Kali ini, saya akan memberi komentar sekaligus harapan-bagi sekolah saya yang tercinta yaitu RESMAN, yeyyyy prok...prok...prokkk*tepuk tangan*
#lebay =.=#
Baik, kita mulai dari komentar,
Bagaimana komentar anda mengenai SMAN 2 Denpasar, mengenal anda sendiri bersekolah di Resman yahhh sudah hampir 3 tahun??
Siapa sih yang ga kenal Resman, semua pasti kenal dong, iya kan?awas kalo ga, gue bacok luu *abaikan*
penulis stress, ok mulai serius!! nih kalau ga tau aku kasi liat gedung depannya...
Menurut saya, Resman adalah sebuah perantara bagi saya untuk mendapatkan ilmu beserta teman-teman yang saya sayangi ^.^ . Para pengajar dan juga fasilitas yang menunjang belajar siswa juga lumayan ok lah. Tapi, itu saja belum cukup, jangan cepat puas karena itu. Fasilitas-fasilitasnya juga perlu ditingkatkan, seperti WC contohnya. Itu WC baru aja di perbaiki lho.... eh pintu sama kerannya udah rusak aja (=.=). Saya sadar, itu ulah dari warga Resman itu sendiri, kurangnya kesadaran akan merawat fasilitas sekolah itulah yang menjadi kendalanya. Selain itu, cukup banyak coret-coretan dipintu, cekacekaceka *yang nulis ntu pasti autis dan ga punya buku tulis, makanya nulis-nulis di pintu. SINI AKU BELIIN DEH 1 LUSIN BUKU TULIS, KALO PERLU!!kesel sendiri jadinya*
eitss, Resman bukan sekolah yang seburuk itu kok, Resman juga banyak memiliki prestasi yang membanggakan, contohnya tim basket Resman itu sudah sangat terkenal di tingkat nasional. Keren kan? XD
selain itu, G-Tech Resman juga ok kok. Dari banyaknya kemenangan yang diperoleh dari lomba-lomba yang mereka ikutin, itu membuktikan bahwa G-Tech Resman itu OK. Trus adanya tari kebesaran Resman yaitu Tari MAHABAGAWATI yang baru beberapa tahun diluncurkan juga sangat membanggakan, nih aku kasi liat fotonya...
keren kan, pertama kali liat tariannya,aku merasa merinding. abis keren sih...XD
selain itu masih banyak prestasi-prestasi yang diraih Resman, yah..cukup membanggakan lah....
wah...wah..penulis jadi kesel sendiri nih, sabar ya...
segalanya sesuatu pasti ada kekurangan dan kelebihannya kok....
ok, pertanyaan terakhir....
Bagaimana harapan anda tentang Resman?
Harapannya sih, semoga semua fasilitas di Resman makin lengkap dan berfungsi dengan baik. Oh ya, saya denger-denger Pak Semadi (wakasek humas Resman) bakalan memasang CCTV di wc, biar yang ngerusak wc ketahuan, saya setuju deh tu!!sumpah, dongkol banget ngeliat tingkah orang autis yang ngerusak-ngerusak fasilitas umum *sadar woi, itu bukan milik pribadi tapi milik umummm. kesel tingkat angkut*
Saya pasti bakalan mendukung segala tindakan yang dapat berdampak positif bagi Resman. Tunjukin RESMAN 79 itu udah musnah, yang ada RESMAN yang keren dan memang diakui dimata semua orang, sebagai sekolah unggul. Semua murid Resman juga pasti dongkol kan kalau dikatain yang nggak-nggak sama orang lain yang rata-rata ga tau masalah yang sebenarnya, dan asal ngomong gitu aja? tunjukin Resman tu ga buruk dengan prestasi. Mereka nyerang kita dengan cibiran, kita bales dengan prestasi!
Ada yang bilang,semakin tinggi pohonnya, semakin kencang angin yang bertiup. Resman seperti pohon itu tuh, nah Resman sekarang sedang merangkak naik, perlahan-lahan Resman sudah dikenal oleh publik. Maka dari itu pasti banyak sekali masalah-masalah yang dihadapi. Jadi saya harap semua kalangan di Resman mulai dari murid, staf dan guru saling mendukung untuk memperjuangkan Resman agar unggul di bidang akademik maupun nonakademik. OK! ^.^/
Baiklah, sekian cerita singkat saya mengenai sekolah saya, walau adanya kekurangan disekolah saya yang tercinta ini, masih banyak kok kelebihan-kelebihan yang dapat menutupi kekurangan itu. Saya bangga menjadi anak resman. Ngapain malu jadi anak resman? kalau malu dari awal ga usah masuk Resman. iya ga?!
kalau ada salah kata, penulis mohon maaf ya, sekian dan terimakasih...u.u
Sabtu, 13 Oktober 2012
Rabu, 10 Oktober 2012
i'm Not Alone #episode 11# (END)
#Riu#
Setelah miuji mendapat alamat
yang akan yui tuju, segera kami mencari alamat tersebut. “ayo jalan”kataku.
“tunggu. Kita ga pergi berdua aja kan?”tanyanya tiba-tiba. “maksudmu?”tanyaku
bingung. “aku ga mau jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Kita
hubungi polisi.”jelasnya. sambil berjalan miuji menjelaskan rencana yang ia
pikirkan.
“ayahku mempunyai kenalan
polisi dan aku lumayan dekat dengannya, jadi akan ku hubungi dia.”katanya.
“biar aku yang menyetir”kataku cepat, sementara itu miuji ku gonceng dan
melakukan tugasnya, yaitu menelepon polisi. Beberapa menit ia menjelaskan
keadaan kami dan menyuruh mereka datang sesuai rencana. Setelah ia bicara
dengan polisi tersebut, ia kembali beralih padaku. “beres. Kita akan bertemu
dengannya di dekat TKP.”katanya tersenyum puas.
Kami berhenti bebrapa meter
dari TKP. baru beberapa menit kami menunggu kerabat miuji itu, ia sudah muncul
dengan teman-teman polisinya menggunakan mobil biasa dengan berbaju biasa juga,
yahh…supaya ga ketahuan gitu. “hai, om!”sapanya, “maaf om nyuruhnya mendadak
gini. Ini benar-benar Emergency, ada 2 orang, eh salah 3, atau mungkin lebih? nyawa yang dalam bahaya di
dalam sana.”lanjutnya memberi penjelasan sambil menunjuk rumah yang dituju.
“kami mengerti. Ayo kita bergerak.”kata om polisi itu memberi perintah.
Kami berjalan
mengendap-mengendap, sampai akhirnya kami berhenti di samping pintu pagar rumah
tersebut. Om polisi itu memberi tanda untuk berhenti dan melihat situasi, “kami
akan memberi kalian jalan untuk masuk duluan, jadi kalian harus bisa bergerak
degan cepat untuk menolong teman kalian. Apa kalian mengerti?”tanyanya dengan
nada rendah, dan kami mengangguk yang menunjukkan bahwa kami mengerti. Om
polisi itupun memberi tanda untuk menyerang. Dengan cepat, teman-temannya
menerobos masuk, dan menembaki pria-pria berjas hitam. Setelah semua pria
berjas hitam itu selesai dibereskan, om polisi menuntun kami untuk masuk. Ia
berada di depan kami dan teman-temannya berada dibelakang kami.
Cukup banyak pria berjas
hitam yang kami temui saat di dalam rumah, para polisi itupun sibuk dengan
urusan mereka, “kalian pergilah duluan.”kata om polisi itu sambil menembaki
pria berjas hitam yang hendak menembaki kami juga. “ayo riu!”kata miuji. Aku
dan miuji terus berjalan tak tau arah, memasuki ruangan-ruangan yang mungkin
yui dan rea ada disana. Tak jarang pula kami harus melawan pria berjas hitam
tersebut, namun tak kami duga om polisi itu selalu ada di belakang kami dan
menolong kami. aku benar-benar kagum degan om itu.
Sampai akhirnya, kami berada
di ruangan yang cukup luas dan berantakan, “disana”kata miuji tiba-tiba sambil
menunjuk arah luar jendela. Samar-samar aku melihat, yui, rea dan 2 wanita
paruh baya, berdiri berjejer dan terikat di bagian tangannya. Saat kami hendak
menghampiri mereka aku melihat pria tua yang aku rasa itu ayah rea dan yui,
hendak ingin mendorong rea namun wanita paruh baya yang berada di saping kiri
realah yang jatuh ke dalam jurang. Aku dan miuji terkejut melihatnya dan
mempercepat langkah kami.
Walau banyak pria berjas
hitam yang ingin menghalangi kami, dengan gesit kami menghindar dan dibantu
oleh om polisi dan teman-temannya tentunya. Sampai akhirnya aku berada dekat
dengan rea dan tanpa perintah aku langsung melepas ikatannya. Sementara itu aku
melihat miuji membantu melepas ikatan yui dan ibunya yui,aku rasa. Rea
memandangiku dan bergumam “riu”dengan lirih. Namun setelah itu dengan cepat
pandangannya beralih pada tali tambang dan mengikat semua tali tambang menjadi
satu, kemudian memberikannya pada wanita paruh baya yang dipanggil ‘ibu’ oleh
rea. Sementara itu aku melihat orang tua
menyebalkan itu (ayah rea) juga diselamatkan oleh anak buahnya. Dan aku juga
melihat aksi saling tembak antara pria berjas hitam dan para polisi itu, sangat
menegangkan namun juga terlihat keren.
Sampai akhirnya ibu rea
berhasil diangkat naik, setelah dibantu oleh yui dan ibunya yui. Baru saja rea
dan ibunya dapat bernapas lega, orang tua menyebalkan itu menyuruh anak buahnya
untuk membunuh kami. yang aku herannya walau polisi itu sudah banyak menembaki
pria berjas hitam, pria- pria itu tak ada habisnya. Seperti mati 1 tumbuh 1000,
walau itu terlalu berlebihan, anggap saja begitu =.= (maksa bgt)
Aku mengambil posisi melindungi
rea dan ibunya, sementara miuji melindungi yui dan ibunya. Pria yang pernah
menculik akemi itu berlari kearah kami dan siap memumukul dengan tongkat
baseballnya, dengan cepat aku melawannya, berusaha memukulnya, namun dengan
cepat ia menghindar dan berbalik memukul tubuhku dengan tongkat itu hingga
terjatuh, “sial”keluhku pelan. pria itu berhasil lolos dariku dan hendak
memukul rea, namun rea membawa pria itu menjauhi kami, apa mungkin agar ibunya
tak terluka?entahlah, mungkin saja. Aku bangkit dengan cepat, “miuji kau jaga
mereka. Aku akan membantu rea.”kataku.
#Rea#
“ayo maju!”kataku serius
sambil menatapnya tajam. Dia tersenyum meremehkan dan berlari kearahku bersiap
memukul. Aku mengambil posisi siap melawan, dan menghindari setiap pukulannya,
“jangan buat aku kecewa. Lawan aku!!”teriaknya. dan akupun berhasil menendang
mukanya, namun ia dapat bangkit dengan cepat dan mengayunkan tongkatnya dengan
membabi buta. Dia mengayunkan togkatnya mengarah kewajahku, refleks aku
menunduk, namun ia memakai kesempatan itu untuk menendang perutku dengan keras
hingga aku terpental jauh kebelakang. Aku tergelatak di tanah dan memegang perutku yang terasa nyeri.
Orang menyebalkan itu tak
hentinya menyerangku, ia tetap maju dan hendak menginjakku, namun aku dapat
berguling ke kiri dan ke kanan sehingga dapat menghindarinya. Sampai akhirnya
Riu datang membantuku, ia menendang orang menyebalkan itu hingga terjatuh. “kau
baik-baik saja kan?”tanyanya khawatir sambil membantuku untuk bangun. Aku hanya
mengangguk menjawabnya. “akan kubunuh kalian!”teriak orang menyebalkan itu
seperti orang gila, ia berlari dengan cepat kearah kami. “tetaplah disini!”kata
riu cepat padaku, ia pun berusaha melawan orang menyebalkan itu. namun lagi-lagi
Riu dapat ditaklukannya, Riu terpental jatuh ke tanah dengan luka dikepalanya.
“Riu”teriakku tak cukup
keras. Aku berusaha menolong riu dengan melawan orang menyebalkan itu, aku
berusaha mengambil tongkat baseball itu dengan melukai tangan orang itu. Setelah
beberapa kali aku mencoba dan akhirnya berhasil, tongkat itu jatuh ke tanah dan
aku mengambilnya. Aku mengarahkan tongkat itu ke orang menyebalkan itu, aku
melompat cukup tinggi dan memukul wajahnya dengan tongkat hingga ia terpental
cukup keras. Setelahnya aku membantu Riu untuk bangkit, “1 sama”kataku
tersenyum tipis.
#Miuji#
Saat ini aku mempunyai tugas
untuk menjaga 3 wanita, tugas yang sulit namun harus kuhadapi. Orang tua yang
berada di hadapan kami itu memasang ekspresi marah dan penuh kebencian. Saat
pria itu hendak maju, aku ikut maju dan menyuruh 3 wanita itu tetap
dibelakangku. “dasar pengganggu”katanya tajam padaku, “habisi dia”suruhnya pada
anak buahnya yang sedari tadi berada tak jauh darinya. Pria berjas hitam itu
datang dan hendak memukulku namun dengan gesit aku menghindar dan berbalik
memukulnya. Tak disangka pria yang lain datang dan memegang tanganku dan
membantingku cukup keras ke tanah. Pria itu hendak menginjakku, dengan cepat
aku memegang kakinya dan melemparnya jauh dari tubuhku. “jangan sakiti
dia”teriak yui keras. Saat aku bangun pria berjas hitam itu mengunci gerakan ku,
sehingga aku tak bisa bergerak dengan bebas. Sementara pria satunya lagi memukul perutku berulang kali, aku hanya bisa
diam karena tak bisa bergerak, aku hanya mendengar suara yui yang berteriak dan
memohon untuk berhenti, “ayah, aku mohon berhenti!” teriak yui lagi. sampai
akhirya pria tua itu memberi intruksi untuk berhenti pada anak buahnya.
Aku melihat samar-samar pria
tua itu menghampiri yui, namun ibunya yui mengambil posisi untuk melindungi
anaknya. “kalian sangat menjijikkan. Kalian semua akan mati, jadi jangan
bersikap saling melindungi seperti itu!”kata pria tua itu jengkel. Pri tua itu
bersiap untuk memukul ibunya yui, namun dihentikan oleh ibunya rea. “ini sudah
kelewatan.”katanya sambil memegang tangan pria tua itu. Pria tua itu memasang
ekspresi jengkel dan melepaskan tangan wanita itu dengan kasar, lalu memukul
wajah wanita itu bertubi-tubi hingga terjatuh ke tanah. Pria tua itu mengambil
pistol dan mengarahkannya ke ibu rea. Sontak kami terkejut, “door” suara
tembakan terdengar namun tak mengenai ibu rea, karena yui berhasil mendorong
pria itu namun tak sampai terjatuh. Pria tua itu semakin geram dan menendang
yui hingga terjatuh dan ibunya yui dengan cepat membantu anaknya untuk bangun.
Pria tua itu hendak menembaki mereka lagi, namun ibunya rea dengan cepat
menarik pria tua itu, “dorr” suara tembakan terdengar kembali dan mengenai
pundak ibunya rea. “Bibi…”teriak yui kaget melihatnya.
#Rea#
“bibi…”terdengar teriakan
yui ditambah 2 tembakkan tadi membuatku khawatir. Sontak aku melihatnya. Aku
melihat ibuku jatuh dan memagang pundaknya, akupun berlari ke arahnya untuk
membantu. Namun saat aku berlari kearah mereka, “door” aku merasa peluru
bersarang di lengan kananku. Aku merintih kesakitan, “kau mau mencoba kabur
dariku?”Tanya orang menyebalkan itu dengan nada sinis, reflek aku menoleh
kebelakang, dan aku terkejut melihat Riu menjadi sanderanya. “kau pergi
menolong ibumu. maka temanmu ini akan mati”ancamnya sambil meletakkan pistol ke
kepala riu. aku bingung harus menolong ibu atau Riu, aku berfikir sejenak dan
aku memilih untuk tetap diam.
“pilihan yang bagus”katanya,
“dari kejadiaan waktu itu, aku benar-benar ingin melihatmu kesakitan dan
akhirnya mati. Kau salah bermain-bermain denganku”katanya mendadak serius, ia
melemparkan Riu ke temannya, dan berjalan ke arahku. Saat ia melepas riu dengan
cepat aku memcoba untuk memukulnya dengan tangan kiri, namun dengan lincah ia
menangkapku. Ia memegang tangan kiriku dengan erat dan meremas lengan kananku
yang terluka, hingga rasa sakit yang kurasakan menjadi 2x lipat.
“aaaaa”teriakku kesakitan. “hahahaha…ini sungguh menyenangkan!”katanya tertawa
setan.
Setelah ia merasa puas
melihatku kesakitan, ia melemparku jatuh ke tanah dengan keras. Aku tergulai
lemas, namun aku sadar ini bukan waktunya untuk santai-santai. Aku melihatnya
mengacungkan pistolnya kearahku, seolah bersiap untuk menembakku. Dan “dorr”
aku menutup mataku sesaat, namun aku merasakan
hal yang aneh. Segera aku membuka mataku, dan sontak aku terkejut
melihat ibuku sudah berada di hadapanku menjadi tamengku. Sejenak aku membatu,
dan terasa tubuh ibuku jatuh kearahku. Dengan cepat aku menangkapanya,
“ibu..”kataku pelan, “ibu bangunlah”kataku lagi. tak ada respon darinya
membuatku frustasi.
“hahaha…sungguh ironis
bukan. Seorang ibu rela mati demi anaknya, tapi tenang saja, ibumu tidak akan
mati sendiri, karena sebentar lagi kau akan menyusulnya.”katanya tertawa puas.
“kau berani-beraninya..”kataku pelan, dengan tatapan tajam dan ingin membunuh
aku berteriak padanya, “KU BUNUH KAU!”teriakku. rasa sakit di tubuhku sudah
dikalahkan dengan rasa sakit dihatiku, hingga membuatku bersikap diluar
kendali. aku bangun dan berlari kearahnya, ia hendak menembakku namun dengan
cepat aku mengambil pistolnya dan menendang perutnya dengan sangat keras,
hingga membuatnya terjatuh.
Aku menghampirinya “dorr” aku
menembak telapak tangan kirinya “itu untuk ibuku”kataku dingin, “aaaa”ia teriak
kesakitan. “dorr”aku menembak kaki kirinya “itu juga untuk ibuku”kataku lagi,
aku hendak menembaknya lagi,namun aku urungkan niatku. Aku menginjak tangan
kanannya dengan keras, hingga ia berteriak lebih kencang. “aku tak peduli kau
melukaiku, tapi aku tak akan memafkanmu kalai kau menyentuh ibuku!!”teriakku
lebih kencang. Aku mengarahkan pistol ke kepalanya, “dorr” sebuah peluru
melesat dengan cepat tepat didepan wajahku, aku mencari arah sumbernya dan
ternyata itu dari orang tua sialan itu.
Aku mentapanya dengan dingin
dan mata tajam, “kau mau membunuh ku juga?”tanyaku sambil berjalan kearahnya.
Dia menembakku dengan tangan gemetar, peluru yang ia tembakan ke arahku tak ada
satupun yang mengenaiku, sampai akhirnya peluru dipistolnya habis. “kau kehabisan
peluru?apa perlu ku pinjamkan?”sindirku masih berjalan kearahnya. “dor” suara
tembakan terdengar sangat dekat namun tak mengenaiku, aku berhenti dan mencari
sumber suara. ternyata sumbernya berasal dari pria berjas hitam yang tadinya memegang
miuji, kemudian ia hendak menembakiku lagi, namun aku sudah menembaknya duluan
tepat di jantungnya, iapun jatuh tak berdaya. Kembali pandanganku beralih ke orang tua itu,
posisiku tak jauh dari posisi orang tua itu, aku mengarahkan pistol ke kepala
orang tua itu. “aku benar-benar membencimu”kataku pelan, “dorr”. Aku menembaki kaki
orang tua itu, dan ia terjatuh kesakitan“kau benar-benar menjijikkan”kataku
tajam. “Rea, ibumu”teriak Riu, reflek aku menoleh kearah sumber suara.
Aku berlari kearah ibuku,
yang setengah sadar. “ibu”kataku pelan sambil menaruh tubuhnya dipangkuanku.
“re..a”katanya lemah, “ibu..”jawabku lemah. “ibu senang bisa melihatmu tumbuh
menjadi wanita yang cantik dan baik..”katanya pelan, “bisakah kau berjanji pada
ibu. Walau tanpa ibu, kau tetap tersenyum.”katanya lirih. “ibu jangan katakan
itu. ibu pasti selamat.”kataku terisak hampir menangis, “Riu panggil ambulance
cepat. Riu” isakku sambil menarik baju Riu. “rea tenanglah”kata ibuku lagi
sambil memegang pipiku dengan lembut, dengan cepat aku memegang tangan ibu.
“dengarkan ibu, jadilah
orang yang bijaksana dan juga maafkanlah orang yang menyakitimu. Termasuk
ayahmu..”kata ibu disisa-sisa tenaganya, “ibu senang bisa menjadi ibumu. ibu
menyayangimu Re..aa”katanya untuk yang terakhir, tangannya jatuh dengan lemah
namun aku tangkap kembali. “IIIBUUUUU”teriakku sambil menangis, kali ini aku
tak bisa menahannya. Aku memeluk tubuh ibuku yang sudah tak berdaya, aku
terisak dipelukannya untuk beberapa waktu. Saat aku lebih sedikit tenang, aku melepas
pelukanku dan berusaha mengendongnya. aku tak menghiraukan polisi yang sibuk
menangkap semua penjahat termasuk ayahku, aku mengendong ibuku dan membawanya
pergi, “ibu, Rea juga senang bisa menjadi anak ibu. Rea menyayangimu
ibu.”kataku dalam hati dan air mata terus mengalir tanpa henti dari mataku.
Beberapa hari kemudian
Aku hendak berangkat sekolah
dan ternyata yui, riu dan miuji sudah berada didepan rumah untuk menungguku.
“ayo berangkat bersama.” ajak yui tersenyum semangat. Aku hanya membalas dengan
senyuman tipis. Saat diperjalanan, “lukamu sudah sembuh?”Tanya riu khawatir.
“hemm”jawabku singkat. “aiishh, semangat dong. Lesu amat”katanya sambil
menjeratkan tangan kanannya ke leherku dengan keras. “aa…sakit…sakit” rintihku.
“ups, maaf…maaf…niatnya bercanda, hehehe”katanya cengengesan. “ kau ini gak tau
diri banget”kata miuji kesal sambil melempar tasnya ke kepala riu. riu ga
terima dan hendak memukul temannya itu, “apa?!”lawan miuji dengan ekspresi
kesal. “aahh…ngga, ada debu dibajumu”elak riu sambil mengusap bajunya miuji.
Aku dan yui hanya tersenyum tipis melihat tingkah 2 pria itu. “pulang sekolah
ayo kita makan-makan”ajak riu tiba-tiba. “hng, aku tidak bisa ikut. Ada
seseorang yang harus ku temui.”kataku pelan. “siapa?”Tanya yui penasaran.
“ayahku”jawabku singkat.
Saat pulang sekolah, aku
pergi ke sel tahanan tempat ayahku ditahan seumur hidupnya. Pantasnya ia
dihukum mati, tapi aku meminta untuk dihukum seumur hidupnya,berharap agar dia
bisa merubah sikap buruknya disana. Ditemani oleh teman-temanku, tak terasa aku
sudah sampai di depan pintu masuk. “kami akan menunggumu disini.
Masukklah.”kata riu, aku hanya tersenyum membalasnya dan melangkah masuk ke
dalam.
Di suatu ruangan aku sudah
berhadapan dengan ayahku, dimana di ruangan tersebut hanya ada kami berdua dan
diantara kami terdapat pembatas berupa kaca dan ada lubang-lubang kecil di
tengahnya. “kenapa kau kesini?”tanyanya dingin. Orang tua itu terlihat sangat
lusuh dengan rambut yang acak-acakan. “menemuimu untuk yang terakhir
kalinya.”jawabku kemudian. “kau mau mencaci makiku untuk terakhir kali.”katanya
tersenyum remeh. “bukan itu. aku kesini untuk memaafkanmu dan berterimakasih
padamu.”jawabku cepat. “apa?”jawabnya bingung.
“diakhir hidupnya, ibu
menyuruhku untuk memafkanmu. Jujur saja, sangat sulit memaafkan orang yang
sudah membohongiku sekaligus membunuh orang yang paling aku sayangi. Tapi ibu…dia
ingin aku menjadi orang yang baik dan bijaksana.”jelasku. Orang tua itu diam
dan memasang ekspresi tak percaya. “lalu?”tanyanya tanpa ekspresi.
“terimakasi…terimakasih karena pernah merawatku dengan baik. Walaupun hanya
uuntuk sementara waktu, setidaknya aku pernah merasakan kasih sayang seorang
ayah dan merasakan kehangatannya. Walau semua itu hanya kebohongan semata, aku
benar-benar ingin mengucapkan terimakasih.”kataku menahan emosi, aku menarik
dan menghembuskan nafas panjang. ”Terimakasi juga, berkat kau, aku ada didunia
ini, bertemu dengan orang-orang yang baik dan benar-benar menyayangiku dengan
tulus.”lanjutku.
”hahaha…kata-katamu itu
sungguh menggelikan rea.”katanya sambil tertawa gila. aku memejamkan mataku
sebentar dan membukanya kembali, “hanya
itu yang ingin ku katakan. Jagalah dirimu….Ayah”kataku sambil tersenyum tipis,
kemudian aku berdiri dan hendak beranjak pergi. “Rea…”panggilnya, akupun
berhenti namun tak menatap wajahnya, “jangan lagi panggil aku ayah. Karena aku
tak pantas untuk itu… terimakasi sudah memaafkanku.”katanya lebih tenang. Aku
tak menjawabnya dan tersenyum tipis, kemudian melanjutkan langkahku pergi dari
ruangan itu. diluar pintu masuk, aku melihat ke-3 temanku sedang
berbincang-bincang sembari menungguku. Aku usil menjitak kepala riu, “aww”rintihnya.
“ayo pulang.”ajakku, “ayo”jawab yui semangat.
Diperjalanan pulang, kami
melewati sekelompok pemuda yang asyik bermain basket. “Rea, aku pernah berjanji
untuk melanjutkan pertandingan kita kan?. Bagaimana kalau sekarang?”tawarnya,
“apa?”tanyaku bingung, ia menarik tanganku pergi menuju para pemuda yang asyik
bermain basket. “hei, broo”sapa riu sok akrab pada pemuda-pemuda itu. “kau
kenal mereka?”tayaku bisik-bisik, “nggak”jawabnya polos, aku memilih diam dan
menjauh darinya. “ada apa?”Tanya salah satu pemuda itu, “aku pinjam bola
basketnya sebentar boleh nggak? Ada janji yang penting yang harus kutepati sama
pacarku ini.”katanya menarikku mendekatinya. “astaga malu-maluin”kataku dalam
hati. Pemuda itu berfikir sejenak, “teman-teman, ayo kita istirahat
sebentar”suruhnya pada teman-temannya. “berhasilkan”kata riu penuh kemenangan.
“aku sama yui ikut dong”pinta
miuji, “kau sama rea, aku sama yui”lanjutnya. “yakin?”Tanya riu ga percaya,
“yakin…kenapa?”Tanya miuji bingung. “lebih baik, kau menyerah saja. Karena kau
pasti kalah melawan kami.”kata riu PD. “yui gadis yang manis, yang tidak suka
permainan kasar kayak gini. Sedangkan dia…”kata riu terpotong sambil
menunjukku. “APA?”tanyaku jengkel. “hehehe…ga napa”elaknya. “aku akan
berusaha”kata yui dengan semangat. “baiklah. 2 lawan 2. Pasangan yang
memasukkan 5 bola pertamakali lah yang menang. Dan yang kalah harus menuruti
keinginan yang menang. Gimana?”jelas riu. “aku tau”jawab miuji. “baiklah ayo
mulai”pimpin riu. pertandingan dimulai, kami bermain tanpa beban. pertama kali
bertemu kami tidak saling mengenal dan tak saling peduli. Tapi sekarang, kami
bahkan saling mengisi dan menjaga satu sama lain.
“ibu…walau ibu tidak
disamping rea saat ini, Rea akan tetap tersenyum, karena ada mereka disamping
rea. Mereka adalah teman sekaligus keluarga Rea saat ini karena itu rea akan
menjaga mereka. Ibu juga akan menjaga Rea dari sana kan?”tanyaku dalam hati
sambil memandang langit yang gelap dan dipenuhi dengan bintang yang
berkelap-kelip dengan indah. “Rea, tangkap!”teriak riu sambil mengoperkan bola
basket padaku. Aku menangkapnya dengan cepat dan tersenyum senang.
~The End~
Minggu, 07 Oktober 2012
I'm Not Alone #episode 10#
#Yui#
Aku berkeliling mencari Rea,
“kemana orang itu?”umpatku. sekian menit aku tak menemukannya, aku memilih
untuk mengerimnya sms yang isinya, ‘kau ada dimana?’. Sembari menunggu balesan
sms darinya, aku punya ide mencari riu, mungkin saja dia tau dimana rea.
“yuiii”teriak seseorang dari belakang. Aku melihatnya dan ternyata miuji. “mau
kemana?”tanyanya, “kau melihat Rea?”tanyaku tanpa membalas pertanyaannya. “tadi
pagi sih liat, sekarang nggak.”katanya tenang, “ohh”kataku singkat. Kemudian
aku beranjak pergi lagi.
“kau panik sekali. Dia bukan anak kecil, ga mungkin kan kalau dia
tersesat di sekolah?”katanya memberi alibi. “aku tau dia bukan anak kecil. Tapi
sikapnya hari ini sangat aneh, itu yang membuatku khawatir. Mana smsku ga
dibales pula…”jelasku kemudian. Kami terdiam sejenak sambil melangkah lumayan
cepat. “kau benar. Sikapnya hari ini memang aneh. Tadi pagi dia bilang
terimakasih padaku karena telah menjadi temannya dan juga menyuruhku untuk
menjagamu.”jelasnya membuatku terkejut dan berhenti mendadak. Aku terdiam
memikirkannya, “dia berkata seakan mau pergi. Mungkinkah?”tanyaku dalam hati.
Aku terus berjalan sampai
akhirnya bertemu dengan riu, “apa kau melihat rea?”tanyaku padanya sedikit
khawatir. “tadi dia bersamaku dihalaman.”jelasnya, “lalu sekarang dia
dimana?”tanyaku lagi. “kenapa kau bersikap seperti itu?kau bersikap
seolah…”katanya terpotong lalu menoleh ke luar jendela dan memperhatikannya
dengan seksama. “dia sudah tidak di sana lagi.”katanya pelan. aku jadi tambah
khawatir, lalu aku berlari pergi menuju kelas dan benar saja, aku tak menemukan
tas Rea lagi disana. Kemudian aku melihat Rin masuk ke dalam kelas, “apa kau
melihat Rea, Rin?tanyaku khawatir. “tadi aku melihatnya pergi dari sekolah
membawa tasnya. Maunya tadi nanyak, mau kemana, tapi ga keburu tuh…”katanya
santai.
“kau pergi kemana Rea?”tanyaku
khawatir. Kringg….kringgg….hpku berbunyi, buru-buru aku melihatnya berharap itu
dari Rea, namun ternyata bukan. Nomor yang tak dikenal. “halo?”sapaku, “apa
kabar yui…lama kita tak berjumpa”kata seseorang di balik telephone, suara yang
tak asing bagiku.”ayah?”kataku pelan, “benar…ini ayahmu, hahaha…”katanya
tertawa pelan. “ada apa menelephone ku?”tanyaku padanya curiga. “apa salah,
seorang ayah menelphone anaknya sendiri?”katanya sinis. Aku hanya diam tak
menjawab, kepercayaanku padanya sudah hilang, karena kejadian yang lalu. “sekarang,
ayah ingin mengadakan reoni keluarga besar. Dan kau harus datang, karena ibumu
sudah datang dari kemarin…”jelasnya membuatku terkejut seperti disambar petir.
Segera aku pergi ke tempat yang
dituju. Terdengar miuji dan riu berteriak memanggilku, tapi karena begitu
panik, aku jadi tak membalas mereka. Aku berlari dan mencari taksi dengan
cepat. Saat di dalam taksi, aku menunggu dengan gelisah, sampai hpku bergetar
menandakan ada sms masuk. Dari miuji, ‘apa kau baik-baik saja?kau pergi
kemana?’tanyanya, aku membalasnya, ‘ketempat ayah dan ibuku berada’balasku.
Setelah beberapa menit, terdengar suara deringan handphone, segera aku
menjawabnya.
“apa kau gila?kalau kau mau
ketempat berbahaya begitu, kenapa tidak bersama-sama?kau bisa celaka
bodoh.”kata miuji dari balik telephone marah. “aku memang begitu bodoh,
membiarkan ibuku jatuh dengan mudahnya di tangan orang itu!” kataku lebih
marah.”baiklah, kalau begitu dimana tempatnya?”tanyanya lebih tenang. “kalau
kau datang, ibu bisa celaka.”kataku pelan, “kalau aku tidak datang, kau bisa
celaka!”katanya membentak, “jangan buat aku khawatir, cepat beri tahu
aku!”lanjutnya. kata-katanya membuatku tercekat, akhirnya aku memberi tahu
alamatnya.
Akhirnya aku sampai ditempat yang
dituju, suasana disini begitu sepi dan tak banyak bangunan di sekitarnya. Saat di pintu masuk, 2 pria berjas hitam
menghampiriku dan menuntunku masuk. Sepertinya, ayah belajar dari pengalaman
yang lalu, pria-pria berjas hitam semakin banyak dan berkeliling di penjuru
rumah. Sampai akhirnya mereka membuka pintu di suatu ruangan dan menyuruhku
untuk masuk. Saat aku masuk ke ruangan itu, aku memperhatikan sekeliling
ruangan dan menemukan seorang laki-laki berdiri memandangi pemandangan luar
yang sangat indah.
“dimana ibuku?”Tanyaku keras
padanya, dia berbalik menghadapku “kau sudah datang yui.”katanya, “bawa dia
masuk”lanjutnya memberi perintah. pintu dari arah berbeda dari pintu yang aku
masuki terbuka dan terlihat ibu yang tangannya terikat. “ibu”kataku spontan.
“pestanya akan dimulai saat semua orang kuundang sudah datang. Jadi bersabarlah
sebentar lagi.”kata orang itu sambil tersenyum licik.
#Rea#
Sesampainya dibandara, aku dan
ibu menunggu pesawat yang akan kami tumpangi siap untuk lepas landas. “Rea, apa
kau mau minum?”tawar ibu padaku. “hemm”kataku pelan, ia pun pergi membeli
minuman. aku melihat hpku dan terlihat banyaknya panggilan tak terjawab dan
juga sms dari yui, riu dan miuji. Aku membuka sms satu persatu.pertama dari
yui ‘kau ada dimana?’, ‘rea, apa kau mau
pergi?aku mohon balaslah smsku’. ‘rea jangan pergi’.
Kemudian dari miuji, ‘woi, kau
ada dimana?’, ‘setidaknya kau balaslah salah satu sms dari kami,jangan buat
kita khawatir’, ‘kau akan menyesal kalau meninggalkan kami!’
Kemudian dari riu ‘kau dimana?’,
‘kau tidak ingin pergi meninggalkanku kan?’, ‘apa kau sengaja membuat kenangan
indah bersama, lalu pergi begitu saja tanpa berkata apapun?’
Semua sms dari mereka membuatku
sangat merasa bersalah. Kemudian, ada sms baru yang masuk, dari riu ‘yui dalam
bahaya. Dia pergi sendiri ke tempat ayah mu berada’. Smsnya kali ini membuatku
terkejut, “buat apa dia ke sana?”tanyaku dalam hati. Kringg…krriinggg…panggilan
masuk dari no. tak dikenal. Aku berpikir sejenak lalu memilih untuk
menjawabnya. “halo”sapaku duluan, “halo juga rea”jawab laki-laki dari balik
telephone. “kau siapa?”tanyaku kemudian, “kau lupa dengan suaraku?”katanya tak
terima, “baiklah, aku maafkan kau tidak mengenal suaraku, tapi aku tak akan
memaafkanmu kalau kau tidak mengenal wajahku.”lanjutnya. aku hanya terdiam
dengan ekspresi datar. “aku ingin tau, apa kau akan tetap pergi bersama ibumu
dan hidup dengan damai, sementara saat ini temanmu dan ibunya dalam bahaya.
Mungkin saja kau tidak akan bisa melihat mereka untuk selama-lamanya.”jelasnya,
membuatku bingung. “orang itu sedang menunggumu dan juga ibumu.”katanya.
“ayah”gumamku, “dari siapa itu?”tiba-tiba ibuku datang dan merebut hpku. “siapa
kau?jangan ganggu kami pergilah.”kata ibuku membentak, “ibu berikan
padaku”kataku berusaha mengambil hpku kembali.”halo”kataku lagi namun sudah
terputus.
“dari siapa tadi. Apa dari
ayahmu?”tanyanya panik. “aku tidak bisa pergi bu. Maaf”kataku langsung pergi
menaiki taksi. Ada sms masuk dari no yang tadi, yang berisi alamat yang harus
ku tuju. Segera aku pergi ke sana. Sesampainya di pintu masuk, 2 orang berjas
hitam menuntunku untuk masuk ke sebuah ruangan. Mereka mempersilahkanku masuk
ke dalam suatu ruangan dan saat dibuka, aku melihat yui berdiri menghadap orang
tua itu(ayah) dan berteriak untuk melepaskan ibunya.
“akhirnya kau datang juga. Kau
sendiri?dimana ibumu?”katanya, aku diam tak membalas. “kau lebih memilih mati
bersama dari pada pergi dan hidup damai bersama ibumu. sungguh bijak.”katanya
dengan nada mengejek. “apa selama ini dia mengintaiku terus?bagaimana dia bisa
tau?”tanyaku dalam hati. “rea, jadi kau benar-benar mau pergi?”Tanya yui hampir
mau menangis. “maaf yui”kataku bersalah. “sebenarnya apa yang mau kau inginkan?tak
bisakah kau pergi dari kehidupan kami!”kataku sedikit membentak. “jujur saja.
Keberadaan kalian membuatku tak nyaman.dengan hilangnya kalian dari dunia ini,
akan membuat posisiku terasa aman.”katanya tak berperasaan.
Aku benar-benar tak percaya
dengan apa yang dia bicarakan barusan. “selama ini, tak pernakah sekali pun kau
benar-benar menyayangi anak dan istrimu?sekali saja, kau benar-benar menjadi
seorang ayah dan suami yang baik?”kataku dengan nada lemah. Dia tak menjawabnya
dan menatapku tajam. “kumohon berhentilah. Sudah banyak hati orang yang
terluka. Berhentilah ayah…”lanjutku. Dia tak menjawab pertanyaanku dan tertawa
seperti orang gila, “hahaha….kau begitu naif Rea. Kau benar! Tak sekalipun aku
pernah bersikap seperti seorang ayah dan suami yang baik.”katanya seperti
kesurupan.
Tiba-tiba saja, pria berjas hitam
yang berdiri di samping ibu yui menodongkan pistolnya ke kepala ibunya yui.
“apa yang kau lakukan?jauhkan benda itu dari kepala ibuku”teriak yui keras.
Segera aku mengambil pot bunga yang berada tak jauh dari posisiku berada dan
aku melemparnya kearah tangan pria itu, sehingga ia menjatuhkan pistolnya. Aku
berlari dengan cepat hendak menyelamatkan ibunya yui. Saat hampir sampai,
sebuah peluru melesat tepat di samping pipiku, hingga membuat pipiku tergores
kecil. “jangan bergerak”kata seseorang dari belakang sambil menodongkan
pistolnya kekepalaku.
Spontan aku terdiam tak berkutik.
“kau benar-benar brutal. Apa kau bosan hidup hah!”bentak orang tua itu.
“jauhkan pistol itu dari anakku!”teriak seorang wanita dari arah belakangku,
reflek aku ingin menoleh ke arah belakang namun, pria yang menodongkan pistol
itu berkata, “lebih baik kau jangan bergerak jika tak mau mati!”
“kau benar-benar keterlaluan,
Hiruma! Setelah kau membunuh ayahku kau mau membunuh anak kandungmu
sendiri!”kata ibuku berteriak. “kau juga hebat Kio. Berpura-pura menjadi orang
gila untuk menjauhiku.”katanya mengejek. “tangkap mereka!”kata orang tua itu
teriak diikuti dengan anak buahnya yang tiba-tiba masuk dari pintu. mereka
mengikat tangan kami dan menodongkan pistolnya ke kepala kami. “bawa mereka
keluar!”suruhnya lagi.
Kami digiring ke luar ruangan dan
sampai di halaman belakang aku rasa. Yang buat aku terkejut adalah kami berdiri
tak jauh dari tepi jurang. Kami berjajar dengan rapi dan orang tua itu beserta
anak buahnya berada tak jauh dari kami. “kira-kira siapa yang mau terjun
duluan?”tanyanya membuat kami terkejut, ia berkeliling di belakang kami,
“bagaimana kalau kau saja?”tawarnya pada ibu yui. “jangan sentuh ibuku!”teriak
yui pada pria tersebut.
“apa aku terlambat tuan?hng,
bisakah kau memberikan rea padaku?biar aku saja yang membunuhnya. Boleh
kan?”katanya tenang pada orang tua itu. Aku berbalik dan melihat siapa orang
itu, ternyata orang menyebalkan itu, orang yang pernah menculik yui. “apa
kabar?tadi aku sudah bilang, kalau kau tidak mengingat wajahku, kau tak akan
kumaafkan!”katanya sambil tersenyum devil. “siapa kau?!”kataku ketus dan
berpura-pura lupa. Hingga membuatnya geram dan hendak memukulku, namun
dihalangi oleh orang tua itu. “dia harus mati ditanganku.”katanya.
Dor…dor…dor… terdengar suara
pistol dari dalam rumah. “ada apa itu?”Tanya orang tua itu panik. “polisi”gumam
orang yang menyebalkan itu. “bagaimana bisa mereka kesini! Pasti kalian yang
melakukannya kan?kalian pikir, kalian akan selamat?hah!”katanya marah dan ingin
mendorongku jatuh namun dihalangi oleh ibuku, hingga membuat ibuku yang jatuh
ke jurang. “IBUUU”teriakku terkejut. Ibu tak jatuh sendiri, ia jatuh sambil
menarik baju orang tua itu, yang membuatku terkejut entah dari kapan ikatan di
tangan ibu lepas. Akhirnya merekapun jatuh bersama.
Terdengar teriakan seseorang
memanggil nama kami “Rea, yui…” katanya. Aku tak mempedulikannya, aku melihat
keadaan ibu dan ternyata ibu bergelantungan sambil memegang batu-batuan di tepi
jurang. Sementara orang tua itu juga bergelantungan tak jauh dari posisi ibu.
Terasa seseorang dari belakang membuka ikatan tanganku, aku melihatnya dan
ternyata Riu. “riu”gumamku lirih. saat aku melihat tali tambang yang di pakai
untuk mengingat tangan kami, segera aku berpikir dengan cepat untuk memakainya
untuk menolong ibu.
Aku mengikat dan menyambung tali
tambangku, yui, dan ibunya yui. Setelah aku rasa cukup panjang, segera aku
memberi tali itu pada ibu, “ibu pegangan!”teriakku, ia pun mengambilnya dan
memegangnya dengan erat. Aku menarik sekuat tenaga,namun masih belum cukup, yui
membantu memegang talinya dan ibunya bersiap-siap menarik tangan ibu. Setelah
beberapa menit kami berjuang, usaha kami tak sia-sia. Saat ibuku sampai diatas,
segera aku memeluknya, “ibu…ibu…”isakku.
Saat aku sibuk menyelamatkan ibu,
ternyata orang tua itu juga berhasil diselamatkan oleh anak buahnya. “kalian
benar-benar tak ku maafkan. Kalian harus mati!”teriaknya marah. “bunuh mereka!”suruhnya
pada anak buahnya. Pria berjas hitam itupun siap menyerang kami. mereka terlalu
banyak, walau ada polisi sekalipun, mereka masih bisa melawan. “kau tetaplah
dibelakangku.”kata riu melindungiku.
Orang menyebalkan itu berlari
kearahku dan mengayun-ayunkan tongkat baseballnya. Riupun berusaha melawan
dengan tinjunya, namun dengan mudah riu dijatuhkan. Pria itu mendekatiku lagi
dan berusaha untuk memukulku. Tak bisa dihindari, aku harus melawannya. Aku berusaha
membawanya menjauh dari ibu, aku tak mau ibuku terluka. Aku berhenti disuatu
tempat, yang aku rasa tempat yang cocok untuk melawan pria menyebalkan itu. “apa
kau takut?kenapa kau terus menghindar?”tanyanya mengejek. “ayo maju!”kataku
serius sambil menatapnya tajam.
~to be continue~
Langganan:
Postingan (Atom)