Label

Sabtu, 13 Oktober 2012

komentar dan Saran tentang Resman

Kali ini, saya akan memberi komentar sekaligus harapan-bagi sekolah saya yang tercinta yaitu RESMAN, yeyyyy prok...prok...prokkk*tepuk tangan*
#lebay =.=#

Baik, kita mulai dari komentar,
Bagaimana komentar anda mengenai SMAN 2 Denpasar, mengenal anda sendiri bersekolah di Resman yahhh sudah hampir 3 tahun??

Siapa sih yang ga kenal Resman, semua pasti kenal dong, iya kan?awas kalo ga, gue bacok luu *abaikan*
penulis stress, ok mulai serius!! nih kalau ga tau aku kasi liat gedung depannya...

Menurut saya, Resman adalah sebuah perantara bagi saya untuk mendapatkan ilmu beserta teman-teman yang saya sayangi ^.^ .  Para pengajar dan juga fasilitas yang menunjang belajar siswa juga lumayan ok lah. Tapi, itu saja belum cukup, jangan cepat puas karena itu. Fasilitas-fasilitasnya juga perlu ditingkatkan, seperti WC contohnya. Itu WC baru aja di perbaiki lho.... eh pintu sama kerannya udah rusak aja (=.=). Saya sadar, itu ulah dari warga Resman itu sendiri, kurangnya kesadaran akan merawat fasilitas sekolah itulah yang menjadi kendalanya. Selain itu, cukup banyak coret-coretan dipintu, cekacekaceka *yang nulis ntu pasti autis dan ga punya buku tulis, makanya nulis-nulis di pintu. SINI AKU BELIIN DEH 1 LUSIN BUKU TULIS, KALO PERLU!!kesel sendiri jadinya*

eitss, Resman bukan sekolah yang seburuk itu kok, Resman juga banyak memiliki prestasi yang membanggakan, contohnya tim basket Resman itu sudah sangat terkenal di tingkat nasional. Keren kan? XD
selain itu, G-Tech Resman juga ok kok. Dari banyaknya kemenangan yang diperoleh dari lomba-lomba yang mereka ikutin, itu membuktikan bahwa G-Tech Resman itu OK. Trus adanya tari kebesaran  Resman yaitu Tari MAHABAGAWATI yang baru beberapa tahun diluncurkan juga sangat membanggakan, nih aku kasi liat fotonya...

keren kan, pertama kali liat tariannya,aku merasa merinding. abis keren sih...XD
selain itu masih banyak prestasi-prestasi yang diraih Resman, yah..cukup membanggakan lah....


wah...wah..penulis jadi kesel sendiri nih, sabar ya... 
segalanya sesuatu pasti ada kekurangan dan kelebihannya kok....
ok, pertanyaan terakhir....
Bagaimana harapan anda tentang Resman?

Harapannya sih, semoga semua fasilitas di Resman makin lengkap dan berfungsi dengan baik. Oh ya, saya denger-denger Pak Semadi (wakasek humas Resman) bakalan memasang CCTV di wc, biar yang ngerusak wc ketahuan, saya setuju deh tu!!sumpah, dongkol banget ngeliat tingkah orang autis yang ngerusak-ngerusak fasilitas umum *sadar woi, itu bukan milik pribadi tapi milik umummm. kesel tingkat angkut*

Saya pasti bakalan mendukung segala tindakan yang dapat berdampak positif bagi Resman. Tunjukin RESMAN 79 itu udah musnah, yang ada RESMAN yang keren dan memang diakui dimata semua orang, sebagai sekolah unggul. Semua murid Resman juga pasti dongkol kan kalau dikatain yang nggak-nggak sama orang lain yang rata-rata ga tau masalah yang sebenarnya, dan asal ngomong gitu aja? tunjukin Resman tu ga buruk dengan prestasi. Mereka nyerang kita dengan cibiran, kita bales dengan prestasi! 

Ada yang bilang,semakin tinggi pohonnya, semakin kencang angin yang bertiup. Resman seperti pohon itu tuh, nah Resman sekarang sedang merangkak naik, perlahan-lahan Resman sudah dikenal oleh publik. Maka dari itu pasti banyak sekali masalah-masalah yang dihadapi. Jadi saya harap semua kalangan di Resman mulai dari murid, staf dan guru saling mendukung untuk memperjuangkan Resman agar unggul di bidang akademik maupun nonakademik. OK! ^.^/

Baiklah, sekian cerita singkat saya mengenai sekolah saya, walau adanya kekurangan disekolah saya yang tercinta ini, masih banyak kok kelebihan-kelebihan yang dapat menutupi kekurangan itu. Saya bangga menjadi anak resman. Ngapain malu jadi anak resman? kalau malu dari awal ga usah masuk Resman. iya ga?! 

kalau ada salah kata, penulis mohon maaf ya, sekian dan terimakasih...u.u

Rabu, 10 Oktober 2012

i'm Not Alone #episode 11# (END)







#Riu#

Setelah miuji mendapat alamat yang akan yui tuju, segera kami mencari alamat tersebut. “ayo jalan”kataku. “tunggu. Kita ga pergi berdua aja kan?”tanyanya tiba-tiba. “maksudmu?”tanyaku bingung. “aku ga mau jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Kita hubungi polisi.”jelasnya. sambil berjalan miuji menjelaskan rencana yang ia pikirkan.

“ayahku mempunyai kenalan polisi dan aku lumayan dekat dengannya, jadi akan ku hubungi dia.”katanya. “biar aku yang menyetir”kataku cepat, sementara itu miuji ku gonceng dan melakukan tugasnya, yaitu menelepon polisi. Beberapa menit ia menjelaskan keadaan kami dan menyuruh mereka datang sesuai rencana. Setelah ia bicara dengan polisi tersebut, ia kembali beralih padaku. “beres. Kita akan bertemu dengannya di dekat TKP.”katanya tersenyum puas.

Kami berhenti bebrapa meter dari TKP. baru beberapa menit kami menunggu kerabat miuji itu, ia sudah muncul dengan teman-teman polisinya menggunakan mobil biasa dengan berbaju biasa juga, yahh…supaya ga ketahuan gitu. “hai, om!”sapanya, “maaf om nyuruhnya mendadak gini. Ini benar-benar Emergency, ada 2 orang, eh salah 3, atau  mungkin lebih? nyawa yang dalam bahaya di dalam sana.”lanjutnya memberi penjelasan sambil menunjuk rumah yang dituju. “kami mengerti. Ayo kita bergerak.”kata om polisi itu memberi perintah.

Kami berjalan mengendap-mengendap, sampai akhirnya kami berhenti di samping pintu pagar rumah tersebut. Om polisi itu memberi tanda untuk berhenti dan melihat situasi, “kami akan memberi kalian jalan untuk masuk duluan, jadi kalian harus bisa bergerak degan cepat untuk menolong teman kalian. Apa kalian mengerti?”tanyanya dengan nada rendah, dan kami mengangguk yang menunjukkan bahwa kami mengerti. Om polisi itupun memberi tanda untuk menyerang. Dengan cepat, teman-temannya menerobos masuk, dan menembaki pria-pria berjas hitam. Setelah semua pria berjas hitam itu selesai dibereskan, om polisi menuntun kami untuk masuk. Ia berada di depan kami dan teman-temannya berada dibelakang kami.

Cukup banyak pria berjas hitam yang kami temui saat di dalam rumah, para polisi itupun sibuk dengan urusan mereka, “kalian pergilah duluan.”kata om polisi itu sambil menembaki pria berjas hitam yang hendak menembaki kami juga. “ayo riu!”kata miuji. Aku dan miuji terus berjalan tak tau arah, memasuki ruangan-ruangan yang mungkin yui dan rea ada disana. Tak jarang pula kami harus melawan pria berjas hitam tersebut, namun tak kami duga om polisi itu selalu ada di belakang kami dan menolong kami. aku benar-benar kagum degan om itu.

Sampai akhirnya, kami berada di ruangan yang cukup luas dan berantakan, “disana”kata miuji tiba-tiba sambil menunjuk arah luar jendela. Samar-samar aku melihat, yui, rea dan 2 wanita paruh baya, berdiri berjejer dan terikat di bagian tangannya. Saat kami hendak menghampiri mereka aku melihat pria tua yang aku rasa itu ayah rea dan yui, hendak ingin mendorong rea namun wanita paruh baya yang berada di saping kiri realah yang jatuh ke dalam jurang. Aku dan miuji terkejut melihatnya dan mempercepat langkah kami.

Walau banyak pria berjas hitam yang ingin menghalangi kami, dengan gesit kami menghindar dan dibantu oleh om polisi dan teman-temannya tentunya. Sampai akhirnya aku berada dekat dengan rea dan tanpa perintah aku langsung melepas ikatannya. Sementara itu aku melihat miuji membantu melepas ikatan yui dan ibunya yui,aku rasa. Rea memandangiku dan bergumam “riu”dengan lirih. Namun setelah itu dengan cepat pandangannya beralih pada tali tambang dan mengikat semua tali tambang menjadi satu, kemudian memberikannya pada wanita paruh baya yang dipanggil ‘ibu’ oleh rea.  Sementara itu aku melihat orang tua menyebalkan itu (ayah rea) juga diselamatkan oleh anak buahnya. Dan aku juga melihat aksi saling tembak antara pria berjas hitam dan para polisi itu, sangat menegangkan namun juga terlihat keren.

Sampai akhirnya ibu rea berhasil diangkat naik, setelah dibantu oleh yui dan ibunya yui. Baru saja rea dan ibunya dapat bernapas lega, orang tua menyebalkan itu menyuruh anak buahnya untuk membunuh kami. yang aku herannya walau polisi itu sudah banyak menembaki pria berjas hitam, pria- pria itu tak ada habisnya. Seperti mati 1 tumbuh 1000, walau itu terlalu berlebihan, anggap saja begitu =.= (maksa bgt)

Aku mengambil posisi melindungi rea dan ibunya, sementara miuji melindungi yui dan ibunya. Pria yang pernah menculik akemi itu berlari kearah kami dan siap memumukul dengan tongkat baseballnya, dengan cepat aku melawannya, berusaha memukulnya, namun dengan cepat ia menghindar dan berbalik memukul tubuhku dengan tongkat itu hingga terjatuh, “sial”keluhku pelan. pria itu berhasil lolos dariku dan hendak memukul rea, namun rea membawa pria itu menjauhi kami, apa mungkin agar ibunya tak terluka?entahlah, mungkin saja. Aku bangkit dengan cepat, “miuji kau jaga mereka. Aku akan membantu rea.”kataku.

#Rea#

“ayo maju!”kataku serius sambil menatapnya tajam. Dia tersenyum meremehkan dan berlari kearahku bersiap memukul. Aku mengambil posisi siap melawan, dan menghindari setiap pukulannya, “jangan buat aku kecewa. Lawan aku!!”teriaknya. dan akupun berhasil menendang mukanya, namun ia dapat bangkit dengan cepat dan mengayunkan tongkatnya dengan membabi buta. Dia mengayunkan togkatnya mengarah kewajahku, refleks aku menunduk, namun ia memakai kesempatan itu untuk menendang perutku dengan keras hingga aku terpental jauh kebelakang. Aku tergelatak di tanah dan memegang  perutku yang terasa nyeri.

Orang menyebalkan itu tak hentinya menyerangku, ia tetap maju dan hendak menginjakku, namun aku dapat berguling ke kiri dan ke kanan sehingga dapat menghindarinya. Sampai akhirnya Riu datang membantuku, ia menendang orang menyebalkan itu hingga terjatuh. “kau baik-baik saja kan?”tanyanya khawatir sambil membantuku untuk bangun. Aku hanya mengangguk menjawabnya. “akan kubunuh kalian!”teriak orang menyebalkan itu seperti orang gila, ia berlari dengan cepat kearah kami. “tetaplah disini!”kata riu cepat padaku, ia pun berusaha melawan orang menyebalkan itu. namun lagi-lagi Riu dapat ditaklukannya, Riu terpental jatuh ke tanah dengan luka dikepalanya.

“Riu”teriakku tak cukup keras. Aku berusaha menolong riu dengan melawan orang menyebalkan itu, aku berusaha mengambil tongkat baseball itu dengan melukai tangan orang itu. Setelah beberapa kali aku mencoba dan akhirnya berhasil, tongkat itu jatuh ke tanah dan aku mengambilnya. Aku mengarahkan tongkat itu ke orang menyebalkan itu, aku melompat cukup tinggi dan memukul wajahnya dengan tongkat hingga ia terpental cukup keras. Setelahnya aku membantu Riu untuk bangkit, “1 sama”kataku tersenyum tipis.

#Miuji#
Saat ini aku mempunyai tugas untuk menjaga 3 wanita, tugas yang sulit namun harus kuhadapi. Orang tua yang berada di hadapan kami itu memasang ekspresi marah dan penuh kebencian. Saat pria itu hendak maju, aku ikut maju dan menyuruh 3 wanita itu tetap dibelakangku. “dasar pengganggu”katanya tajam padaku, “habisi dia”suruhnya pada anak buahnya yang sedari tadi berada tak jauh darinya. Pria berjas hitam itu datang dan hendak memukulku namun dengan gesit aku menghindar dan berbalik memukulnya. Tak disangka pria yang lain datang dan memegang tanganku dan membantingku cukup keras ke tanah. Pria itu hendak menginjakku, dengan cepat aku memegang kakinya dan melemparnya jauh dari tubuhku. “jangan sakiti dia”teriak yui keras. Saat aku bangun pria berjas hitam itu mengunci gerakan ku, sehingga aku tak bisa bergerak dengan bebas. Sementara pria satunya lagi  memukul perutku berulang kali, aku hanya bisa diam karena tak bisa bergerak, aku hanya mendengar suara yui yang berteriak dan memohon untuk berhenti, “ayah, aku mohon berhenti!” teriak yui lagi. sampai akhirya pria tua itu memberi intruksi untuk berhenti pada anak buahnya.

Aku melihat samar-samar pria tua itu menghampiri yui, namun ibunya yui mengambil posisi untuk melindungi anaknya. “kalian sangat menjijikkan. Kalian semua akan mati, jadi jangan bersikap saling melindungi seperti itu!”kata pria tua itu jengkel. Pri tua itu bersiap untuk memukul ibunya yui, namun dihentikan oleh ibunya rea. “ini sudah kelewatan.”katanya sambil memegang tangan pria tua itu. Pria tua itu memasang ekspresi jengkel dan melepaskan tangan wanita itu dengan kasar, lalu memukul wajah wanita itu bertubi-tubi hingga terjatuh ke tanah. Pria tua itu mengambil pistol dan mengarahkannya ke ibu rea. Sontak kami terkejut, “door” suara tembakan terdengar namun tak mengenai ibu rea, karena yui berhasil mendorong pria itu namun tak sampai terjatuh. Pria tua itu semakin geram dan menendang yui hingga terjatuh dan ibunya yui dengan cepat membantu anaknya untuk bangun. Pria tua itu hendak menembaki mereka lagi, namun ibunya rea dengan cepat menarik pria tua itu, “dorr” suara tembakan terdengar kembali dan mengenai pundak ibunya rea. “Bibi…”teriak yui kaget melihatnya.

#Rea#
“bibi…”terdengar teriakan yui ditambah 2 tembakkan tadi membuatku khawatir. Sontak aku melihatnya. Aku melihat ibuku jatuh dan memagang pundaknya, akupun berlari ke arahnya untuk membantu. Namun saat aku berlari kearah mereka, “door” aku merasa peluru bersarang di lengan kananku. Aku merintih kesakitan, “kau mau mencoba kabur dariku?”Tanya orang menyebalkan itu dengan nada sinis, reflek aku menoleh kebelakang, dan aku terkejut melihat Riu menjadi sanderanya. “kau pergi menolong ibumu. maka temanmu ini akan mati”ancamnya sambil meletakkan pistol ke kepala riu. aku bingung harus menolong ibu atau Riu, aku berfikir sejenak dan aku memilih untuk tetap diam.

“pilihan yang bagus”katanya, “dari kejadiaan waktu itu, aku benar-benar ingin melihatmu kesakitan dan akhirnya mati. Kau salah bermain-bermain denganku”katanya mendadak serius, ia melemparkan Riu ke temannya, dan berjalan ke arahku. Saat ia melepas riu dengan cepat aku memcoba untuk memukulnya dengan tangan kiri, namun dengan lincah ia menangkapku. Ia memegang tangan kiriku dengan erat dan meremas lengan kananku yang terluka, hingga rasa sakit yang kurasakan menjadi 2x lipat. “aaaaa”teriakku kesakitan. “hahahaha…ini sungguh menyenangkan!”katanya tertawa setan.

Setelah ia merasa puas melihatku kesakitan, ia melemparku jatuh ke tanah dengan keras. Aku tergulai lemas, namun aku sadar ini bukan waktunya untuk santai-santai. Aku melihatnya mengacungkan pistolnya kearahku, seolah bersiap untuk menembakku. Dan “dorr” aku menutup mataku sesaat, namun aku merasakan  hal yang aneh. Segera aku membuka mataku, dan sontak aku terkejut melihat ibuku sudah berada di hadapanku menjadi tamengku. Sejenak aku membatu, dan terasa tubuh ibuku jatuh kearahku. Dengan cepat aku menangkapanya, “ibu..”kataku pelan, “ibu bangunlah”kataku lagi. tak ada respon darinya membuatku frustasi.

“hahaha…sungguh ironis bukan. Seorang ibu rela mati demi anaknya, tapi tenang saja, ibumu tidak akan mati sendiri, karena sebentar lagi kau akan menyusulnya.”katanya tertawa puas. “kau berani-beraninya..”kataku pelan, dengan tatapan tajam dan ingin membunuh aku berteriak padanya, “KU BUNUH KAU!”teriakku. rasa sakit di tubuhku sudah dikalahkan dengan rasa sakit dihatiku, hingga membuatku bersikap diluar kendali. aku bangun dan berlari kearahnya, ia hendak menembakku namun dengan cepat aku mengambil pistolnya dan menendang perutnya dengan sangat keras, hingga membuatnya terjatuh.

Aku menghampirinya “dorr” aku menembak telapak tangan kirinya “itu untuk ibuku”kataku dingin, “aaaa”ia teriak kesakitan. “dorr”aku menembak kaki kirinya “itu juga untuk ibuku”kataku lagi, aku hendak menembaknya lagi,namun aku urungkan niatku. Aku menginjak tangan kanannya dengan keras, hingga ia berteriak lebih kencang. “aku tak peduli kau melukaiku, tapi aku tak akan memafkanmu kalai kau menyentuh ibuku!!”teriakku lebih kencang. Aku mengarahkan pistol ke kepalanya, “dorr” sebuah peluru melesat dengan cepat tepat didepan wajahku, aku mencari arah sumbernya dan ternyata itu dari orang tua sialan itu.

Aku mentapanya dengan dingin dan mata tajam, “kau mau membunuh ku juga?”tanyaku sambil berjalan kearahnya. Dia menembakku dengan tangan gemetar, peluru yang ia tembakan ke arahku tak ada satupun yang mengenaiku, sampai akhirnya peluru dipistolnya habis. “kau kehabisan peluru?apa perlu ku pinjamkan?”sindirku masih berjalan kearahnya. “dor” suara tembakan terdengar sangat dekat namun tak mengenaiku, aku berhenti dan mencari sumber suara. ternyata sumbernya berasal dari pria berjas hitam yang tadinya memegang miuji, kemudian ia hendak menembakiku lagi, namun aku sudah menembaknya duluan tepat di jantungnya, iapun jatuh tak berdaya.  Kembali pandanganku beralih ke orang tua itu, posisiku tak jauh dari posisi orang tua itu, aku mengarahkan pistol ke kepala orang tua itu. “aku benar-benar membencimu”kataku pelan, “dorr”. Aku menembaki kaki orang tua itu, dan ia terjatuh kesakitan“kau benar-benar menjijikkan”kataku tajam. “Rea, ibumu”teriak Riu, reflek aku menoleh kearah sumber suara.

Aku berlari kearah ibuku, yang setengah sadar. “ibu”kataku pelan sambil menaruh tubuhnya dipangkuanku. “re..a”katanya lemah, “ibu..”jawabku lemah. “ibu senang bisa melihatmu tumbuh menjadi wanita yang cantik dan baik..”katanya pelan, “bisakah kau berjanji pada ibu. Walau tanpa ibu, kau tetap tersenyum.”katanya lirih. “ibu jangan katakan itu. ibu pasti selamat.”kataku terisak hampir menangis, “Riu panggil ambulance cepat. Riu” isakku sambil menarik baju Riu. “rea tenanglah”kata ibuku lagi sambil memegang pipiku dengan lembut, dengan cepat aku memegang tangan ibu.

“dengarkan ibu, jadilah orang yang bijaksana dan juga maafkanlah orang yang menyakitimu. Termasuk ayahmu..”kata ibu disisa-sisa tenaganya, “ibu senang bisa menjadi ibumu. ibu menyayangimu Re..aa”katanya untuk yang terakhir, tangannya jatuh dengan lemah namun aku tangkap kembali. “IIIBUUUUU”teriakku sambil menangis, kali ini aku tak bisa menahannya. Aku memeluk tubuh ibuku yang sudah tak berdaya, aku terisak dipelukannya untuk beberapa waktu. Saat aku lebih sedikit tenang, aku melepas pelukanku dan berusaha mengendongnya. aku tak menghiraukan polisi yang sibuk menangkap semua penjahat termasuk ayahku, aku mengendong ibuku dan membawanya pergi, “ibu, Rea juga senang bisa menjadi anak ibu. Rea menyayangimu ibu.”kataku dalam hati dan air mata terus mengalir tanpa henti dari mataku.

Beberapa hari kemudian

Aku hendak berangkat sekolah dan ternyata yui, riu dan miuji sudah berada didepan rumah untuk menungguku. “ayo berangkat bersama.” ajak yui tersenyum semangat. Aku hanya membalas dengan senyuman tipis. Saat diperjalanan, “lukamu sudah sembuh?”Tanya riu khawatir. “hemm”jawabku singkat. “aiishh, semangat dong. Lesu amat”katanya sambil menjeratkan tangan kanannya ke leherku dengan keras. “aa…sakit…sakit” rintihku. “ups, maaf…maaf…niatnya bercanda, hehehe”katanya cengengesan. “ kau ini gak tau diri banget”kata miuji kesal sambil melempar tasnya ke kepala riu. riu ga terima dan hendak memukul temannya itu, “apa?!”lawan miuji dengan ekspresi kesal. “aahh…ngga, ada debu dibajumu”elak riu sambil mengusap bajunya miuji. Aku dan yui hanya tersenyum tipis melihat tingkah 2 pria itu. “pulang sekolah ayo kita makan-makan”ajak riu tiba-tiba. “hng, aku tidak bisa ikut. Ada seseorang yang harus ku temui.”kataku pelan. “siapa?”Tanya yui penasaran. “ayahku”jawabku singkat.

Saat pulang sekolah, aku pergi ke sel tahanan tempat ayahku ditahan seumur hidupnya. Pantasnya ia dihukum mati, tapi aku meminta untuk dihukum seumur hidupnya,berharap agar dia bisa merubah sikap buruknya disana. Ditemani oleh teman-temanku, tak terasa aku sudah sampai di depan pintu masuk. “kami akan menunggumu disini. Masukklah.”kata riu, aku hanya tersenyum membalasnya dan melangkah masuk ke dalam.

Di suatu ruangan aku sudah berhadapan dengan ayahku, dimana di ruangan tersebut hanya ada kami berdua dan diantara kami terdapat pembatas berupa kaca dan ada lubang-lubang kecil di tengahnya. “kenapa kau kesini?”tanyanya dingin. Orang tua itu terlihat sangat lusuh dengan rambut yang acak-acakan. “menemuimu untuk yang terakhir kalinya.”jawabku kemudian. “kau mau mencaci makiku untuk terakhir kali.”katanya tersenyum remeh. “bukan itu. aku kesini untuk memaafkanmu dan berterimakasih padamu.”jawabku cepat. “apa?”jawabnya bingung.

“diakhir hidupnya, ibu menyuruhku untuk memafkanmu. Jujur saja, sangat sulit memaafkan orang yang sudah membohongiku sekaligus membunuh orang yang paling aku sayangi. Tapi ibu…dia ingin aku menjadi orang yang baik dan bijaksana.”jelasku. Orang tua itu diam dan memasang ekspresi tak percaya. “lalu?”tanyanya tanpa ekspresi. “terimakasi…terimakasih karena pernah merawatku dengan baik. Walaupun hanya uuntuk sementara waktu, setidaknya aku pernah merasakan kasih sayang seorang ayah dan merasakan kehangatannya. Walau semua itu hanya kebohongan semata, aku benar-benar ingin mengucapkan terimakasih.”kataku menahan emosi, aku menarik dan menghembuskan nafas panjang. ”Terimakasi juga, berkat kau, aku ada didunia ini, bertemu dengan orang-orang yang baik dan benar-benar menyayangiku dengan tulus.”lanjutku.

”hahaha…kata-katamu itu sungguh menggelikan rea.”katanya sambil tertawa gila. aku memejamkan mataku sebentar dan membukanya kembali,  “hanya itu yang ingin ku katakan. Jagalah dirimu….Ayah”kataku sambil tersenyum tipis, kemudian aku berdiri dan hendak beranjak pergi. “Rea…”panggilnya, akupun berhenti namun tak menatap wajahnya, “jangan lagi panggil aku ayah. Karena aku tak pantas untuk itu… terimakasi sudah memaafkanku.”katanya lebih tenang. Aku tak menjawabnya dan tersenyum tipis, kemudian melanjutkan langkahku pergi dari ruangan itu. diluar pintu masuk, aku melihat ke-3 temanku sedang berbincang-bincang sembari menungguku. Aku usil menjitak kepala riu, “aww”rintihnya. “ayo pulang.”ajakku, “ayo”jawab yui semangat.

Diperjalanan pulang, kami melewati sekelompok pemuda yang asyik bermain basket. “Rea, aku pernah berjanji untuk melanjutkan pertandingan kita kan?. Bagaimana kalau sekarang?”tawarnya, “apa?”tanyaku bingung, ia menarik tanganku pergi menuju para pemuda yang asyik bermain basket. “hei, broo”sapa riu sok akrab pada pemuda-pemuda itu. “kau kenal mereka?”tayaku bisik-bisik, “nggak”jawabnya polos, aku memilih diam dan menjauh darinya. “ada apa?”Tanya salah satu pemuda itu, “aku pinjam bola basketnya sebentar boleh nggak? Ada janji yang penting yang harus kutepati sama pacarku ini.”katanya menarikku mendekatinya. “astaga malu-maluin”kataku dalam hati. Pemuda itu berfikir sejenak, “teman-teman, ayo kita istirahat sebentar”suruhnya pada teman-temannya. “berhasilkan”kata riu penuh kemenangan.

“aku sama yui ikut dong”pinta miuji, “kau sama rea, aku sama yui”lanjutnya. “yakin?”Tanya riu ga percaya, “yakin…kenapa?”Tanya miuji bingung. “lebih baik, kau menyerah saja. Karena kau pasti kalah melawan kami.”kata riu PD. “yui gadis yang manis, yang tidak suka permainan kasar kayak gini. Sedangkan dia…”kata riu terpotong sambil menunjukku. “APA?”tanyaku jengkel. “hehehe…ga napa”elaknya. “aku akan berusaha”kata yui dengan semangat. “baiklah. 2 lawan 2. Pasangan yang memasukkan 5 bola pertamakali lah yang menang. Dan yang kalah harus menuruti keinginan yang menang. Gimana?”jelas riu. “aku tau”jawab miuji. “baiklah ayo mulai”pimpin riu. pertandingan dimulai, kami bermain tanpa beban. pertama kali bertemu kami tidak saling mengenal dan tak saling peduli. Tapi sekarang, kami bahkan saling mengisi dan menjaga satu sama lain.

“ibu…walau ibu tidak disamping rea saat ini, Rea akan tetap tersenyum, karena ada mereka disamping rea. Mereka adalah teman sekaligus keluarga Rea saat ini karena itu rea akan menjaga mereka. Ibu juga akan menjaga Rea dari sana kan?”tanyaku dalam hati sambil memandang langit yang gelap dan dipenuhi dengan bintang yang berkelap-kelip dengan indah. “Rea, tangkap!”teriak riu sambil mengoperkan bola basket padaku. Aku menangkapnya dengan cepat dan tersenyum senang.

~The End~

Minggu, 07 Oktober 2012

I'm Not Alone #episode 10#




#Yui#

Aku berkeliling mencari Rea, “kemana orang itu?”umpatku. sekian menit aku tak menemukannya, aku memilih untuk mengerimnya sms yang isinya, ‘kau ada dimana?’. Sembari menunggu balesan sms darinya, aku punya ide mencari riu, mungkin saja dia tau dimana rea. “yuiii”teriak seseorang dari belakang. Aku melihatnya dan ternyata miuji. “mau kemana?”tanyanya, “kau melihat Rea?”tanyaku tanpa membalas pertanyaannya. “tadi pagi sih liat, sekarang nggak.”katanya tenang, “ohh”kataku singkat. Kemudian aku beranjak pergi lagi.

“kau panik sekali. Dia  bukan anak kecil, ga mungkin kan kalau dia tersesat di sekolah?”katanya memberi alibi. “aku tau dia bukan anak kecil. Tapi sikapnya hari ini sangat aneh, itu yang membuatku khawatir. Mana smsku ga dibales pula…”jelasku kemudian. Kami terdiam sejenak sambil melangkah lumayan cepat. “kau benar. Sikapnya hari ini memang aneh. Tadi pagi dia bilang terimakasih padaku karena telah menjadi temannya dan juga menyuruhku untuk menjagamu.”jelasnya membuatku terkejut dan berhenti mendadak. Aku terdiam memikirkannya, “dia berkata seakan mau pergi. Mungkinkah?”tanyaku dalam hati.

Aku terus berjalan sampai akhirnya bertemu dengan riu, “apa kau melihat rea?”tanyaku padanya sedikit khawatir. “tadi dia bersamaku dihalaman.”jelasnya, “lalu sekarang dia dimana?”tanyaku lagi. “kenapa kau bersikap seperti itu?kau bersikap seolah…”katanya terpotong lalu menoleh ke luar jendela dan memperhatikannya dengan seksama. “dia sudah tidak di sana lagi.”katanya pelan. aku jadi tambah khawatir, lalu aku berlari pergi menuju kelas dan benar saja, aku tak menemukan tas Rea lagi disana. Kemudian aku melihat Rin masuk ke dalam kelas, “apa kau melihat Rea, Rin?tanyaku khawatir. “tadi aku melihatnya pergi dari sekolah membawa tasnya. Maunya tadi nanyak, mau kemana, tapi ga keburu tuh…”katanya santai.

“kau pergi kemana Rea?”tanyaku khawatir. Kringg….kringgg….hpku berbunyi, buru-buru aku melihatnya berharap itu dari Rea, namun ternyata bukan. Nomor yang tak dikenal. “halo?”sapaku, “apa kabar yui…lama kita tak berjumpa”kata seseorang di balik telephone, suara yang tak asing bagiku.”ayah?”kataku pelan, “benar…ini ayahmu, hahaha…”katanya tertawa pelan. “ada apa menelephone ku?”tanyaku padanya curiga. “apa salah, seorang ayah menelphone anaknya sendiri?”katanya sinis. Aku hanya diam tak menjawab, kepercayaanku padanya sudah hilang, karena kejadian yang lalu. “sekarang, ayah ingin mengadakan reoni keluarga besar. Dan kau harus datang, karena ibumu sudah datang dari kemarin…”jelasnya membuatku terkejut seperti disambar petir.

Segera aku pergi ke tempat yang dituju. Terdengar miuji dan riu berteriak memanggilku, tapi karena begitu panik, aku jadi tak membalas mereka. Aku berlari dan mencari taksi dengan cepat. Saat di dalam taksi, aku menunggu dengan gelisah, sampai hpku bergetar menandakan ada sms masuk. Dari miuji, ‘apa kau baik-baik saja?kau pergi kemana?’tanyanya, aku membalasnya, ‘ketempat ayah dan ibuku berada’balasku. Setelah beberapa menit, terdengar suara deringan handphone, segera aku menjawabnya.

“apa kau gila?kalau kau mau ketempat berbahaya begitu, kenapa tidak bersama-sama?kau bisa celaka bodoh.”kata miuji dari balik telephone marah. “aku memang begitu bodoh, membiarkan ibuku jatuh dengan mudahnya di tangan orang itu!” kataku lebih marah.”baiklah, kalau begitu dimana tempatnya?”tanyanya lebih tenang. “kalau kau datang, ibu bisa celaka.”kataku pelan, “kalau aku tidak datang, kau bisa celaka!”katanya membentak, “jangan buat aku khawatir, cepat beri tahu aku!”lanjutnya. kata-katanya membuatku tercekat, akhirnya aku memberi tahu alamatnya.
Akhirnya aku sampai ditempat yang dituju, suasana disini begitu sepi dan tak banyak bangunan di sekitarnya.  Saat di pintu masuk, 2 pria berjas hitam menghampiriku dan menuntunku masuk. Sepertinya, ayah belajar dari pengalaman yang lalu, pria-pria berjas hitam semakin banyak dan berkeliling di penjuru rumah. Sampai akhirnya mereka membuka pintu di suatu ruangan dan menyuruhku untuk masuk. Saat aku masuk ke ruangan itu, aku memperhatikan sekeliling ruangan dan menemukan seorang laki-laki berdiri memandangi pemandangan luar yang sangat indah.
“dimana ibuku?”Tanyaku keras padanya, dia berbalik menghadapku “kau sudah datang yui.”katanya, “bawa dia masuk”lanjutnya memberi perintah. pintu dari arah berbeda dari pintu yang aku masuki terbuka dan terlihat ibu yang tangannya terikat. “ibu”kataku spontan. “pestanya akan dimulai saat semua orang kuundang sudah datang. Jadi bersabarlah sebentar lagi.”kata orang itu sambil tersenyum licik.

#Rea#
Sesampainya dibandara, aku dan ibu menunggu pesawat yang akan kami tumpangi siap untuk lepas landas. “Rea, apa kau mau minum?”tawar ibu padaku. “hemm”kataku pelan, ia pun pergi membeli minuman. aku melihat hpku dan terlihat banyaknya panggilan tak terjawab dan juga sms dari yui, riu dan miuji. Aku membuka sms satu persatu.pertama dari yui  ‘kau ada dimana?’, ‘rea, apa kau mau pergi?aku mohon balaslah smsku’. ‘rea jangan pergi’.
Kemudian dari miuji, ‘woi, kau ada dimana?’, ‘setidaknya kau balaslah salah satu sms dari kami,jangan buat kita khawatir’, ‘kau akan menyesal kalau meninggalkan kami!’
Kemudian dari riu ‘kau dimana?’, ‘kau tidak ingin pergi meninggalkanku kan?’, ‘apa kau sengaja membuat kenangan indah bersama, lalu pergi begitu saja tanpa berkata apapun?’
Semua sms dari mereka membuatku sangat merasa bersalah. Kemudian, ada sms baru yang masuk, dari riu ‘yui dalam bahaya. Dia pergi sendiri ke tempat ayah mu berada’. Smsnya kali ini membuatku terkejut, “buat apa dia ke sana?”tanyaku dalam hati. Kringg…krriinggg…panggilan masuk dari no. tak dikenal. Aku berpikir sejenak lalu memilih untuk menjawabnya. “halo”sapaku duluan, “halo juga rea”jawab laki-laki dari balik telephone. “kau siapa?”tanyaku kemudian, “kau lupa dengan suaraku?”katanya tak terima, “baiklah, aku maafkan kau tidak mengenal suaraku, tapi aku tak akan memaafkanmu kalau kau tidak mengenal wajahku.”lanjutnya. aku hanya terdiam dengan ekspresi datar. “aku ingin tau, apa kau akan tetap pergi bersama ibumu dan hidup dengan damai, sementara saat ini temanmu dan ibunya dalam bahaya. Mungkin saja kau tidak akan bisa melihat mereka untuk selama-lamanya.”jelasnya, membuatku bingung. “orang itu sedang menunggumu dan juga ibumu.”katanya. “ayah”gumamku, “dari siapa itu?”tiba-tiba ibuku datang dan merebut hpku. “siapa kau?jangan ganggu kami pergilah.”kata ibuku membentak, “ibu berikan padaku”kataku berusaha mengambil hpku kembali.”halo”kataku lagi namun sudah terputus.

“dari siapa tadi. Apa dari ayahmu?”tanyanya panik. “aku tidak bisa pergi bu. Maaf”kataku langsung pergi menaiki taksi. Ada sms masuk dari no yang tadi, yang berisi alamat yang harus ku tuju. Segera aku pergi ke sana. Sesampainya di pintu masuk, 2 orang berjas hitam menuntunku untuk masuk ke sebuah ruangan. Mereka mempersilahkanku masuk ke dalam suatu ruangan dan saat dibuka, aku melihat yui berdiri menghadap orang tua itu(ayah) dan berteriak untuk melepaskan ibunya.

“akhirnya kau datang juga. Kau sendiri?dimana ibumu?”katanya, aku diam tak membalas. “kau lebih memilih mati bersama dari pada pergi dan hidup damai bersama ibumu. sungguh bijak.”katanya dengan nada mengejek. “apa selama ini dia mengintaiku terus?bagaimana dia bisa tau?”tanyaku dalam hati. “rea, jadi kau benar-benar mau pergi?”Tanya yui hampir mau menangis. “maaf yui”kataku bersalah. “sebenarnya apa yang mau kau inginkan?tak bisakah kau pergi dari kehidupan kami!”kataku sedikit membentak. “jujur saja. Keberadaan kalian membuatku tak nyaman.dengan hilangnya kalian dari dunia ini, akan membuat posisiku terasa aman.”katanya tak berperasaan.

Aku benar-benar tak percaya dengan apa yang dia bicarakan barusan. “selama ini, tak pernakah sekali pun kau benar-benar menyayangi anak dan istrimu?sekali saja, kau benar-benar menjadi seorang ayah dan suami yang baik?”kataku dengan nada lemah. Dia tak menjawabnya dan menatapku tajam. “kumohon berhentilah. Sudah banyak hati orang yang terluka. Berhentilah ayah…”lanjutku. Dia tak menjawab pertanyaanku dan tertawa seperti orang gila, “hahaha….kau begitu naif Rea. Kau benar! Tak sekalipun aku pernah bersikap seperti seorang ayah dan suami yang baik.”katanya seperti kesurupan.

Tiba-tiba saja, pria berjas hitam yang berdiri di samping ibu yui menodongkan pistolnya ke kepala ibunya yui. “apa yang kau lakukan?jauhkan benda itu dari kepala ibuku”teriak yui keras. Segera aku mengambil pot bunga yang berada tak jauh dari posisiku berada dan aku melemparnya kearah tangan pria itu, sehingga ia menjatuhkan pistolnya. Aku berlari dengan cepat hendak menyelamatkan ibunya yui. Saat hampir sampai, sebuah peluru melesat tepat di samping pipiku, hingga membuat pipiku tergores kecil. “jangan bergerak”kata seseorang dari belakang sambil menodongkan pistolnya kekepalaku.

Spontan aku terdiam tak berkutik. “kau benar-benar brutal. Apa kau bosan hidup hah!”bentak orang tua itu. “jauhkan pistol itu dari anakku!”teriak seorang wanita dari arah belakangku, reflek aku ingin menoleh ke arah belakang namun, pria yang menodongkan pistol itu berkata, “lebih baik kau jangan bergerak jika tak mau mati!”

“kau benar-benar keterlaluan, Hiruma! Setelah kau membunuh ayahku kau mau membunuh anak kandungmu sendiri!”kata ibuku berteriak. “kau juga hebat Kio. Berpura-pura menjadi orang gila untuk menjauhiku.”katanya mengejek. “tangkap mereka!”kata orang tua itu teriak diikuti dengan anak buahnya yang tiba-tiba masuk dari pintu. mereka mengikat tangan kami dan menodongkan pistolnya ke kepala kami. “bawa mereka keluar!”suruhnya lagi.

Kami digiring ke luar ruangan dan sampai di halaman belakang aku rasa. Yang buat aku terkejut adalah kami berdiri tak jauh dari tepi jurang. Kami berjajar dengan rapi dan orang tua itu beserta anak buahnya berada tak jauh dari kami. “kira-kira siapa yang mau terjun duluan?”tanyanya membuat kami terkejut, ia berkeliling di belakang kami, “bagaimana kalau kau saja?”tawarnya pada ibu yui. “jangan sentuh ibuku!”teriak yui pada pria tersebut.

“apa aku terlambat tuan?hng, bisakah kau memberikan rea padaku?biar aku saja yang membunuhnya. Boleh kan?”katanya tenang pada orang tua itu. Aku berbalik dan melihat siapa orang itu, ternyata orang menyebalkan itu, orang yang pernah menculik yui. “apa kabar?tadi aku sudah bilang, kalau kau tidak mengingat wajahku, kau tak akan kumaafkan!”katanya sambil tersenyum devil. “siapa kau?!”kataku ketus dan berpura-pura lupa. Hingga membuatnya geram dan hendak memukulku, namun dihalangi oleh orang tua itu. “dia harus mati ditanganku.”katanya.

Dor…dor…dor… terdengar suara pistol dari dalam rumah. “ada apa itu?”Tanya orang tua itu panik. “polisi”gumam orang yang menyebalkan itu. “bagaimana bisa mereka kesini! Pasti kalian yang melakukannya kan?kalian pikir, kalian akan selamat?hah!”katanya marah dan ingin mendorongku jatuh namun dihalangi oleh ibuku, hingga membuat ibuku yang jatuh ke jurang. “IBUUU”teriakku terkejut. Ibu tak jatuh sendiri, ia jatuh sambil menarik baju orang tua itu, yang membuatku terkejut entah dari kapan ikatan di tangan ibu lepas. Akhirnya merekapun jatuh bersama.
Terdengar teriakan seseorang memanggil nama kami “Rea, yui…” katanya. Aku tak mempedulikannya, aku melihat keadaan ibu dan ternyata ibu bergelantungan sambil memegang batu-batuan di tepi jurang. Sementara orang tua itu juga bergelantungan tak jauh dari posisi ibu. Terasa seseorang dari belakang membuka ikatan tanganku, aku melihatnya dan ternyata Riu. “riu”gumamku lirih. saat aku melihat tali tambang yang di pakai untuk mengingat tangan kami, segera aku berpikir dengan cepat untuk memakainya untuk menolong ibu.

Aku mengikat dan menyambung tali tambangku, yui, dan ibunya yui. Setelah aku rasa cukup panjang, segera aku memberi tali itu pada ibu, “ibu pegangan!”teriakku, ia pun mengambilnya dan memegangnya dengan erat. Aku menarik sekuat tenaga,namun masih belum cukup, yui membantu memegang talinya dan ibunya bersiap-siap menarik tangan ibu. Setelah beberapa menit kami berjuang, usaha kami tak sia-sia. Saat ibuku sampai diatas, segera aku memeluknya, “ibu…ibu…”isakku.

Saat aku sibuk menyelamatkan ibu, ternyata orang tua itu juga berhasil diselamatkan oleh anak buahnya. “kalian benar-benar tak ku maafkan. Kalian harus mati!”teriaknya marah. “bunuh mereka!”suruhnya pada anak buahnya. Pria berjas hitam itupun siap menyerang kami. mereka terlalu banyak, walau ada polisi sekalipun, mereka masih bisa melawan. “kau tetaplah dibelakangku.”kata riu melindungiku.

Orang menyebalkan itu berlari kearahku dan mengayun-ayunkan tongkat baseballnya. Riupun berusaha melawan dengan tinjunya, namun dengan mudah riu dijatuhkan. Pria itu mendekatiku lagi dan berusaha untuk memukulku. Tak bisa dihindari, aku harus melawannya. Aku berusaha membawanya menjauh dari ibu, aku tak mau ibuku terluka. Aku berhenti disuatu tempat, yang aku rasa tempat yang cocok untuk melawan pria menyebalkan itu. “apa kau takut?kenapa kau terus menghindar?”tanyanya mengejek. “ayo maju!”kataku serius sambil menatapnya tajam.

~to be continue~