#Riu#
Hari ini hari yang hebat
sekaligus melelahkan, aku berhasil menyelamatkan 2 orang gadis dari para
penculik profesional *menurutku* dan sekarang kedua gadis itu berada di depan
mataku. Rea gadis yang aku kenal dingin dan tak peduli pada orang lain ternyata
memiliki perasaan hangat juga. Mungkin, pada orang yang ia anggap berharga, ia
tak akan segan-segan untuk menjaga dan melindungi. Mungkin saat ini, Yui adalah
orang pertama yang berhasil masuk dalam hati Rea, entah kenapa aku juga ingin
masuk dalah kehidupan gadis itu.
Aku mendekati yui yang telah
sadar, “aku Riu dan ini temanku Miuji, kau baik-baik saja kan Yui?” Tanyaku
khawatir dan memperlihatkan senyumku yang menawan *narsis tingkat langit*. “iya
aku baik-baik saja” jawabnya malu-malu, aku tau semua wanita tidak akan tahan
dengan senyumanku *narsis tingkat tak berujung* kringg….kringg….tiba-tiba terdengar
suara deringan hpku, aku melihatnya sebentar, ternyata bibilah yang menelpon.
“halo bi, ada apa?”tanyaku dengan santai, “Riu, gawatt akemi..akemi
menghilang”katanya dari ujung telephone dengan nada khawatir dan takut. Kabar
itu membuat aku hanya bisa berkata dengan lemah “akemi hilang?” tentu dengan
ekspresi tak percaya dan takut juga. Segera aku pergi menuju Rumah Sakit, tanpa
berpamitan pada temanku terlebih dahulu.
Sesampainya aku dirumah
sakit aku berlari menuju kamar tempat adikku dirawat, aku sadar Miuji, Rea dan
Yui mengikuti dari belakang, namun aku tak sempat untuk menoleh kearah mereka.
Sesampainya dikamar, aku melihat bibiku duduk disamping ranjang sambil menagis.
“bibi, bagaimana bisa akemi?”tanyaku masih tak percaya ranjang yang biasanya
ditempati akemi sudah kosong. Setelah
bibi sadar akan kedatanganku, ia menghampiriku dan memelukku, ia berkata
“maafkan bibi Riu, bibi tak becus menjaga akemi, maafkan bibi”katanya sambil
menangis. Perlahan aku menenangkan pikiranku dan mencoba melepaskan pelukan
bibi, “tenanglah bi, sekarang ceritakan apa yang terjadi”pintaku dengan nada
lebih tenang dari pada yang tadi.
*flashback*
Bibi Riu duduk disamping
akemi yang sedang tertidur, tiba-tiba datanglah seorang dokter yang mengajak
bibi Riu untuk bicara mengenai akemi, “anda adalah wali dari Murakawa
Akemi?”Tanya dokter itu pada bibi, “benar saya adalah bibinya”jawab bibi Riu.
“kalau begitu bisakah kita berbicara sebentar diruanganku?? Ah, anda belum
mengenal saya bukan? saya adalah dokter Akashima Renji selama beberapa hari ini
dokter honjo akan sibuk menjalankan tugas dadakan, jadi aku diminta untuk
menggantikannya merawat akemi?”jelas dokter itu dengan santai. “jadi begitu,
kalau begitu baiklah.”jawab bibiku dengan setengah terpaksa, sebelum ia
mengikuti dokter itu ia melihat akemi sekali lagi dan akhirnya pergi.
“kami mendapat kabar, bahwa
di Amerika ada seseorang dokter yang sangat ahli dalam menangani masalah
penyakit yang akemi derita. Jika wali pasien setuju, kami ingin
merekomendasikan akemi untuk dirawat di Amerika”jelas dokter itu dengan serius.
“apakah keadaan akemi akan menjadi lebih baik,dok?”Tanya bibi penuh harap
“mungkin saja, namun tak dapat dipungkiri, alat-alat disana lebih canggih dan
lengkap dari pada disini. Bagaimana?apa anda setuju?”Tanya dokter itu sekali
lagi. “baiklah, jika itu yang terbaik bagi akemi, saya setuju.”jawab bibi
yakin. Setelah selesai berbicara, ia kembali ke kamar namun akemi sudah tidak
berada di sana lagi.
*flashback end*
“apa dia sudah sadar lalu
sekarang dia berjalan-jalan di rumah sakit seperti orang ling lung?”tebak miuji
asal, “itu tidak mungkin. Bibi sudah bertanya pada semua penjaga, namun tak ada
satupun yang melihat akemi keluar”jawab bibi dengan lemas. “mungkinkah dia diculik?”kata
Rea tiba-tiba, entah dari kapan dia berada disana, karena dari tadi aku hanya
merasakan hawa bibi, miuji dan yui yang berada disini.”oh Rea, kau dari mana saja?”Tanya
Yui pada Rea namun gadis itu hanya membalas tersenyum tipis pada yui, “tak ada
satupun petunjuk mengenai itu.” kataku fustasi, “tidak!Ada! Ada
petunjuk”katanya tiba-tiba mengagetkan kami lalu mengeluarkan sebuah benda dari
sakunya dan itu adalah sebuah bros berlambangkan matahari dan bulan yang
menyatu.
“ini aku temukan saat Yui
diculik dan penculik itu meninggalkan ini. saat hendak ke sini aku bertabrakan
dengan seseorang dan tak sengaja melihat ia memakai cincin dengan lambang yang
sama. Aku sudah mengejarnya sampai keluar RS, namun aku tak menemukannya.”jelas
Rea panjang lebar yang membuat kami tak percaya. “jadi, orang yang menculik
akemi adalah orang-orang yang menculik ku? Oh ya, pantas saja pria menyeramkan
itu tersenyum seakan mendapat undian besar.”sambung Yui. “pria
menyeramkan?tersenyum?”kata miuji mengulang. “iya, saat kalian semua sedang
asyik bertarung dengan pria-pria bertubuh besar itu, aku memperhatikan pria
menyeramkan itu menerima telephone dari seseorang dan tersenyum lebar.”jelas
Yui memberi penjelasan. “jadi begitu, saat itu akemi pasti sudah berada
ditangan mereka.”sambung miuji memperjelas. “masalahnya bagaimana cara
menemukan akemi?”Tanyaku mengakhiri analisa kami.
#Miuji#
Masalah ini begitu rumit,
setelah berhasil menyelamatkan 2 gadis yang statusnya baru aku kenal sekarang,
adik dari sahabat terbaikku hilang, mungkin diculik. “lebih baik kita menenangkan
pikiran kita dengan istirahat dirumah masing-masing. Kasus ini tidak bisa
dipecahkan jika pikiran kita kacau begini.”kataku memberi pendapat. “aku tidak
bisa istirahat saat akemi mungkin dalam bahaya.”kata teman baikku itu. “Miuji
benar. Kau jangan keras kepala Riu.”kata gadis dingin itu tiba-tiba. Yah… walau
aku tau namanya adalah rea, aku lebih suka memanggilnya dengan nama ‘gadis
dingin’.
“baik, ayo kita pulang. Riu,
kau antar bibi pulang, biarkan beliau istirahat, berhentilah bersikap keras
kepala.”kataku memerintah “dan kalian berdua akan ku antar pulang” kataku pada
kedua gadis itu. “tidak usah. Kau antar Yui saja, aku bisa pulang sendiri.” kata
gadis dingin itu dan dia pun pulang tanpa berpamit, tidak sopan.
Di perjalanan aku dan Yui
hanya saling diam tanpa berbicara, “tadi itu terimakasih sudah
menyelamatkanku.”kata gadis itu memulai pembicaraan. “oh, itu. Ya sama-sama.”
Kataku senang. “yang mereka inginkan bukan aku, Rea maupun Riu. Kita hanya
sebagai umpan. Yang mereka inginkan adalah Akemi. Tapi kenapa?apa yang mereka
inginkan dari gadis itu?”kata gadis itu ingin tau, aku menyimaknya dan ikut
berpikir juga. “aku sudah mengenal akemi selama 6 tahun. Dia adalah gadis yang
periang dan cerewet, semua orang yang berada didekatnya pasti akan merasa
nyaman di dekatnya. Tak ada satupun dari kami yang menyangka bahwa akemi
berniat akan bunuh diri.”ceritaku panjang lebar. “begitukah?akemi sepertinya
gadis yang baik.”katanya sedikit sedih.setelah pembicaraan singkat itu, kami
terdiam lagi, entah memikirkan kasus ini maupun memikirkan yang lainnya.
“miuji”kata Yui tiba-tiba
hingga menghentikan langkahnya, akupun ikut menghentikan langkah ku “ada
apa?”tanyaku kaget. “mungkinkah akemi bukan berniat bunuh diri, tapi dia
dibunuh?” katanya tiba-tiba, itu membuatku kaget dan berpikir. “aku rasa itu
tidak mungkin. Tak ada satupun orang yang berada dengannya saat itu.”kataku memberi
penjelasan dan tiba-tiba terlintas dalam pikiranku “atau mungkinkah,dia tidak
ingin bunuh diri tapi ada seseorang yang menyuruhnya untuk melakukan
itu.”kataku dengan rasa sedikit ngeri. Kami terpaku mengetahuinya “hmmmm lebih
baik kita bicarakan ini besok saja,ayo pulang” ajakku dan kamipun melanjutkan
perjalanan pulang.
#Riu#
Sesampainya kami dirumah,
aku membawa bibiku ke kamarnya untuk istirahat “istirahatlah bi, biar Riu saja
yang mencari akemi, Riu yakin dia pasti baik-baik saja.”kataku tegar namun
sedikit ragu dengan kataku barusan. Setelah dapat meyakinkan bibi, aku masuk ke
dalam kamarku. Aku berbaring di ranjang melepas penat, namun tak sekalipun
pikiranku luput tentang hilangnya akemi. Aku menoleh arah jendela dan tak jauh
dari jendela terletak meja belajarku, dimana tempat aku menaruh hp akemi, aku
melihat hpnya dan mengambilnya.
Aku berfikir sebentar
“mungkin saja aku bisa menemukan petunjuk”kataku dalam hati. Aku membuka semua
aplikasi satu-persatu mulai dari sms yang masuk namun tak ada atupun sms yang
mencurigakan, hanya ada no. yang tidak dikenal menelponnya sekali dan saat itu
hampir bertepatan dengan waktu kejadian. “siapa yang menelponnya?”kataku dalam
hari, kembali aku mengotak-atik dan berakhir di sebuah memo yang bertuliskan ‘Raja dan Ratu yang melakukannya, dibawah
bulan purnama yang indah ia menyimpan rahasia yang besar. Mereka tak tau,
banyak yang menyaksikannya namun saat mereka mengetahuinya semuanya akan
berakhir’. “apa maksudnya ini?Raja dan Ratu? Dan rahasia apa?”tanyaku dalam
hati semua teka-teki ini sungguh membuat otakku ingin pecah, aku putuskan untuk
melanjutkannya besok.
Esoknya, aku, miuji, Yui dan
Rea berkumpul di atap sekolah untuk membicarakan kasus ini. “saat perjalanan
pulang kemarin, aku dan Yui sempat membicarakan mengenai kasus bunuh diri
akemi.”kata Miuji memulai rapat, “dan kami mendapatkan bahwa akemi bukan
berniat untuk bunuh diri namun, ada seseorang yang memaksanya melakukan
itu.”sambung Yui. “Riu, kau taukan sifat akemi yang cerewet. Gadis seperti dia
tidak mungkin melakukan itu.aku yakin.”kata miuji dengan penuh keyakinan. “masalahnya
apa yang membuat seseorang rela mengorbankan nyawanya?”Tanya yui bingung.
“sesuatu yang berharga baginya. Sesuatu yang harus dia lindungi walaupun
mengorbankan nyawanya.”kata Rea tiba-tiba namun dengan tatapan kosong.
Aku terdiam mencerna
kata-kata temanku itu, “kemarin saat aku mengotak-atik hp akemi aku menemukan
sebuah memo yang berisi tulisan yang aneh.”kataku dan langsung membuka aplikasi
memo itu. Akupun membacanya dengan pelan berharap mereka mengerti makna dari
kata tersebut ‘Raja dan Ratu yang
melakukannya, dibawah bulan purnama yang indah ia menyimpan rahasia yang besar.
Mereka tak tau, banyak yang menyaksikannya namun saat mereka mengetahuinya
semuanya akan berakhir’ kataku mengakhiri.
Kami semua terdiam dan
beripikir maksud dari kata-kata itu. “Raja dan Ratu”kata Rea pelan-pelan “Raja
matahari, Ratu bulan. Matahari dan Bulan.”katanya pelan dan mengagetkan kami. “mereka
menyimpan rahasia besar, rahasia yang tidak boleh satu orang pun
mengetahuinya.”kata Yui , “dan akemi mengetahui rahasia besar mereka.”lanjut
miuji. “karna itu mereka ingin membunuh akemi.”kataku dengan sedikit tertawa
tak percaya. Aku terdiam senjenak dan terlintas kejadian kecelakaan ayah dan
ibuku, “ayah dan ibuku kecelakaan saat bulan purnama. Mungkinkah itu semua
hanya rekayasa juga?”Tanyaku lebih tak percaya. “kalau benar. Mereka mungkin
sudah mengincar keluargamu dari dulu.” Kata rea menyimpulkan. “dan hanya aku
saja yang tidak mengetahuinya.”kataku pelan. “ayo kita kerumah kosong kemarin.”
Ajak miuji seperti pemimpin “itu lebih baik dari pada hanya diam disini. Karena
mungkin sekarang akemi dalam bahaya.”katanya khawatir, begitu pula kami.
#Rea#
Setelah kami selesai
berdiskusi dan sepakat untuk pergi ke rumah kosong kemarin, kamipun tak
buang-buang waktu untuk pergi. Aku tak menyangka, aku yang selama ini berfikir
tak akan pernah bicara dan bergaul dengan orang lain,sekarang sedang
bersama-sama menyelamatkan seseorang. namun bukan saatnya aku bersikap egois,
aku juga tak bisa diam saat mengetahui ada nyawa yang dalam bahaya dan tak
dapat dipungkiri juga, aku terlibat dalam hal itu.
Setelah sampai di rumah
kosong itu, kami berpencar untuk mencari sebuah petunjuk *itupun kalau ada* dan
akhirnya tak ada satupun petunjuk yang kami dapatkan. Kami berkumpul di ruangan
dimana kemarin Yui disekap. “tak ada satupun petunjuk tentang lokasi mereka.”kata
Riu putus asa sambil memukul meja didekatnya. “tenanglah Riu”kata Miuji mencoba
menghibur “bagaimana aku bisa tenang. Adikku satu-satunya yang seharusnya ada
di rumah sakit sekarang malah ada di tangan orang-orang yang ingin membunuhnya.”kata
Riu sedikit berteriak. Kami tak bisa berkata apapun karena itu adalah benar,
tak dapat kami kelak, sekarang kami semua dalam rasa khawatir dan kebingungan.
“setelah mereka memanipulasi
kematian ayah dan ibu serta sekarang mereka ingin membunuh adikku. Mereka tak
akan ku maafkan.”katanya dengan ekspresi siap membantai orang didekatnya. Aku
menatapnya dengan rasa iba, sejenak aku mengingat masa kecilku yang bahagia
bersama ayah dan ibu, sebelum mereka meninggalkanku sendirian.
*flash back*
Di suatu hari yang sangat
cerah aku yang masih berumur 10 tahun sedang duduk-duduk di pinggir halaman
sambil melihat gambar-gambar rumah yang indah. Kemudian tiba-tiba ayah memelukku
dari belakang sehingga mengagetkanku. “kyaaa”jeritku terkaget, “”anak ayah yang
cantik sedang melihat apa?”katanya merayuku. “hihi, Rea sedang melihat rumah
yang saaangggattt indah ayah.”kataku tersenyum gembira. “buku itu bisa sobek
kalau setiap hari kau melihatnya.”kata ibuku membawakan minuman dan cemilan
untuk kami.
“hmmm…ayah, ibu, Rea ingin
tinggal disini.”kataku menunjukkan sebuah gambar Rumah yang indah, dengan
pohon-pohon yang rindang serta jarak rumah yang dekat dengan pantai. “jika Rea
tinggal disini, Rea akan setiap hari berenang di pantai.”kataku tersenyum
sangat gembira. “benarkah?kalau Rea suka, Ayah akan membelikannya untuk
Rea.”kata ayah dengan tersenyum hangat. “Benarkah?”kataku tak percaya “untuk
bidadari kami yang cantik ini, semua akan kami berikan.”kata ibu sambil
mencubit kedua pipiku dengan gemas. “hahaha…lagi pula yah, bu…Rumah ini sangat
sempurna. Pagi hari Rea bisa berenang sepuasnya, sore hari ibu bisa melihat
pemandangan yang ibu sukai yaitu matahari terbenam dan pada malam harinya ayah
bisa melihat sinar bulan yang terang seperti yang ayah lakukan disini. lagi
pula, bukankah ayah selalu mengeluh setiap ayah tak bisa melihat bulan dengan
jelas?” jelasku panjang seperti guru menjelaskan pada muridnya. “hahaha, anak
ini pintar sekali merayu. Siapa yang mengajarimu?”kata ayah sambil memelukku
penuh kasih sayang. “tentu saja ibu.”kataku sambil menjulurkan lidah kearah
ibu. “apa?kapan ibu mengajarinya?dasar anak nakal.”katanya mengomeli seraya
tertawa. Saat itu hari yang indah dan hangat, sehangat kasih sayang mereka
kepadaku. Namun itu hanyalah masa lalu.
*flashback end*
Aku tersenyum pahit
mengingat masa lampau itu, namun tiba-tiba terlintas dipikiranku mengenai
matahari dan bulan. “matahari…Bulan….Ibu…ayah…”kataku pelan sambil berfikir
“mungkinkah?”kataku dalam hati tak percaya akan apa yang aku fikirkan,
bagaimana aku bisa berfikir bahwa salah satu dari mereka atau mungkin mereka
semua ada dibalik ini semua. “foto itu.”kataku dalam hati segera mengambil
sobekan foto rumah idaman kami yang setiap hari aku bawa dan disimpan di
dompet. Segera aku mengambil foto itu dan memperlihatkannya pada teman-teman.
“apa kalian tau, dimana
lokasi foto ini?”kataku pada mereka tiba-tiba sehingga membuat mereka sedikit
terkejut dengan tingkahku. “kenapa kau tiba-tiba bertanya itu Rea?”Tanya Yui
kaget “jawab saja pertanyaanku apa kalian tau?”kataku memaksa dan tak
menghiraukan pertanyaan Yui. “hmmm.. bukankah itu pantai barat.”kata miuji
berfikir sejenak “ohh, itu lumayan dekat denga rumah pamanku.”lanjut miuji
dengan wajah senang karena dapat mengetahuinya. “antar aku ke sana.
Sekarang!”perintahku padanya. “apa?hei, bukan saatnya santai-santai. Kita harus
menyelamatkan akemi.”katanya dengan ragu-ragu, “bukan itu. Mungkin saja, akemi
ada di sana.”kataku pelan tak bertenaga dan membalikkan badanku agar tak
terlilhat mereka. “ayo cepat!”printahku dan langsung saja pergi dari luar
ruangan.
Kami pergi dengan menaiki
taksi, aku berada di depan dan mereka bertiga dibelakang “bagaimana kau bisa
tau akemi berada disana?”Tanya Riu padaku saat kami sedang diperjalanan. pikiranku
hanya terfokus pada kenangan dan analisisku sehingga tak mendengarkan pertanyaan
Riu, hingga ia menarik bahuku kebelakang sehingga membuatku menoleh kearah
mereka. “bagaimana kau bisa tau akemi berada disana?”katanya mengulang. Aku
terdiam sejenak,aku menatap mata Riu dengan tajam tanpa berusaha mengelak
“mungkin saja, orang yang aku kenal berada di balik semua ini.”kataku tegas.
Kata-kataku tadi sontak membuat mereka kaget dan terdiam.
Sekitar 30menit perjalanan,
akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Aku melihat dengan seksama rumah itu
dari luar. Percis seperti di foto dengan rumah yang berhadapan dengan pantai
dan dikelilingi oleh pohon yang rindang. aku melihat alamat dari rumah itu dan
terlihat gambar matahari dan bulan yang menyatu di atas alamat rumah itu yang
menunjukkan, kami berhasil menemukan tempat persembunyiannya. Itu membuatku tak
percaya, namun itu adalah kenyataan.
“wah wah…kalian berani
sekali datang kemari. Kali ini kami tak mengundang kalian, kenapa kalian
kesini?”kata seseorang pria dari arah belakang kami. suara itu cukup familiar
di telinga kami, aku menoleh kearah sumber suara dan menemukan pria yang dulunya
pernah menyekap Yui,sedang berdiri dengan santai dan memasang eskpresi senyum
palsu.
~to be continue~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar