Label

Rabu, 05 September 2012

I'm Not Alone #episode 4#



#Riu#

Hari ini hari yang hebat sekaligus melelahkan, aku berhasil menyelamatkan 2 orang gadis dari para penculik profesional *menurutku* dan sekarang kedua gadis itu berada di depan mataku. Rea gadis yang aku kenal dingin dan tak peduli pada orang lain ternyata memiliki perasaan hangat juga. Mungkin, pada orang yang ia anggap berharga, ia tak akan segan-segan untuk menjaga dan melindungi. Mungkin saat ini, Yui adalah orang pertama yang berhasil masuk dalam hati Rea, entah kenapa aku juga ingin masuk dalah kehidupan gadis itu.

Aku mendekati yui yang telah sadar, “aku Riu dan ini temanku Miuji, kau baik-baik saja kan Yui?” Tanyaku khawatir dan memperlihatkan senyumku yang menawan *narsis tingkat langit*. “iya aku baik-baik saja” jawabnya malu-malu, aku tau semua wanita tidak akan tahan dengan senyumanku *narsis tingkat tak berujung* kringg….kringg….tiba-tiba terdengar suara deringan hpku, aku melihatnya sebentar, ternyata bibilah yang menelpon. “halo bi, ada apa?”tanyaku dengan santai, “Riu, gawatt akemi..akemi menghilang”katanya dari ujung telephone dengan nada khawatir dan takut. Kabar itu membuat aku hanya bisa berkata dengan lemah “akemi hilang?” tentu dengan ekspresi tak percaya dan takut juga. Segera aku pergi menuju Rumah Sakit, tanpa berpamitan pada temanku terlebih dahulu.

Sesampainya aku dirumah sakit aku berlari menuju kamar tempat adikku dirawat, aku sadar Miuji, Rea dan Yui mengikuti dari belakang, namun aku tak sempat untuk menoleh kearah mereka. Sesampainya dikamar, aku melihat bibiku duduk disamping ranjang sambil menagis. “bibi, bagaimana bisa akemi?”tanyaku masih tak percaya ranjang yang biasanya ditempati  akemi sudah kosong. Setelah bibi sadar akan kedatanganku, ia menghampiriku dan memelukku, ia berkata “maafkan bibi Riu, bibi tak becus menjaga akemi, maafkan bibi”katanya sambil menangis. Perlahan aku menenangkan pikiranku dan mencoba melepaskan pelukan bibi, “tenanglah bi, sekarang ceritakan apa yang terjadi”pintaku dengan nada lebih tenang dari pada yang tadi.

*flashback*
Bibi Riu duduk disamping akemi yang sedang tertidur, tiba-tiba datanglah seorang dokter yang mengajak bibi Riu untuk bicara mengenai akemi, “anda adalah wali dari Murakawa Akemi?”Tanya dokter itu pada bibi, “benar saya adalah bibinya”jawab bibi Riu. “kalau begitu bisakah kita berbicara sebentar diruanganku?? Ah, anda belum mengenal saya bukan? saya adalah dokter Akashima Renji selama beberapa hari ini dokter honjo akan sibuk menjalankan tugas dadakan, jadi aku diminta untuk menggantikannya merawat akemi?”jelas dokter itu dengan santai. “jadi begitu, kalau begitu baiklah.”jawab bibiku dengan setengah terpaksa, sebelum ia mengikuti dokter itu ia melihat akemi sekali lagi dan akhirnya pergi.

“kami mendapat kabar, bahwa di Amerika ada seseorang dokter yang sangat ahli dalam menangani masalah penyakit yang akemi derita. Jika wali pasien setuju, kami ingin merekomendasikan akemi untuk dirawat di Amerika”jelas dokter itu dengan serius. “apakah keadaan akemi akan menjadi lebih baik,dok?”Tanya bibi penuh harap “mungkin saja, namun tak dapat dipungkiri, alat-alat disana lebih canggih dan lengkap dari pada disini. Bagaimana?apa anda setuju?”Tanya dokter itu sekali lagi. “baiklah, jika itu yang terbaik bagi akemi, saya setuju.”jawab bibi yakin. Setelah selesai berbicara, ia kembali ke kamar namun akemi sudah tidak berada di sana lagi.
*flashback end*

“apa dia sudah sadar lalu sekarang dia berjalan-jalan di rumah sakit seperti orang ling lung?”tebak miuji asal, “itu tidak mungkin. Bibi sudah bertanya pada semua penjaga, namun tak ada satupun yang melihat akemi keluar”jawab bibi dengan lemas. “mungkinkah dia diculik?”kata Rea tiba-tiba, entah dari kapan dia berada disana, karena dari tadi aku hanya merasakan hawa bibi, miuji dan yui yang berada disini.”oh Rea, kau dari mana saja?”Tanya Yui pada Rea namun gadis itu hanya membalas tersenyum tipis pada yui, “tak ada satupun petunjuk mengenai itu.” kataku fustasi, “tidak!Ada! Ada petunjuk”katanya tiba-tiba mengagetkan kami lalu mengeluarkan sebuah benda dari sakunya dan itu adalah sebuah bros berlambangkan matahari dan bulan yang menyatu.

“ini aku temukan saat Yui diculik dan penculik itu meninggalkan ini. saat hendak ke sini aku bertabrakan dengan seseorang dan tak sengaja melihat ia memakai cincin dengan lambang yang sama. Aku sudah mengejarnya sampai keluar RS, namun aku tak menemukannya.”jelas Rea panjang lebar yang membuat kami tak percaya. “jadi, orang yang menculik akemi adalah orang-orang yang menculik ku? Oh ya, pantas saja pria menyeramkan itu tersenyum seakan mendapat undian besar.”sambung Yui. “pria menyeramkan?tersenyum?”kata miuji mengulang. “iya, saat kalian semua sedang asyik bertarung dengan pria-pria bertubuh besar itu, aku memperhatikan pria menyeramkan itu menerima telephone dari seseorang dan tersenyum lebar.”jelas Yui memberi penjelasan. “jadi begitu, saat itu akemi pasti sudah berada ditangan mereka.”sambung miuji memperjelas. “masalahnya bagaimana cara menemukan akemi?”Tanyaku mengakhiri analisa kami.

#Miuji#

Masalah ini begitu rumit, setelah berhasil menyelamatkan 2 gadis yang statusnya baru aku kenal sekarang, adik dari sahabat terbaikku hilang, mungkin diculik. “lebih baik kita menenangkan pikiran kita dengan istirahat dirumah masing-masing. Kasus ini tidak bisa dipecahkan jika pikiran kita kacau begini.”kataku memberi pendapat. “aku tidak bisa istirahat saat akemi mungkin dalam bahaya.”kata teman baikku itu. “Miuji benar. Kau jangan keras kepala Riu.”kata gadis dingin itu tiba-tiba. Yah… walau aku tau namanya adalah rea, aku lebih suka memanggilnya dengan nama ‘gadis dingin’.

“baik, ayo kita pulang. Riu, kau antar bibi pulang, biarkan beliau istirahat, berhentilah bersikap keras kepala.”kataku memerintah “dan kalian berdua akan ku antar pulang” kataku pada kedua gadis itu. “tidak usah. Kau antar Yui saja, aku bisa pulang sendiri.” kata gadis dingin itu dan dia pun pulang tanpa berpamit, tidak sopan.

Di perjalanan aku dan Yui hanya saling diam tanpa berbicara, “tadi itu terimakasih sudah menyelamatkanku.”kata gadis itu memulai pembicaraan. “oh, itu. Ya sama-sama.” Kataku senang. “yang mereka inginkan bukan aku, Rea maupun Riu. Kita hanya sebagai umpan. Yang mereka inginkan adalah Akemi. Tapi kenapa?apa yang mereka inginkan dari gadis itu?”kata gadis itu ingin tau, aku menyimaknya dan ikut berpikir juga. “aku sudah mengenal akemi selama 6 tahun. Dia adalah gadis yang periang dan cerewet, semua orang yang berada didekatnya pasti akan merasa nyaman di dekatnya. Tak ada satupun dari kami yang menyangka bahwa akemi berniat akan bunuh diri.”ceritaku panjang lebar. “begitukah?akemi sepertinya gadis yang baik.”katanya sedikit sedih.setelah pembicaraan singkat itu, kami terdiam lagi, entah memikirkan kasus ini maupun memikirkan yang lainnya.

“miuji”kata Yui tiba-tiba hingga menghentikan langkahnya, akupun ikut menghentikan langkah ku “ada apa?”tanyaku kaget. “mungkinkah akemi bukan berniat bunuh diri, tapi dia dibunuh?” katanya tiba-tiba, itu membuatku kaget dan berpikir. “aku rasa itu tidak mungkin. Tak ada satupun orang yang berada dengannya saat itu.”kataku memberi penjelasan dan tiba-tiba terlintas dalam pikiranku “atau mungkinkah,dia tidak ingin bunuh diri tapi ada seseorang yang menyuruhnya untuk melakukan itu.”kataku dengan rasa sedikit ngeri. Kami terpaku mengetahuinya “hmmmm lebih baik kita bicarakan ini besok saja,ayo pulang” ajakku dan kamipun melanjutkan perjalanan pulang.

#Riu#
Sesampainya kami dirumah, aku membawa bibiku ke kamarnya untuk istirahat “istirahatlah bi, biar Riu saja yang mencari akemi, Riu yakin dia pasti baik-baik saja.”kataku tegar namun sedikit ragu dengan kataku barusan. Setelah dapat meyakinkan bibi, aku masuk ke dalam kamarku. Aku berbaring di ranjang melepas penat, namun tak sekalipun pikiranku luput tentang hilangnya akemi. Aku menoleh arah jendela dan tak jauh dari jendela terletak meja belajarku, dimana tempat aku menaruh hp akemi, aku melihat hpnya dan mengambilnya.

Aku berfikir sebentar “mungkin saja aku bisa menemukan petunjuk”kataku dalam hati. Aku membuka semua aplikasi satu-persatu mulai dari sms yang masuk namun tak ada atupun sms yang mencurigakan, hanya ada no. yang tidak dikenal menelponnya sekali dan saat itu hampir bertepatan dengan waktu kejadian. “siapa yang menelponnya?”kataku dalam hari, kembali aku mengotak-atik dan berakhir di sebuah memo yang bertuliskan ‘Raja dan Ratu yang melakukannya, dibawah bulan purnama yang indah ia menyimpan rahasia yang besar. Mereka tak tau, banyak yang menyaksikannya namun saat mereka mengetahuinya semuanya akan berakhir’. “apa maksudnya ini?Raja dan Ratu? Dan rahasia apa?”tanyaku dalam hati semua teka-teki ini sungguh membuat otakku ingin pecah, aku putuskan untuk melanjutkannya besok.

Esoknya, aku, miuji, Yui dan Rea berkumpul di atap sekolah untuk membicarakan kasus ini. “saat perjalanan pulang kemarin, aku dan Yui sempat membicarakan mengenai kasus bunuh diri akemi.”kata Miuji memulai rapat, “dan kami mendapatkan bahwa akemi bukan berniat untuk bunuh diri namun, ada seseorang yang memaksanya melakukan itu.”sambung Yui. “Riu, kau taukan sifat akemi yang cerewet. Gadis seperti dia tidak mungkin melakukan itu.aku yakin.”kata miuji dengan penuh keyakinan. “masalahnya apa yang membuat seseorang rela mengorbankan nyawanya?”Tanya yui bingung. “sesuatu yang berharga baginya. Sesuatu yang harus dia lindungi walaupun mengorbankan nyawanya.”kata Rea tiba-tiba namun dengan tatapan kosong.

Aku terdiam mencerna kata-kata temanku itu, “kemarin saat aku mengotak-atik hp akemi aku menemukan sebuah memo yang berisi tulisan yang aneh.”kataku dan langsung membuka aplikasi memo itu. Akupun membacanya dengan pelan berharap mereka mengerti makna dari kata tersebut ‘Raja dan Ratu yang melakukannya, dibawah bulan purnama yang indah ia menyimpan rahasia yang besar. Mereka tak tau, banyak yang menyaksikannya namun saat mereka mengetahuinya semuanya akan berakhir’ kataku mengakhiri.

Kami semua terdiam dan beripikir maksud dari kata-kata itu. “Raja dan Ratu”kata Rea pelan-pelan “Raja matahari, Ratu bulan. Matahari dan Bulan.”katanya pelan dan mengagetkan kami. “mereka menyimpan rahasia besar, rahasia yang tidak boleh satu orang pun mengetahuinya.”kata Yui , “dan akemi mengetahui rahasia besar mereka.”lanjut miuji. “karna itu mereka ingin membunuh akemi.”kataku dengan sedikit tertawa tak percaya. Aku terdiam senjenak dan terlintas kejadian kecelakaan ayah dan ibuku, “ayah dan ibuku kecelakaan saat bulan purnama. Mungkinkah itu semua hanya rekayasa juga?”Tanyaku lebih tak percaya. “kalau benar. Mereka mungkin sudah mengincar keluargamu dari dulu.” Kata rea menyimpulkan. “dan hanya aku saja yang tidak mengetahuinya.”kataku pelan. “ayo kita kerumah kosong kemarin.” Ajak miuji seperti pemimpin “itu lebih baik dari pada hanya diam disini. Karena mungkin sekarang akemi dalam bahaya.”katanya khawatir, begitu pula kami.


#Rea#

Setelah kami selesai berdiskusi dan sepakat untuk pergi ke rumah kosong kemarin, kamipun tak buang-buang waktu untuk pergi. Aku tak menyangka, aku yang selama ini berfikir tak akan pernah bicara dan bergaul dengan orang lain,sekarang sedang bersama-sama menyelamatkan seseorang. namun bukan saatnya aku bersikap egois, aku juga tak bisa diam saat mengetahui ada nyawa yang dalam bahaya dan tak dapat dipungkiri juga, aku terlibat dalam hal itu.

Setelah sampai di rumah kosong itu, kami berpencar untuk mencari sebuah petunjuk *itupun kalau ada* dan akhirnya tak ada satupun petunjuk yang kami dapatkan. Kami berkumpul di ruangan dimana kemarin Yui disekap. “tak ada satupun petunjuk tentang lokasi mereka.”kata Riu putus asa sambil memukul meja didekatnya. “tenanglah Riu”kata Miuji mencoba menghibur “bagaimana aku bisa tenang. Adikku satu-satunya yang seharusnya ada di rumah sakit sekarang malah ada di tangan orang-orang yang ingin membunuhnya.”kata Riu sedikit berteriak. Kami tak bisa berkata apapun karena itu adalah benar, tak dapat kami kelak, sekarang kami semua dalam rasa khawatir dan kebingungan.

“setelah mereka memanipulasi kematian ayah dan ibu serta sekarang mereka ingin membunuh adikku. Mereka tak akan ku maafkan.”katanya dengan ekspresi siap membantai orang didekatnya. Aku menatapnya dengan rasa iba, sejenak aku mengingat masa kecilku yang bahagia bersama ayah dan ibu, sebelum mereka meninggalkanku sendirian.

*flash back*
Di suatu hari yang sangat cerah aku yang masih berumur 10 tahun sedang duduk-duduk di pinggir halaman sambil melihat gambar-gambar rumah yang indah. Kemudian tiba-tiba ayah memelukku dari belakang sehingga mengagetkanku. “kyaaa”jeritku terkaget, “”anak ayah yang cantik sedang melihat apa?”katanya merayuku. “hihi, Rea sedang melihat rumah yang saaangggattt indah ayah.”kataku tersenyum gembira. “buku itu bisa sobek kalau setiap hari kau melihatnya.”kata ibuku membawakan minuman dan cemilan untuk kami.

“hmmm…ayah, ibu, Rea ingin tinggal disini.”kataku menunjukkan sebuah gambar Rumah yang indah, dengan pohon-pohon yang rindang serta jarak rumah yang dekat dengan pantai. “jika Rea tinggal disini, Rea akan setiap hari berenang di pantai.”kataku tersenyum sangat gembira. “benarkah?kalau Rea suka, Ayah akan membelikannya untuk Rea.”kata ayah dengan tersenyum hangat. “Benarkah?”kataku tak percaya “untuk bidadari kami yang cantik ini, semua akan kami berikan.”kata ibu sambil mencubit kedua pipiku dengan gemas. “hahaha…lagi pula yah, bu…Rumah ini sangat sempurna. Pagi hari Rea bisa berenang sepuasnya, sore hari ibu bisa melihat pemandangan yang ibu sukai yaitu matahari terbenam dan pada malam harinya ayah bisa melihat sinar bulan yang terang seperti yang ayah lakukan disini. lagi pula, bukankah ayah selalu mengeluh setiap ayah tak bisa melihat bulan dengan jelas?” jelasku panjang seperti guru menjelaskan pada muridnya. “hahaha, anak ini pintar sekali merayu. Siapa yang mengajarimu?”kata ayah sambil memelukku penuh kasih sayang. “tentu saja ibu.”kataku sambil menjulurkan lidah kearah ibu. “apa?kapan ibu mengajarinya?dasar anak nakal.”katanya mengomeli seraya tertawa. Saat itu hari yang indah dan hangat, sehangat kasih sayang mereka kepadaku. Namun itu hanyalah masa lalu.
*flashback end*

Aku tersenyum pahit mengingat masa lampau itu, namun tiba-tiba terlintas dipikiranku mengenai matahari dan bulan. “matahari…Bulan….Ibu…ayah…”kataku pelan sambil berfikir “mungkinkah?”kataku dalam hati tak percaya akan apa yang aku fikirkan, bagaimana aku bisa berfikir bahwa salah satu dari mereka atau mungkin mereka semua ada dibalik ini semua. “foto itu.”kataku dalam hati segera mengambil sobekan foto rumah idaman kami yang setiap hari aku bawa dan disimpan di dompet. Segera aku mengambil foto itu dan memperlihatkannya pada teman-teman.

“apa kalian tau, dimana lokasi foto ini?”kataku pada mereka tiba-tiba sehingga membuat mereka sedikit terkejut dengan tingkahku. “kenapa kau tiba-tiba bertanya itu Rea?”Tanya Yui kaget “jawab saja pertanyaanku apa kalian tau?”kataku memaksa dan tak menghiraukan pertanyaan Yui. “hmmm.. bukankah itu pantai barat.”kata miuji berfikir sejenak “ohh, itu lumayan dekat denga rumah pamanku.”lanjut miuji dengan wajah senang karena dapat mengetahuinya. “antar aku ke sana. Sekarang!”perintahku padanya. “apa?hei, bukan saatnya santai-santai. Kita harus menyelamatkan akemi.”katanya dengan ragu-ragu, “bukan itu. Mungkin saja, akemi ada di sana.”kataku pelan tak bertenaga dan membalikkan badanku agar tak terlilhat mereka. “ayo cepat!”printahku dan langsung saja pergi dari luar ruangan.

Kami pergi dengan menaiki taksi, aku berada di depan dan mereka bertiga dibelakang “bagaimana kau bisa tau akemi berada disana?”Tanya Riu padaku saat kami sedang diperjalanan. pikiranku hanya terfokus pada kenangan dan analisisku sehingga tak mendengarkan pertanyaan Riu, hingga ia menarik bahuku kebelakang sehingga membuatku menoleh kearah mereka. “bagaimana kau bisa tau akemi berada disana?”katanya mengulang. Aku terdiam sejenak,aku menatap mata Riu dengan tajam tanpa berusaha mengelak “mungkin saja, orang yang aku kenal berada di balik semua ini.”kataku tegas. Kata-kataku tadi sontak membuat mereka kaget dan terdiam.

Sekitar 30menit perjalanan, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Aku melihat dengan seksama rumah itu dari luar. Percis seperti di foto dengan rumah yang berhadapan dengan pantai dan dikelilingi oleh pohon yang rindang. aku melihat alamat dari rumah itu dan terlihat gambar matahari dan bulan yang menyatu di atas alamat rumah itu yang menunjukkan, kami berhasil menemukan tempat persembunyiannya. Itu membuatku tak percaya, namun itu adalah kenyataan.

“wah wah…kalian berani sekali datang kemari. Kali ini kami tak mengundang kalian, kenapa kalian kesini?”kata seseorang pria dari arah belakang kami. suara itu cukup familiar di telinga kami, aku menoleh kearah sumber suara dan menemukan pria yang dulunya pernah menyekap Yui,sedang berdiri dengan santai dan memasang eskpresi senyum palsu.

~to be continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar