kami melihat ada 2 orang
dewasa yang mencurigakan dengan memakai pakaian serba hitam. Yui yang
sepertinya ketakutan memegang tanganku. Kami berhenti berjalan saat 2 orang itu
mendekati kami “siapa kalian?”tanyaku tanpa rasa takut. Mereka hanya terdiam
dan memegang tangan Yui dan memaksanya mengikuti mereka. Sontak aku mencegat
mereka dengan memegang tangan Yui yang satu lagi, “kalian mau bawa kemana dia?”
Tanyaku dengan nada lebih tinggi. Mereka hanya terdiam dan mendorongku hingga
jatuh dan membawa Yui dengan paksa, “Rea, tolong aku Rea” kata Yui memberontak.
“sial, apa yang harus aku lakukan?”kataku dalam hati, tanpa berpikir panjang
aku melempar mereka dan sepatuku dan berlari mengejar mereka. Aku mengeluarkan
jurus karate, yang sempat aku pelajari, aku menendang salah satu dari
mereka dan menarik kemejanya
bersiap-saip untuk memukulnya. Namun pria itu melawan dengan menyegel tanganku
kebelakang dan menendangku, mengakibatkan aku tersungkur jatuh. Merekapun
memanfaatkan waktu itu untuk membawa Yui pergi masuk ke mobil, aku hanya
mendengar suara Yui yang memanggil namaku dan meminta untuk dilepaskan dengan
ekspresi ketakutan “Rea Rea, lepaskan aku…..Reaaa.” Aku hanya bisa melihatnya
di bawa pergi dengan menahan sakit di tangan serta punggungku. “apa yang harus
ku lakukan?”
~To Be
Continue~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar