Label

Selasa, 28 Agustus 2012

I'm not Alone #Episode 1#



#rea#
Dihari yang gelap dan rintik-rintik hujan jatuh ke bumi, aku berlari mengejar sesosok wanita separuh baya yang mulai menjauh dariku “ibuu mau pergi kemana?ibu… jangan pergi, bawa aku ikut pergi bersamamu” aku hanya melihat ibuku pergi menjauh dariku, tak sekalipun ia menoleh kebelakang, sampai akhirnya aku terjatuh dan tidak bisa mengejarnya lagi. “aku mohon bu jangan tinggalkan aku sendiri…Ibuuuuuu” aku terbangun dari mimpi burukku, dengan nafas tersengal-sengal seakan aku sedang berlari maraton, aku terpaku diam dan menyembunyikan kepalaku di bawah  lututku. “mimpi ini lagi” kataku dalam hati.

Hari yang cukup cerah namun tak secerah hatiku. Yahh… selama 3 tahun terakhir tak sekalipun aku pernah tertawa, hari demi hari yang aku jalani hanya hari yang membosankan. Walau hari ini hari peratama menjadi siswi SMA,tak ada perasaan yang membuatku merasa bergairah seperti siswa-siswi yang lainnya. Terkadang muncul suatu pikiran untuk menyerah namun aku batalkan karena aku tidak boleh mati, sebab ada suatu misteri yang harus kupecahkan namun sampai sekarang tak satupun petunjuk yang aku dapatkan.

X 7 adalah kelasku,hari pertama sekolah tak ada satupun guru yang masuk. Seakan menjelaskan bahwa mereka sengaja memberi kesempatan para murid untuk saling berkenalan. Namun tak ada yang menarik dari acara pengenalan itu, karena aku memang tidak membutuhkan siapapun. aku terdiam di bangku pojok belakang yang dekat dengan jendela, menikmati kesunyian dalam diriku. Namun kenikmatan itu lenyap, saat seseorang gadis menghampiriku dan menyapaku. “ salam kenal aku yui, senang berteman denganmu, mari kita berteman?” Tawar-nya dengan senyum yang lebar dan tangan yang mengadah kepadaku untuk mengajak berkenalan.

Sejenak aku terdiam dan menjawab pertanyaan namun tanpa membalas jabatan tangannya, “aku Rea” jawabku dengan ketus dan kembali menatap kearah jendela. Walau aku melihat kearah yang berbeda dari posisi gadis itu, aku tahu bahwa sikapnya mengatakan bahwa ia kecewa dengan sikapku  dan ia pun meninggalkanku sendiri dengan kesunyian.


#yui#
“ gadis itu kenapa? Apa ada sesuatu yang buruk menimpanya” tanyaku dalam hati dan mengarahkan tatapanku kearah gadis yang bernama Rea. Konsentrasiku buyar saat ada 2 orang gadis yang menghampiriku dan salah satu gadis yang aku kenal dengan nama suko mengatakan “sikapnya memang seperti itu, kami satu SMP dengannya. Tak sekalipun aku melihatnya bersosialisasi dengan murid lainnya” kata gadis itu dengan serius. “apa ada sesuatu yang buruk terjadi padanya?”tanyaku penasaran. “kami tidak tau pasti, yang kami tahu, dia tinggal sendiri tanpa sanak saudara, lebih baik jangan terlalu dekat dengannya, takutnya dia anak yang bermasalah. Lebih baik mencari aman kan? Kata gadis satu lagi, yang setauku namanya adalah Rin . “kami pergi dulu ya, sampai jumpa” kata gadis itu serempak dan pergi meninggalkan ruangan kelas.

“bukan seperti itu sikap seorang teman. Bukan menjauhi orang itu,namun mendekati dan meraih kepercayaannya.” Kataku dalam hati. Aku bertekad akan menjadikannya temanku dan merubahnya menjadi lebih baik. Aku kembali menemuinya dan duduk di bangku yang terletak dihadapannya. “ aku akan menjadi temanmu, aku akan berusaha karenanya” kataku optimis. Sejenak yang kulihat hanya raut wajah yang tidak peduli dari gadis itu, sesaat kami saling bertatapan, dan gadis itupun membalas perkataanku, “dulu juga ada seseorang sepertimu, sangat ingin berteman dengan orang yang tidak memiliki hati sepertiku. Kau tahu berapa hari ia bertahan dengan sikapku?” tanyanya dengan ekspresi datar. aku hanya terdiam mencerna perkataanya, sampai ia melanjutkan perkataannya “5 hari. Orang itu hanya bertahan 5 hari. Setelah itu ia pergi dan tak pernah muncul dihapanku lagi.” Katanya dengan nada sinis.

“aku adalah aku. aku bukanlah orang itu. Aku tidak akan meninggalkan temanku dalam kesusahan” kataku dengan tegas.”benarkah? sungguh kata-kata yang naïf! baiklah kita buktikan berapa hari kau tahan dengan sikapku?!” Jawabnya dengan menantang. “ Rea, pertemanan bukanlah sebuah taruhan, pertemanan adalah….” Belum aku sempat melanjutkan kata-kataku, Rea sudah berdiri dari tempat duduknya, dan pergi meninggalkanku.

“bukan karna aku tidak memiliki teman maka aku berteman denganmu, bukan karena kamu pilihan terakhir untuk menjadi temanku aku bersikap seperti ini. Tapi karna aku memang ingin berteman dengan mu, Rea.” Kataku sambil berusaha menyamakan langkahku denganya. Saat aku selesai bicara, ia berhenti dan terdiam, akupun ikut berhenti dimana saat itu posisiku hanya berada 2 langkah darinya. “aku benar-benar tulus ingin menjadi temanmu” kataku lagi. ia berbalik dan kami saling berhadapan “kalau begitu, sebutkan 1 alasan mengapa kau ingin berteman denganku?” tanyanya dengan nada sedikit menaik namun masih bisa menahan emosi. Aku terdiam sejenak dan menatapnya “apakah butuh alasan untuk berteman dengan seseorang?”tanyaku dengan nada rendah. “ haha,kau tahu?! Orang seperti dirimulah yang buat aku sangat muak. Memberi harapan pada seseorang, namun belum pasti bisa memenuhi janjinya.” Katanya dingin, namun tiba-tiba Rea bergerak menuju arahku dan memulukku, sungguh aku sangat terkejut dengan kelakuan gadis itu. “jangan pernah berjanji, jika kau tidak bisa menepatinya, Yui.” Setelah ia berkata seperti itu ia pergi meninggalkanku diam terpaku di posisiku saat itu.


 #Rea#
“gadis itu benar-benar menyebalkan” kesalku dalam hati. Aku terus berjalan tanpa tujuan, yang pasti aku benar-benar tidak ingin melihat gadis itu. *brukkk*. Aku terjatuh ke lantai,sesaat kudengar seorang pria bertanya padaku “ma….maaf, kau baik-baik saja kan?”tanyanya sedikit khawatir dan memberikan tangannya kehadapanku sebagai tanda ingin membantuku untuk berdiri. Aku melihat pria itu dan menatapnya dengan tajam dan aku lebih memilih untuk tidak meladeninya. Aku mengabaikan bantuannya dan pergi menjauh darinya. “2 sambutan tangan dalam 1 hari?! Ciihh… menyebalkan!” Kataku kesal.

Aku duduk dibawah pohon dan menyandarkan kepalaku di batang pohon yang besar itu. Melupakan apa yang baru saja terjadi padaku dan sekarang aku benar-benar ingin menikmati suasana ini. Sekejap aku teringat kembali dengan ibuku, aku ambil foto yang berada di sakuku dan memandanginya dengan tatapan rindu. “kau ada dimana sekarang?mungkinkah kau mencariku juga?aku benar-benar sangat lelah…”kataku yang nyaris tidak terdengar.dan akhirnya aku pun terlelap tidur di bawah pohon besar itu.


#Riu#
“uwaaaa….hei Miuji benarkah ini kau?” tanyaku sumringah sambil membongkar isi dompet sahabatku ini. Dia yang sedari tadi asyik mengotak-atik komputer kesayangannya, akhirnya menoleh kearahku dan dengan muka polosnya ia melihat foto yang aku genggam sedari tadi. “HAAAHHH? DARI MANA KAU DAPAT FOTO INI?” tanyanya dengan super duper kaget, sebelum ia sempat mengambil foto itu aku sudah mengambil ancang-ancang untuk kabur. “ HEI RIU KEMBALIKAN FOTO ITU. KALAU TIDAK AKAN KU BUNUH KAUUUU!!!” katanya dengan ekspresi siap membunuh dan langsung berlari mengejarku. “hahaha, aku baru tahu kau seimut ini sewaktu kecil!” ledekku dengan ekspresi minta ditonjok, dengan sekuat tenaga aku melarikan diri darinya, karna aku tahu sekali, jika aku tertangkap olehnya maka aku akan langsung berhadapan dengan raja neraka. Ok, mungkin ini terlalu berlebihan tapi seperti itulah kekuatan sahabat baikku ini. Walau begitu, itu tidak membuatku berhenti untuk menjailinya, entah berapa kali aku keluar masuk rumah sakit karena ditonjok olehnya.

Miuji terus mengejarku dengan tatapan tak lepas dariku. Aku seperti tikus yang akan dimangsa oleh seekor kucing. “hyaaaakkkkkhhh!!”aku mendengar suara Miuji yang sepertinya akan menendangku. Dan benar saja aku merasakan tendangan kaki yang sangat kuat di punggunggu, sehingga aku terpental jatuh kedepan dan *brruukkkk*. astaga aku tidak menyangka bukan hanya aku yang menjadi korban tendangan Miuji kali ini, tetapi ada seorang gadis yang ikut nimbruk jatuh bersamaku. Sambil menahan rasa sakit, aku bergegas berdiri mengambil posisi keren dan mengadahkan tanganku pada gadis itu, berniat membantunya berdiri, “ma….maaf, kau baik-baik saja kan?” tanyaku cengengesan. Tak disangka aku mendapatkan tatapan tajam dari gadis itu dan gadis itupun pergi meninggalkanku dengan tampang blo’on. “RIUUU, KEMBALIKAN FOTO ITU SEKARANGGG!!” kata miuji dengan ekspresi siap memutilasiku jika tidak mengembalikan fotonya. Langsung saja aku kembalikan fotonya dan berlari mengejar gadis itu “miuji, maaf… permainannya kita lanjutkan lain waktu, sampai jumpa” kataku dengan tampang serius, kali ini benar-benar serius.

Langkahku terhenti saat melihat gadis itu tertidur dengan nyaman di bawah pohon. Ekspresi mukanya yang seolah damai namun tersimpan rasa pahit di benaknya, membuatku tidak tega untuk membangunkannya. Aku menatapnya dengan sekejap dan berjanji akan meminta maaf lain waktu. Akupun meninggalkannya yang sedang terlelap tidur.

#yui#

“kemana perginya anak itu?apa dia marah dan tidak berniat kembali lagi?”tanyaku dalam hati. Belum ada 5 detik aku memikirkannya, dia sudah muncul dengan berpakaian olah raga. Akupun berlari menuju arahnya dan menyapanya “kau kemana saja dari tadi? Apa kau marah padaku?”tanyaku khawatir. “hanya beristirahat di bawah pohon” katanya dengan ekspresi datar. “ohh begitu, kali ini kita akan bermain volley, pak guru sedang ke ruang guru untuk melakukan sesuatu, jadi kita bisa bermain bersama, Rea” jelasku dengan senang. “Kau saja, aku tidak berminat” jawabnya cuek.

“Yui, ayo main bersama. Bukankah Rea tidak mau bermain denganmu?” kata Rin dengan tampang sedikit kesal dengan Rea. “Dia benar, pergilah!” kata Rea dengan polosnya. Aku hanya bernafas pasrah dan ikut bermain dengan Rin dan lainnya. Dari kejauhan aku melihatnya hanya duduk dan tatapan yang memandang kami namun entah pikirannya berada dimana.

Kami pun mulai permainan, diawali dengan aku yang mukul bola dan ditangkis oleh suko, dan mengarahkannya ke temannya, yaitu Rin. Rin siap-siap menyerang ia memukul dengan keras namun masih bisa diambil oleh yumi teman 1 grupku, namun arah bolanya mengarah ke belakang ke tempat Rea sekarang duduk. *bughhh* bola itu mengelinding kearah tembok, tak ku sangka walaupun Rea sedang bengong, ia masih waspada dengan sekelilingnya. Ia menangkis bola sekuat itu dengan 1 tangan. kami semua benar-benar dibuat terkejut olehnya.

“kalau main yang bener” katanya. “maaf Rea, aku tidak sengaja” kata Yumi dengan tampang bersalah. “kau baik-baik saja, seharusnya tanganmu sakit menerima pukulan yang cukup keras tadi?” tanyaku sambil menghampirinya. Bola yang tadinya terpental kearah tembok, tiba-tiba kembali kearah kami. aku mencari sumber arah datangnya dan menemukan 2 pria yang sedang berdiri dengan tampang sok keren, tapi memang keren sih….

“aku tak menyangka kau gadis yang perkasa” kata pria berambut hitam pendek itu. Kami semua memandang kedua pria itu dengan terpukau, tentu saja kecuali Rea. Aku tersadar dari lamunan dan beralih pada Rea lagi, namun ia sudah duluan pergi, aku ingin menyusulnya namun aku berhenti saat pria berambut hitam itu memegang tangan Rea dan meneliti tangan yang terluka akibat bola tadi. “ini pasti sakit kan? Kau bisa meminta bantuanku sebagai seorang cowok” tawarnya dengan tampang sok.

“ini tidak sakit. Dan aku ga perlu bantuan dari seorang cowok sepertimu!” jawab Rea dengan tatapan tak kalah sok. “Aku rasa mereka mempunya sifat yang mirip” kataku dalam hati. “kalau begitu bagaimana kalau kita bertanding?lagi pula urusan kita tadi belum selesai kan?” kata pria itu. “ada urusan apa Rea dengan pria itu?”Tanya batinku penasaran. “aku tidak tertarik” jawab Rea. “kau takut ya?tenang aja one by one kok!”tantang pria sok itu.”Riu, dia itu perempuan,apa kau serius bertanding melawannya?lagi pula dia terluka. Kau bisa dianggap pengecut kalau melawan dia” kata pria yang satunya lagi. “kau yang memaksa!” kata Rea tiba-tiba. Gila ga bisa, dengan kondisinya seperti itu bagaimana bisa…

“ga bisa…. Ga bisaa…lihat dong tangan Rea kan terluka. Ga adil tuh namanya!” tentangku keras. “yui, ini bukan urusanmu! Lagi pula aku juga ingin kasi pelajaran pada pria yang sok ini!” katanya penuh percaya diri. “oh ya?” ejek pria itu….

Pertandingan antara dua orang sok itupun tak terelakkan lagi, aku hanya bisa berdoa agar luka Rea tidak bertambah parah….

~to be continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar